Kamis, 14 Desember 2006

Antara Aa Gym dan Aa Yahya

Apa yang membuat Abdullah Gymnastiar dan Yahya Zaini tiba-tiba menjadi perbincangan publikyang tidak putus-putus. Melesat bagai roket dan berputar-putar dilangit. Sudah hampir dua pekan masih belum reda juga. Berita seputar pernikahan Aa Gym yang kedua menjadi topikhangat setiap surat kabar, menjadi head line news di setiap televisi


Demikian juga dengan apa yang dilakukan oleh Yahya Zini, skandal sex nya dengan mantan penyanyi dangdut Maria Eva mendadak memenuhi setiap layar kaca pertelevisian di Indonesia, begitu juga di internet dan surat kabar.


Cerita tentang poligami Aa Gym dan skandal sex Aa Yahya barangkali menjadi tidak menarik kalau mereka adalah orang kebanyakan yang tidak dikenal oleh masyarakat luas. Tapi karena mereka adalah public figure maka seperti itulah kejdiannya. Kalau ditilik lebih jauh kejadian keduanya sangat bertolak belakang, Aa Gym selaku orang yang taat beragama mencoba menerapkan salah satu sunnah Rasul sesuai dengan hukum islam. Sedangkan Aa Yahya yang melakukan hal tidak senonoh tersebut jelas-jelas bertentangan dengan agama, bukankah itu zina?


Namun menjadi menarik karena yang melakukan adalah orang-orang kepercayaan masyarakat, bagaimana tidak, bukankah selama ini Aa Gym dikenal bukan hanya sebagai figure dai yang ideal, tetapi juga sebagai seorang suami yang ideal, juga ayah yang ideal, karenanya wajar kalau ia menjadi panutan banyak orang. Sikap dan prilakunya memang pantas ditiru, nasehatnya pantas didengar, karena ia terlihat sebagai the holy man versi majalah time beberapa waktu yang lalu.


Sedangkan Aa Yahya, meskipun bukan dai kondang seperti Aa Gym namun posisnya sebagai anggota dewan dan sebagai kabid keagamaan disalah satu partai cukup dikenal oleh masyarakat. Karenanya begitu keduanya melakukan suatu hal yang tidak lazim mereka harus siap menuai kecaman dari masyarakat.


Memang tidak bisa bermain-main menjadi orang terkenal, sedikit saja melakukan kesalahan fatal akibatnya, konon lagi seperti yang dilakukan Aa Yahya. Kalau yang dilakukan oleh Aa Yahya jelas-jelas sebuah kesalahan lalu bagaimana dengan poligami yang dilakukan oleh Aa Gym yang justru mendapat kecaman lebih banyak dari maysarakat. Bukankah poligami dibolehkan?


Terlepas dari boleh atau tidaknya poligami, apa yang dilakukan Aa Gym serupa dengan yang dilakukan oleh Aa Yahya, sama-sama melukai keluarganya, sama-sama melukai hati masyarakat, membuat kecewa banyak orang, juga hilangnya kepercayaan dari masyarakat. Pemerintahpun kebat-kebit dibuatnya, sampai-sampai langsung merevisi undang-undang perkawinan. Bedanya Aa Gym tak perlu malu seperti Aa Yahya karena dia tidak melakukan hal yang bertentangan dengan agama, pun begitu Aa Gym sempat stress juga menghadapi masalah ini.


Inilah yang susah, ketika masyarakat sudah kehilanan kepercayaan bahkan kepada seorang dai sekalipun. Tentu kata-katanya tidak akan didengar lagi, berapa banyak orang yang telah disadarkan oleh Aa Gym, berapa banyak orang yang datang dari berbagai kota untuk mendengarkan ceramahnya setiap akhir pekan. Tapi lihatlah sekarang, berapa banyak orang yang kecewa dan sakit hati terutama kaum perempuan, pengajiannya walau tidak menurun drastis tapi jamaahnya sepi. Bukankah ini kerugian terbesarr dari sekedar menjalankan sunnah Rasul? Mengangkat derajat dan martabat satu orang dalamhal ini teh Rini selaku istri keduanya tapi menghancurkan perasaan banyak orang, berapa banyak orang yang mulai kehilangan simpati kepada Aa Gym? Padahal mereka semua adalah objek dakwah yang selama ini telah dibina dengan susah payah. Bahkan sampai ada ibu-ibu rumah tangga yang membuang kaset rohani Aa dijalan agar dilindas kendaraan.


Kecaman yang diterima oleh Aa Yahya memang berbeda seperti yang diterima oleh Aa Gym tapi pada dasarnya tetap sama, justru yang ini lebih parah lagi. Karena dia adalah seorang anggota dewan, wakil dari seluruh masyarakat Indonesia yang berkantor disenayan sana. Masyarakat kehilangan kepercayAan kepada para pemimpin, kehilangan figure, inilah yang membuat golkar kelimpungan dan cepat-cepat mengganti posisi Aa Yahya dengan orang lain. Jangan sampai apa yang dilakukan oleh Aa Yahya menjadi boomerang bagi partai berlambang pohon beringin itu.


Seyogyanya, baik Aa Gym maupun Aa Yahya, sebelum bertindak selaku pemimpin rakyat menyempatkan diri untuk berfikir sekali lagi sebelum bertindak. Bagaimana kondisi psikologis masyarakat, bagaimana dampaknya terhadap masyarakat, karena ketika seseorang sudah menjadi public figure ia bukan lagi sepenuhnya milik dirinya tetapi menjadi bagian darimasyarakat. Pun begitu, ini kembali ke diri masing-masing, ada hak-hak individu yang tidak bisa diganggu gugat oleh public.


Kalau Aa Gym sudah mempersiapkan rencananya sejak 5 tahun yang lalu, berarti ia telah siap dengan semua kritikan dan tudingan dari masyarakat. Tapi bagimana dengan Aa Yahya? Apakah ia sempat berfikir 7 detik sebelum adegan amoralnya itu dilakukan, apakah ia tidak berfikir bahwa perbuatannya akan tercium hingga ke pelosok negeri, harga dirinya tercabik dan karirnya bisa hancur. Wallahu’alam.

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)