Sabtu, 07 November 2009

Kabut di bulan November

Suatu malam diawal bulan November. Pada tahun ke delapan usia pernikahan kita. Aku ingin hujan turun malam itu. Lalu mengirimkan kabut-kabut kepadaku. Dan hujan benar-benar turun kala itu, tapi di matakuku. Dan kabut benar-benar ada, tapi di hatiku.


Aku terseok pada kebingungan yang menggulana. Nostalgia lama yang kembali melilit setengah jiwa yang telah lama hampa. Aku terdepak dari keputusan akut. Di antara rintik hujan, di antara asap kabut. Di mataku. Di hatiku. Di antara kehadirannya.


Aku tergeletak dalam palung labirin keruwetan keinginan. Rindu yang membabi buta, dan kebersalahan yang membentang dalam ingatan. Setengah hatiku tercabik, dan setengah yang lainnya bertumbuh. Sebagai syukur atas anugerah yang telah Tuhan berikan. Kepadaku; kamu dan anak-anak kita.


Aku gugu dalam diam. Pada malam diawal bulan November tahun ini. Pada tahun ke delapan usia pernikahan kita. Aku ingin hujan turun malam itu. Lalu mengirimkan kabut-kabut. Dan hujan benar-benar turun, untuk mensucikan ingatan dari kejelagaan masa lalu. Dan kabut benar-benar ada, untuk membatasi jarak pandang dengan masa pada waktu itu.


Note;

Kepada seseorang; aku tak berharap persamaan kisah. Bilapun sama, mungkin kita harus banyak berdoa; agar hujan dan kabut lebih banyak turun dalam kehidupan kita.



08:31 pm

07 Nov 09 on Sat

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)