Jumat, 14 Juli 2006

"Sudah Kubawa"

kembali aku teringat akan puisi "ibu" yang dikirimkan oleh seseorang kepadaku, tetapi aku tidak mampu lagi mengeja kalimatnya sehingga tersusun dengan utuh. hanya makna tersiratnya saja yang masih teringiang-ngiang diti benakku. dan Subhanallah mampu menetralisir adrenalin ku yang sempat dibaluri emosi sesaat yang lalu. kupikir dimalam yang dingin dan basah ini aku tidak akan melanjutkan menulisku lagi karena emosi tersebut.
seseorang entah siapa malam ini telah mempermainkan ku dengan tidak bertanggung jawab dan dengan cara yang sangat murahan sekali, syukurlah aku masih bisa menahan diri untuk tidak memakinya dan itu memang bukan kebiasaanku, meski teramat sangat marah. keburukan tidak harus dibalas dengan keburukan, bukankah begitu? semoga saja seseorang itu paham dengan sedikit petuahku diakhir cerita. bukan hanya membuat selera menulisku hilang tetapi juga telah memotong imajinasiku dengan paksa. syukurlah puisi "ibu"menjadi inspirator untuk ku, terimakasih kepada seseorang yang telah mengirimkan puisi tersebut.
lagi-lagi, aku mendapatkan keajaiban pada malam-malam ku. pada malam-malam yang mungkin dilalui orang dengan tidur yang nyenyak dan dengan mimpi yang indah. aku...menjadi tidak ingin meninggalkan kamarku walau sedetik, karena semua cinta dengan segala keajaibannya bermuara dari sana. semua bagian dari misteri terkuak pelan-pelan dari kamarku, seperti hari ini misalnya, aku meninggalkan kamarku dengan sangt berantakan sekali, dengan selimut dan bantal dilantai, dengan kulit jeruk yang terletak disudut pintu. tunggu, jangan berfikir kalau aku malas merapikannya, bukan, bahkan sejak subuh aku sudah bangun dan sudah membereskan pekerjaan ku yang lain, kecuali merapikan kamar tidurku. aku sengaja melakukannya. karena aku masih belum ingin melupakan apa yang terjadi dikamarku semalam. aku sangat menikmatinya dan menginginkannya lagi, tapi sayang mulai nanti malam aku ahrus meninggalkan kamarku lagi. karena itu aku tidak merapikannya pagi ini, agar ketika aku pulang sore nanti aku bisa menangkap kembali apa yang terjadi semalam, memeluknya dalam pelukanku dan ia menangis disana, mengadu galaunya dan menceritakan gelisahnya.
ah, andai saja dia tahu, bahkan jauh sebelum dia memintaku untuk membawanya kemanapun aku pergi itu sudah lebih dulu kulakukan. hanya saja aku tidak memberi tahunya, aku tidk perlu mengatakannya aku takut dia besar kepala nanti. beginikah menjadi burung kecil? menjadi pak pos bagi orang-orang yang ingin menyampaikan pesan cinta? ah, andai hatiku ada seribu kamar ingin rasanya aku mengajak semua orang untuk tinggal disana, memberikan mereka cinta dan sayang dengan takaran yang sama tapi itu adalah kemustahilan. ingin membahagiakan semua orang dengan takaran yang sama, bukankah itu sangat tidak mungkin? karena mencintai berarti juga totalitas dalam memberi. apapun, satu yang ingin aku sampaikan melalui ini, aku ingin ketika dia menangis lagi, akulah orang pertama yang menyandarkan bahunya ke dadaku, merasakan getaranjiwanya ketika ia terguncang dan mungkin merasai air matanya yang hangat. sejatinya begini, kalau ingin menangis, menangislah dipangkuanku, jangan pernah merasa malu dan rendah diri karena menangis. aku lebih suka kamu apa adanya, dengan segala kelebihan dan kekuranganmu, sudah mau menjadi bagian dari misteri hidupku saja sudah cukup dan aku menyukai semua itu.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)