Senin, 11 Januari 2010

Di Kotamu*

Di kotamu

Menjejakkan kaki di kotamu, Cinta

Adalah proses menggali dan mengubur sejarah

Pentasbihan diri atas harapan dan keinginan

Menjejakkan kaki di tanahmu, Cinta

Adalah mengikrarkan kembali kesaksian

Untuk terus menyetiai waktu dan keabadian

Menjejakkan hasrat di tubuhmu, Cinta

Adalah pergumulah rasa

Pertengkaran imajinasi

Perseteruan kerinduan

Menjejakkan hidup di Nafasmu, Cinta

Adalah untuk selamanya mencintai

Medan, 12-12-09



Sapa


Aku selalu menyapa

Meski setelah itu diam adalah pilihan

Bagi aku dan kamu; bagi kita

Dan itu kulakukan saban hari

Kapan saja aku melihatmu ada di ruang ini

Ketika aku menyadari

Ritual ini telah bertahun-tahun lalu terjadi

Tetapi kau masih juga tanya

Mengapa tak ada sapa untukmu?

Harusnya aku yang bertanya

Mengapa tak ada jawab setelah ada sapa?


23:53 pm 01-11-09


* Puisi ini telah dimuat di Koran Harian Aceh, edisi Minggu 10 Januari 2010
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

2 komentar:

  1. Jika menatap masa berarti menatap cinta.
    Jika cinta itu benar2 ada …
    Kenapa mesti menghakimi keadaan….
    Jika cinta benar2 nyata
    Kenapa mesti dilupakan…

    Dan bila pertemuan slalu itu yang diharapkan
    Kenapa mesti sesali perpisahan.
    Bila persahabatan adalah tujuan
    Kenapa mesti menatap diam2
    Sementara bila rahasia adalah keharusan
    Kenapa mesti diributkan…

    Jika cinta dapat dirasakan
    Kenapa menghadirkan kegelapan
    Jika perasaan hanya untuk menyaksikan polusi kehidupan
    Kenapa mesti mengusik misteri yang ada…
    Jika kebersamaan kan membawa pada keranda yang tua
    Kenapa mesti takoet terluka, kenapa mesti takoet kecewa….
    Ataukah itu yang dinamakan misteri akan cinta ????

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)