Rabu, 01 September 2010

Rindu dan Ingatan

Mungkin aku bisa bersabar dari apapun, tapi aku tidak bisa bersabar dari rindu terhadapmu. Bahkan mungkin aku bisa alpa dalam banyak hal tapi aku tidak pernah alpa mengingatmu.

Memang, rindu dan ingatan itu sendiri tidaklah seperti mercusuar yang menjulang tinggi dengan cahaya yang berpijar. Berdiri gagah melanglang mayapada dan melahirkan decak kagum. Tidak pula seperti puncak gunung mahatinggi yang diselimuti salju yang putih dan dingin. Yang menghipnotis manusia untuk datang mengunjunginya. Sungguh, rindu dan ingatan ini bukan seperti lautan mahaluas yang penuh dengan riak dan gelombang yang serasi. Yang mampu menyedot ribuan bahkan jutaan manusia untuk mendataginya saban hari. Persis seperti gaya gravitasi yang tidak dapat ditentang.

Rindu dan ingatan ini nyaris seperti debu yang beterbangan dan menempel di dahan-dahan kecil, yang tak terlihat dan tak mampu terjamah. Tak berharga dan seringkali dianggap tak berarti. Tetapi suatu waktu hanya debu itu yang bisa menggantikan diri untuk bersuci.

Rindu dan ingatan ini hanya serupa magma yang meletup-letup di dalam perut bumi, tak ada yang mengetahui wujudnya, tak ada yang bisa memprediksi suhunya, tak ada yang mau mengerti bagaimana ia bisa ada. Hingga seringkali menimbulkan keraguan benarkah ia ada? Benarkah dapat dipercaya? Tetapi ia terus ada dan terus meletup; di dalam jiwa dan hatiku.

Rindu dan ingatan ini hanya seumpama lentera kecil yang mengapung di luasnya laut dan di dalamnya lembah, sunyi dan sepi, tapi ia akan terus menyala dengan sumbu dari pijar kerinduan yang berasal dari dirimu.

bilik hati, 30 agt 2010
11.10 pm
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

3 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)