Kamis, 15 Juni 2006

"Ketukan Pintu Kakak Ku...(dari Kak Nijar)"

Maaf, pagi-pagi sekali aku sudah mengetuk pintu rumahmu. Kulakukan karena sudah tidak sabar lagi ingin menyapamu.Mungkin kamu masih tidur, tak apa, aku akan meluruskan bantalmu yang miring dan merapikan kembali selimutmu yang berantakan. Lalu, silahkan melanjutkan tidurmu dengan suara nafasmu yang lembut. Aku ingin kamu tahu bahwa sedikitpun aku tidak pernah berkeinginan meninggalkanmu atau memendam rasa marah padamu tidak pernah sama sekali, itu saja. Selanjutnya aku akan segera mulai dengan kesibukanku.Hari-hari terakhir ini ada perubahan besar mendasar di tempatku bekerja, aku juga harus terpaksa ikut bersibuk-sibuk membantu para pembesar-pembesar itu membahas permasalahan keuangan negeri ini. Sekarang tidak jarang aku pulang isya. Ingin sekali rasanya berbincang-bincang denganmu lagi tapi tetap saja tidak bisa karena sepertinya ada masalah di pusinteknya. Sebagai gambaran, ditempatku ini ada ribuan komputer yang semuanya connect ke dunia internet melalui tiga line. kita bebas memilih satu dari ketiganya. Setiap salah satunya mengalami masalah, maka otomatis user akan beralih ke salah satu dari dua yang tersisa. bila pilihan menjadi lebih banyak ke salah satu line itu, maka potensi untuk menjadi masalah di line itu akan menjadi besar. Mereka akan mengatasinya dengan memblokir fasilitas-fasilitas yang menurut mereka tidak perlu, seperti mesenger, friendster, dan pop web. Apa daya, kakak besarmu ini hanya dapat bersungut-sungut.Kamu tetaplah menulis dan mengirimkan pesan-pesanmu padaku. Aku akan senantiasa membacanya dan mengaguminya.Pesanku: Kadang- kadang, kita merasakan rindu yang amat sangat disaat orang yang kita inginkan kehadirannya entah berada dimana. Tanpa kita sadari, kita membutuhkan seseorang untuk kita curhati, kita ajak berbagi kebahagiaan atau kesedihan. Untuk kita yang mempunyai hasrat untuk memarahi, kita membutuhkan seseorang untuk kita omeli, kita marahi, kita sakiti hatinya atau untuk dimusnahkan, ini bila kita sudah jadi psikopat. Tuhan dengan maha kreatifnya membuatnya seperti itu. Perasaan butuh kepada orang lain ini akan berwujud rindu, cinta, kehilangan, marah, benci, dendam dan macam-macamlah. Akupun begitu. Suatu saat aku merasakan rindu yang amat sangat padamu. Ingin rasanya merasakan kembali saat-saat kita berebut waktu, saling mendahului berbagi cerita atau salah satu dari kita diam menyimak tuturan syahdu dari salah satu lainnya. Kadang-kadang aku ingin pergi menjauh darimu sejauh-jauhnya karena perasaan cemburu yang amat sangat tatkala tahu dan menyadari kalau aku hanya bintang kecil yang kadang bercahaya kadang tidak, dilangit milikmu yang amat luas, yang ada bulannya, ada mataharinya, dan ada jutaan bintang lainnya yang lebih besar dan indah. Kadang-kadang aku ingin menatapmu dari jauh saja dan memperhatikanmu tengah bergulat dengan cintamu yang banyak yang datang silih berganti. Hari ini berbinar-binar karena mendapat cinta yang baru, besok, tiba-tiba bercucuran air mata karena menemukan salam perpisahan yang pilu.Kadang-kadang aku ingin mengelus dada melihat begitu bersemangatnya kamu menyapa sahabat-sahabatmu walau baru saja turun dari kendaraan setelah perjalanan panjang yang melelahkan.Kadang-kadang aku ingin menutup mukaku yang memerah karena malu dengan keterjebakanku didepanmu karena kege-eranku.Ah, itulah hidup. Kamu bilang seperti nano-nano. Perasaan kita memang berwarna-warni dan indah. aku tidak dapat membayangkan seperti apa tuts piano tanpa ada yang hitam, tidak akan ada lagu yang mengalun. Tidak dapat membayangkan bila pelangi hanya berwarna merah, maka lagu Pelangi akan berubah menjadi: Pelangi-pelangi alangkah indahmu..... merah-merah-merah...dilangit yang biru..... Warna-warni itulah yang membuanya indah. Perasaan rindu ada manfaatnya, agar kita bisa merasakan kalau kita sebenarnya pernah dekat. Perasaan kehilangan berguna agar kita tahu kalau kita pernah memiliki dan bisa menjaga apa saja yang masih menjadi milik kita. Perasaan sedih, duka, pilu, membawa manfaatnya masing-masing. Perasaanmu padaku, entah apapun itu, pasti juga ada manfaatnya. Bukankah Makhlaqta haza bathila.... Ingat-ingatlah pesan dari salah satu Kaka besarmu ini!
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)