Jumat, 07 Juli 2006

"Kembang Kehidupan"


kembang-kembang kehidupan.
sebuah taman akan lebih indah bila ditumbuhi tidak hanya dengan satu jenis bunga saja. siapa yang membantah kalau mawar itu cantik, tetapi akan terasa lebih sempurna jika dipadukan dengan kuntum-kuntum melati, kelopak mayang kenanga yang harum bisa juga lili dan asoka. tidak semua bunga harum, begitu juga tidak semua bunga cantik bentuknya. namun, dalam kelengkapan itu masih saja kurang lengkap bila tidak ditumbuhi oleh serumpun dua rumpun tanaman liar atau rumput.
rumput, kalau boleh diibaratkan adalah seperti kesedihan dalam catatan kehidupan kita, adakalanya ketika kebahagiaan itu tengah menyala-nyala, kesedihan menyelip tanpa disadari. mendesak-desa ruang jiwa hingga mengalirkan derai tangis yang tak tersuarakan. seperti terik siang yang tiba-tiba harus segera bertukar dengan hujan yang lebat bahka disertai angin lebat. ada saat-saat kita merasa tidak memerlukan rumput dalam catatan kehidupan kita, tapi hidup menjadi sangat tidak berwarna hanya dengan mengecap bagaimana rasanya bahagia saja.
hidup adalah butiran-butiran warna yang beraneka, sangat tidak lengkap bila hanya dihiasi oleh satu warna saja, karena pelangi saja berwarna-warni konon lagi kehidupan kita yang tak pernah lepas dari penat dan lelah, tidak cukup, airmata, gelisah dan cinta juga sayang. bukankah kita ingin kaya? tidak hanya dengan cukup mempunyai mobil saja? tapi juga rumah besar, kebun yang luas, ternak yang banyak. begitupun hidup, tidakkah kita ingin menselaraskan antara merah, kuning, hijau dan biru? agar semuanya terlihat sempurna dan mengagumkan. sehingga ketika ada yang membicarakan pelangi kita bisa merasakan dan membayangkan bagaimana indahnya pelangi dan ketika ad yangmenceritakan kegelapan kita juga bisa ikut merasakan kengerian yang ada dibalik kegelapan, walaupun gelap belum berarti selamanya menakutkan. tapi dengan kekayaan warna kehidupan tadilah kita bisa berempati kepada sesama. warna-warna yang tak ubahnya seperti kembang-kembang yang ada dalam taman hati kita.
bukankah kita tak pernah merasai bagaimana lelahnya mencabuti rumput-rumput tersebut bila tak pernah ada rumput dalam taman didepan rumah kita? lalu bagaimana pula bisa menghargai pelu orang lain tatkala mencari sesuap nasi untuk keluarga? bukankan kita tak pernah merasa bagaimana sakitnya menderita bila sekalipun tidak pernah merasakan bagaimana pahitnya hidup? lalu bagaimana bisa mengeluarkan sekeping atau dua keping rupiah pada pengemis yang pagi atau siang tadi kita lewati di perempatan jalan.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)