Rabu, 25 April 2007

The Proposal Man!

The Proposal Man! Tiga potong kata yang membuat saya tergelitik sekaligus berfikir panjang setelah berdiskusi sekian lama dengan seorang teman. Bagi kebanyakan orang proposal bukanlah hal yang asing, karena setiap hari memang kita bergelut dengan itu. Seorang mahasiswa yang ingin menyelesaikan studynya maka mau tidak mau harus membuat proposal sebagai langkah awal dan baru dilanjutkan dengan step-step berikutnya. Bagi seorang peneliti, proposal juga langkah jitu bagi mereka yang tidak punya duit banyak untuk menyelesaikan proyek penelitiannya. Bagi seorang penulis, proposal juga diperlukan untuk menerbitkan karyanya, minimal ada sponsor yang bisa menerima proposalnya tersebut. Bagi nyak-nyak dan dan abang becak yang memerlukan modal untuk berdagang dan berbecak mau tidak mau harus mengikuti prosedur, lalu jadilah proposal ala mereka. Inti dari semua proposal itu adalah meminta uang kepada orang atau lembaga alias sponsor yang dianggap mempunyai dana.

Maka tidak heran langkah-langkah tertentupun diatur sedemikian rupa untuk menggolkan proposalnya, dibuatlah latar belakang yang “sexy” dan tujuan serta penutup yang menggoda ngyadengan tujuan untuk mengetuk hati si empunya uang tadi agar melolosakan proposalnya.

Dan setelah proposal tadi selesai, ia pun siap bergerilya, masih berdasarkan cerita teman saya tadi, dengan map diapit ditangan, pulpen terselip disaku baju, ia tampak siap mempresentasikan gagasannya, tetapi sayangnya tidak didukung dengan penampilan yang oke punya alias ugal-ugalan, memakai jeans belel dan rambut setengah acak-acakan. Barangkali ingin menunjukkan kalau selama dua puluh empat jam sehari, tujuh hari seminggu, tiga puluh hari sebulan dia sibuk mengurus kepentingan rakyat, tidak tidur, tidak sempat mencuci pakaian dan tidak sempat memangkas rambut, konon lagi untuk meng creambath. Makan juga kadang sempat kadang tidak. Jeleknya lagi, harus main adu otot mata alias saling mendelik, dengan tambahan muka merah dan tampang ditekuk layaknya jeruk purut.

Seorang teman yang lain juga pernah mengeluhkan hal yang sama, semua konsep sudah dirangkum dengan jelas dalam bentuk tertulis. Latar belakang sudah ada, tujuan, bentuk kegiatannya juga jelas tetapi ia menjadi kebingungan saat proposalnya harus diperbaiki karena tidak sesuai dengan si pemilik duit. “tolong berikan masukan bagaimana caranya membuat proposal yang bagus” pintanya suatu hari.

Bagi The Proposal Man, cara-cara membuat proposal yang baik memang harus sangat diperhatikan agar proposal yang ia buat tidak sia-sia dan dianggap sebelah mata oleh si penerima proposal tersebut. Bagaimana cara menarik perhatiannya dan tampil dengan gaya yang paling meyakinkan. “kalau kita sudah ikuti kemauannya tetapi sipenerima proposal masih bertingkah juga, sudah, main hantam saja!” Ungkap seorang teman sambil berkelekar. Main hantam disini bukan berarti harus gontok-gontokan atau main jak bak dukoen, tidak cukup waktu sehari untuk bisa membangun sebuah menara sekelas Eifell, atau untuk membangun tempat sesuci Masjidil Haram. “jangan pernah menyerah! Sekali dua kali ditolak biasa…ketiga kalinya pasti lolos” keyakinan memang harus dipupuk dalam diri kita, diiringi dan semangat serta doa yang kuat. (Ihan)

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)