Minggu, 26 November 2006

Cerita Sore Tentang Kematian

"say, nanti malam aku nginap ditempat mu ya? di rumah sendirian nih, sepi euy..." begitulah pesan yang saya kirimkan kepada salah seorang teman. sayangnya sebelum saya tahu pesan tersebut sudah terkirim atau belum hand phone saya drop. mati total!
bisa dibayangkan kekesalan yang tiba-tiba muncul dihati? sedangkan kepastian untuk menginap menjadi tidak jelas. kalaupun pesannya sampai dan teman saya tadi membalas sudah pasti pesan itu tertunda dulu, baru setelah hand phone nya diberi nyawa pesan itu masuk.
tiba-tiba terlintas untuk menelfon melalui wartel tapi sayangnya saya tidak hapal nomornya (awalnya saya berniat menulis kata sayangnya dengan sialnya, tapi kemudian teringat bahwa tidak diperbolehkan memakai kata sial), inilah kelemahan saya, susah sekali menghapal angka-angka. seingat saya hanya beberapa nomor saja yang saya hapal, seseorang yang benar-benar dekat dengan saya.
dari kekesalan itulah kata-kata ini tersusun dengan rapi sampai akhirnya menjadi sebuah catan sore yang hambar. satu jam kemudian, saya menghidupkan kembali, sambil berdoa semoga saja ada sisa nyawa dari battery yang memang sudah layak diganti dengan yang baru. hand phone saya memang nyala tapi tak sampai satu menit, rupanya pesan dari teman saya tadi sudah masuk sayangnya belum sempat saya buka sudah mati lagi. sayapun cuma bisa menghela napas.
sementara itu diluar seorang gadis, usianya barangkali dua tahun diatas saya memanggil dengan wajah panik. saya melongo, setelah yakin saya yang dipanggil barulah saya keluar setelah sebelumnya menaruh hp dimeja.
"aduh kak...gimana nih, kami ngga sengaja." suaranya terdengar memelas. saya masih belum mengerti dengan maksudnya. kemudian dia menunjukkan genangan air yang tumpah dari pipa yang bocor karena tertabrak sepeda motornya. sayapun mafhum, tapi heran juga kenapa bisa sampai morotanya jumping kesana, padahal letak pipa itu berdampingan dengan dinding. ternyata tadi dia nabrak genset yang ada di dekat dinding, genset bergeser dan menjepit pipa air.
"kak kami ngga sengaja..." saya tersenyum, bingung juga harus berbuat apa. soalnya yang punya rumah bukan saya sih. akhirnya mereka berinisiatif membeli tali karet dan dengan bantuan seorang bapak pipa yang bocor itu ditambal. hanya untuk sementara waktu saja. lalu kedua kakak beradik tadi pulang dengan cemas setelah menitipkan no hand phonenya, kalau-kalau si pemilik rumah meminta ganti atau apalah.
saya tersenyum getir, begitulah dalam kehidupan sehari-hari, yang terjadi sering kali diluar keinginan kita. seperti saya barusan, berharap jawaban yang cepat dan pasti dari teman malah jadi lambat dan tidak menentu karena batre hp yang tiba-tiba drop. begitu juga dengan kakak beradik yang tadi. sama sekali tidak terpikirkan oleh mereka akan mengalami hal seperti itu sore ini. contoh-contoh yang lain tentu masih banyak ragamnya.
beberapa tahun yang lalu, ketika itu saya masih duduk di sekolah menengah. sekitar tahun dua ribu dua-an kalau saya tidak salah ingat. siapapun tahu kalau tahun-tahun itu adalah tahun-tahun yang bergejolak di aceh. sampai suatu sore yang naas pun tidak bisa dihindari.
orang-orang memanggilnya bang Kariya, postur tubuhnya kecil dan kurus, tapi dia memiliki selera humor yang tinggi. anak-anaknya banyak dan masih kecil-kecil, baru satu orang saja anak sulungnya yang menikah. pekerjaannya sehari-hari adalah sebagai agen kecil-kecilan, dia membeli coklat dari masyarakat dalam jumlah yang tidak seberapa lalu menjualnya kepada agen yang lebih besar.
sama seperti yang lain, ketika dipagi hari dia pergi dari rumah niatnya adalah mencari makan untuk keluarganya, anak-anak dan istrinya. tapi untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. seperti burung yang pulang kesarangnya ketika hari mulai senja, begitu juga yang dilakukan olehnya. ia pun mengendarai motor tuanya untuk segera pulang kerumah. siapa sangka keinginan untuk pulang itu hanya sebatas keinginan seorang ayah untuk anak-anaknya. yang nyatanya ia pulang ke tempat lain yang jauh sekali. yah, laki-laki itu memang pulang, tapi pulang ke kampung akhirat. ia ditembak oleh tentara gara-gara dia tidak mendengar ketika dipanggil. ia pun jatuh tersungkur bersimbah darah. biji-biji coklat berhamburan bercampur dengan amis darahnya. tragisnya lagi jenazahnya dijaga dan tidak boleh diambil sampai malam menjelang. kalau tidak salah orang-orang PMI yang mengambil jenazahnya dan mengantar ke keluarganya. kedatangannya yang biasanya disambut gembira oleh anak dan istrinya maka sore itu disambut dengan pekikan histeris dan isakan tangis yang memilukan.
kajadian diatas adalah sedikit dari cerita-cerita yang sebenarnya sangat tidak kita inginkan, tapi manusia hanya bisa merencanakan, sedang yang menentukan adalah Allah. karenanya sebelum beraktifitas kita sangat dianjurkan untuk memulainya dengan Bismillah, mengharapkan keridhaan Allah kemanapun kita pergi. agar ketika ajal menjemput, kapan saja dan dimana saja, Allah tidak marah dan tidak murka kepada kita. Allahu'alam.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)