Jumat, 18 Agustus 2006

"Ijinkan"

andai kau ijinkan
walau sekejap memandang
ku buktikan kepadamu
aku memiliki rasa
cinta yang kupendam
tak sempat aku nyatakan
karena kau tlah memilih
mengetuk pintu hatinya

ijinkan aku mengatakan
inilah kesungguhan rasa
ijinkan aku menyayangi mu

sayangku ooo...
dengarkan lah
suara hatiku
cintaku ooo...
dengarkanlah isi hatiku

bila cinta tak menyatukan kita
bila kita tak mungkin bersama
ijinkan aku menyayangimu

sayangku ooo....
dengarkanlah
isi hatiku
cintaku ooo...
dengakanlah suara hatiku...


sudah tengah malam, sisa-sisa hujan tadi masih ada satu-satu. tik tok...tik tok..bunyinya dari atas atap. dan angin bertiup dua kali lipat lebih kencang dari tadi siang, menggoyangkan pohon-pohon, menggugurkan daun-daun, menerbangkan sampah-sampah. hujan dan angin bergumul. melahirkan dingin hingga ketulang iga. ditambah lagi dengan kipas angin yang sengaja dibiarkan berputar-putar, semakin sempurnahlah rasa dingin malam itu. tanpa selimut, tanpa baju tebal, hanya ada selembar kertas dan pena yang tergeletak dilantai.
seorang gadis masih terbeliak matanya hingga selarut ini. bulu-bulu halus ditangannya tampak berdiri menahan dingin yang teramat sangat. tapi entah mengapa dia tak ingin berselimut. pikirannya serasa masih menyusuri jalan-jalan gelap ketika ia pulang selepas magrib tadi. dipayungi hujan dan ditemani angin kencang, membuat motor yang dikemudikannya kadang-kadang agak oleng. bajunya pelan-pelan basah hingga akhirnya basah kuyup, syukurlah tadi sore ia tak lupa memakai helm sehingga kepalanya terlindungi. awalnya ia berniat untuk menunda pulangnya, tetapi melihat langit yang begitu gelap dan angin yang begitu kencang ia tak yakin kalau hujan akan berhenti sekitar sejam kedepan. karenanya ia memutuskan untuk terus pulang. setelah membeli salak di kios buah ia kembali melaju. sesekali ia masuk ke lubang-lubang kecil, motornya tidak ada lampu lagi. ia hanya mengandalkan penglihatannya saja dimalam yang gelap dan dingin itu. beberapa butir bening mengalir dari pipinya yang basah, tetapi sekejap saja sudah menyatu dengan air hujan dan mengalir. gadis itu terisak.
setengah jam kemudian ia sampai dirumah, mandi lalu ganti pakaian dan makan malam bersama kedua orang sepupunya. ia kembali ceria, tak ada bias-bias kesedihan yang membuat kedua saudaranya akan curiga. hatinya masih seperti tadi, kecewa dan kesal tetapi ia merasa tak perlu lah orang lain tahu.
"Mau minum susu?" tanyanya tadi sore kepada seseorang.
"Tidak"
"Maunya apa?" tanyanya lagi setengah bercanda
"Tidur lagi"
"Ya udah kalau begitu, tidur aja lagi" katanya lagi, sedikit geram
"Iya"
lalu setelah itu tidak ada kata-kata lagi. dan gadis itu pulang.
***
gadis itu tau kalau mereka sama-sama mencintai, sama-sama menyayangi. ia tahu semuanya. tetapi sesekali sebagai perempuan ia merasa semua itu memerlukan pengulangan. ia ingin sesekali lelaki itu mengulangi mengatakan ia mencintainya, dan tanpa malu-malu ia memintanya dan dengan sabar lelaki itu melakukan apa yang dimintai olehnya. mereka mengobrol berjam-jam. melewati hari-hari bersama-sama. dan semakin lama ia merasa cintanya kepada laki-laki itu semakin besar saja, padahal yang ia harapkan adalah berkurang sehingga ia benar-benar bisa melupakan lelaki yang telah menemaninya selama setahun lebih. lama-lama ia kian memahami bahwa cepat atau lambat hubungannya dengan lelaki itu akan berakhir. karena itu cintanya semakin besar dan dalam, ia ingin mencintai lelaki itu dengan sangat isitimewa sekali disisa-sisa perjalanan cintanya. kadang ia merasa tersiksa dengan semua ini, tetapi ia juga memberikan kekuatan baginya untuk terus mempertahankan cinta mereka.
entah apa yang membuatnya begitu mencintai lelaki itu, ketika ditanya ia selalu menjawab karena lelaki itu sangat istimewa. entah dimana letak keistimewaannya dia sendiripun terkadang bingung. selalu yang dikatakannya pada lelaki itu adalah "semoga aku bisa melupakan mu setelah menikah nanti". pernyataan yang terdengar sangat berat karena dia menyadari lelaki itu tak bisa selamanya dia cintai apalagi dimiliki. pun begitu sama sekali tidak pernah terlintas dibenaknya untuk menyesali pertemuannya dengan lelaki itu. entah sejak kapan ia mulai jatuh cinta kepada lelaki itu, yang pasti setiap kali mengenang awal-awal pertemuan mereka hampir tidak ada yang tidak indah.
pernah ia menangis memikirkan perjalanan cintanya yang rumit, tetapi kemudian ia teringat bahwa hidup memang rumit, setidaknya ia masih mempunyai logika untuk berfikir sehingga tidak melakukan hal-hal yang tidak diinginkan
***
kemarin sore mereka bertemu lagi. setiap kali bertemu ia merasa semakin mencintainya. walaupun setelah itu ia kadang kesal dan marah, tetapi tetap tidak mengurangi apa yang ia rasakan. dan hari ini dia kembali menunggu untuk laki-laki itu...dia ingin sekali mengatakan...
bila cinta tak menyatukan kita
bila kita tak mungkin bersama
ijinkan aku menyayangimu
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)