Minggu, 26 September 2010

Happy Milad; My beloved Z

Happy Milad; My beloved Z
-->
Sebab selalu ada cinta bagi lelaki yang berulang tahun di hari ini, sebab selalu ada kasih dari hari-hari yang terlalui sebelum dan sesudah tanggal ini, sebab aku cinta maka aku mengingatnya untukmu, melekatkannya dalam jejaring benak dan tak ada masa waktu yang bisa mengelupaskannya.

Karena bagiku lelaki hebat adalah lelaki sederhana yang mampu membuatku bergetar dan terpesona setiap kali mengingat namanya; dan itu hanya namamu. Nama yang tergrafir rapi dengan tinta ingat dan menjadi sumber inspirasi. Nama yang bisa menyemangati meskipun pemilik namanya entah ada di mana. Karena di balik nama itu mengalir di dalamnya ruh dari jiwamu yang layak dan patut dicintai dan dihormati sepenuh hati.

Tidak ada antara dalam mencintaimu, karena perantaraan hanya membawa pada ketidak sampaian. Dan ketikdaksampaian merupakan lolongan panjang serigala malam yang ingin menggapai purnama. Tidak ada antara yang utuh. Maka kupilih mencintaimu dengan caraku; cara paling sederhana yang tidak membutuhkan syarat apapun.

Maka bersiaplah untuk menikmati hari-hari selanjutnya, hari-hari penuh anugerah dan hadiah, hari-hari penuh kejutan dan warna. Karena keinginanku untuk mencintaimu hanya satu; selalu bisa mengingat bahwa hari ini kau berulang tahun.

Happy milad Dear… sebab selalu ada cinta untukmu, di sini, di hatiku, sebab cinta hadirkan rindu, sebab rindu adalah sesuatu yang luar biasa, yang bergumul dan meletup-letup dalam jiwa, yang mampu meluruhkan emosi dan amarah hati, yang mampu kesampingkan ego dan hasrat, yang mampu membenamkan dendam dan kepongahan. Sebab cinta adalah ketulusan yang mengandung keikhlasan, dan keikhlasan melahirkan kebesaran jiwa. Dan kebesaran jiwa mengejawantahkan semua kelelahan karena harus mengurai kata melerai makna setiap tahun di tanggal yang sama hanya untuk mengucapkan selamat ulang tahun kepadamu.

Happy milad
My beloved Z
26 September 2010
Ihan

Kau, yang diapit dua pohon selaksa Malaikat

Mungkin itu memang kamu, yang dikirimkan Tuhan dengan cara berbeda. Bukankah selama ini aku meminta agar Tuhan mempertemukanmu denganku? Dan bila kemudian kau hadir di selaput kabut yang basah dan dingin, di antara rintik asap dan rinai hujan yang basah dan lembab, sebasah dan selembab hatiku saat menunggumu datang. Itu adalah anugerah dari sebuah pengecualian.

Kau yang diapit dua pohon selaksa malaikat. Mungkin adalah sebuah pertanda bahwa engkau memang harus dijaga agar selamanya ada. Agar selamanya tumbuh, agar selamanya hidup, di sini; di hatiku. Untuk diingat, untuk dikenang, untuk dijadikan sejarah; untuk dituliskan. Semua kisah tentangmu.

Kau yang berada di antara jalan setapak yang panjang dan lurus, dalam samar pagi dan keliaran rumput ilalang. Seperti meliuk-liuk mengikuti harmoni alam yang gemulai dan menggairahkan. Kau yang terlihat seperti menyatu dengan awan-awan segar, seperti hendak terbang ke nirwana. Menemui Tuhan, lalu meminta ijin untuk bisa kembali ke hadapanku.

25-09-2010
10.53 am
di dedikasikan kepada Mas Recky Christian

Rabu, 01 September 2010

Rindu dan Ingatan

Rindu dan Ingatan
Mungkin aku bisa bersabar dari apapun, tapi aku tidak bisa bersabar dari rindu terhadapmu. Bahkan mungkin aku bisa alpa dalam banyak hal tapi aku tidak pernah alpa mengingatmu.

Memang, rindu dan ingatan itu sendiri tidaklah seperti mercusuar yang menjulang tinggi dengan cahaya yang berpijar. Berdiri gagah melanglang mayapada dan melahirkan decak kagum. Tidak pula seperti puncak gunung mahatinggi yang diselimuti salju yang putih dan dingin. Yang menghipnotis manusia untuk datang mengunjunginya. Sungguh, rindu dan ingatan ini bukan seperti lautan mahaluas yang penuh dengan riak dan gelombang yang serasi. Yang mampu menyedot ribuan bahkan jutaan manusia untuk mendataginya saban hari. Persis seperti gaya gravitasi yang tidak dapat ditentang.

Rindu dan ingatan ini nyaris seperti debu yang beterbangan dan menempel di dahan-dahan kecil, yang tak terlihat dan tak mampu terjamah. Tak berharga dan seringkali dianggap tak berarti. Tetapi suatu waktu hanya debu itu yang bisa menggantikan diri untuk bersuci.

Rindu dan ingatan ini hanya serupa magma yang meletup-letup di dalam perut bumi, tak ada yang mengetahui wujudnya, tak ada yang bisa memprediksi suhunya, tak ada yang mau mengerti bagaimana ia bisa ada. Hingga seringkali menimbulkan keraguan benarkah ia ada? Benarkah dapat dipercaya? Tetapi ia terus ada dan terus meletup; di dalam jiwa dan hatiku.

Rindu dan ingatan ini hanya seumpama lentera kecil yang mengapung di luasnya laut dan di dalamnya lembah, sunyi dan sepi, tapi ia akan terus menyala dengan sumbu dari pijar kerinduan yang berasal dari dirimu.

bilik hati, 30 agt 2010
11.10 pm