Kamis, 18 Januari 2007

Puisi Kepada Musafir

mencintaimu adalah pengecualian
dari semua kumpulan rasa dan hasrat
lorong-lorong yang terlewati pada penghujung malam yang gelap
abstrak dan tak berujung
masing-masing saling mentafsirkan sendiri sendiri
merangkak menterjemahkan bungkahan rasa yang menggelegak
tau kah kau tentang selembar selendang?
yang berfungsi sebagai penutup tubuh yang tak utuh?
juga tentang setitik noktah merah
untuk ditorehkan pada hati yang basah hingga akhirnya membeku


I

daun-daun mulai berganti warna
sedang kita tetap seperti ini
kuncup kuncup sudah berkali-kali mekar
kita tetap diam dalam selimut usang
saling pandang dan tanpa kata kata
sementara hati menjalar menaiki tebing rasa yang tinggi dan curam
ku serahkan sebuah kata sebagai pelampiasan
tentang amarah sekaligus hasrat yang meleguh

II

kau diam
hati mu berbicara
aku tertawa
hati ku menangis
pilih mana
menjadi aku atau kau
pilih mana menjadi angin atau pohon
sedang aku tetap daun

III


katakan saja kapan kau ingin berlayar
selembar surat sudah kusiapkan untuk kutitipkan
sebuah busur lengkap dengan anak panahnya
dalam diam
kau tetap tak berkata-kata
kau tahu malam kan?
yang membungkus matahari menjadi tak terlihat


IV

sebuah penutup tanpa pengantar
sebuah epilog tanpa prolog
rasa dan hasrat
tanya pada hati mu
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)