Minggu, 01 Februari 2009

Kepada Lelaki Luarbiasa

Sejak mengenalmu aku ingin sekali untuk...untuk apa ya? Oh ya, untuk menatap matamu, memeluk pinggangmu, merebahkan kepalaku dipundakmu, menyentuh pipimu lalu mengecupnya penuh cinta. Sejak mengenalmu, sejak mendengar suaramu, sejak kita bercanda, sejak kau menjalari hatiku dengan cinta dan sayangmu. aku ingin sekali untuk.... ya untuk memeluk dan menciummu. Untuk mengatakan betapa aku sangat mencintaimu.

Bercelana Jeans, kita duduk berdampingan, aku ingat sekali, pada suatu malam, di bulan Januari, pada pertengahannya di awal tahun ini. Adalah kebahagiaan tak terhingga ketika aku bisa menemanimu duduk di suatu tempat, menyaksikan suapan demi suapan ke mulutmu, sambil melihat kiri dan kanan kau berdesis...."ayo suapi aku"

Aku tertawa. Lama kita tak bercanda, lama hangat tak menjalari tubuhku, dan lama aku tidak berdesir. Setiap detik bersamamu selalu menimbulkan getaran yang menyenangkan dan mendebarkan. "Aku tak ingin menyuapi makanmu, tapi ingin menciummu..."balasku setengah berbisik. aku tertawa saat kau menjulurkan wajahmu. Tapi tak juga kucium kau di sana.

Bertahun-tahun mencintaimu rasanya seperti baru kemarin saja kita jatuh cinta, seperti baru kemarin pertamakali aku mengenalmu, dan seperti baru kemarin aku mengatakan betapa kau telah menjadi bagian terbesar dalam hidupku. Merasakan hangat jiwamu seperti tak pernah habis tularkan hidup untukku. Dan cinta untukmu mampu mengejawantahkan semua rasa kepada yang lain yang pernah bercokol di hati. "Kamu lelaki paling istimewa yang pernah hadir dalam hidupku, kemarin, sekarang, dan selamanya."

Maka, ketika aku memelukmu, memandang matamu yang mesra, merasai hangat rengkuhmu, menyentuh dan mencium pipimu, adalah hal yang tak patut untuk dikatakan. semuanya terbenam dalam rasa yang abstrak dan hanya mampu dijawab oleh kediaman dan kebungkaman kata. Sebab cinta tak perlu diceritakan, semuanya hanya ritme yang perlu diikuti.

Cinta kepadamu mampu hilangkan gundah sebesar apapun, tuturmu mampu leburkan luka dalam hati yang lebar, dan memberi tenang yang damai, setenang ketika aku bersandar di dadamu yang bidang dan kekar. Senyaman ketika aku memanggilmu dengan Cinta.

Mencintaimu melahirkan inspirasi, merinduimu melahirkan gundah, gundah yang nikmat dan menakjubkan. Semakin gundah, semakin besar cinta dan rindu itu sendiri.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

7 komentar:

  1. Cinta itu tak peduli zaman, selalu menjadi bahan perbincangan yang hangat....

    BalasHapus
  2. @ tengkuputeh : benar...karena setiap zaman mempunyai kisahnya sendiri.

    @ lex depraxis : thx too sudah berkunjung ke rumah mayaku.dan salam kenal kembali....

    BalasHapus
  3. Kayaknya gw banget lelaki itu

    BalasHapus
  4. Kapan ya gw dapat gadis yang begitu tuilus mencinta gw

    BalasHapus
  5. Salam kenal ya dan thanks atas sharingnya

    BalasHapus
  6. jangan lupa mampir ke tempat saya ya

    BalasHapus
  7. @ aceh wordpress: semua lelaki akan merasa begitu hhhheheeee.

    kalau kita bisa mencintai dengan tulus, pasti kita akan mendapatkan yang sebaliknya juga


    @ baka kelana: thx too....makin sering share makin asyik

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)