Sabtu, 14 Mei 2011

Langkah Kakimu

Tiba-tiba saja aku dikepung keinginan untuk kembali mendengar langkah kakinya yang berderap-derap di sepertiga malam, sejak kemarin sore, kemarin malam, dan hingga hari ini, keinginan yang belum terselesaikan. Suara-suara yang mistis tatkala alas kakinya menyatu saling mendahului, menyentuh kerikil atau mungkin pasir di jalanan yang gelap. Aku lupa menanyakan padanya, seperti apakah alas kakinya ketika itu? Serupa sandal jepitkah atau sepatu yang mampu menghangatkan kaki-kakinya.

Yang kuingat adalah jawabannya yang ingin melihat malam dan para sahabatnya, bulan, bintang, dan merasakan angin-angin malam yang dingin dan lembut, tetapi menusuk tulang. Saat kutanya untuk apa malam-malam seperti itu ia menyusuri jalanan yang lengang dan sepi. Jawaban yang sebenarnya adalah ia ingin mencari penghangat dirinya yang lain, aku tahu, ketika sepi dan suntuk menyergapnya ada sesuatu yang bisa membuatnya lupa pada semua kepenatan itu, sesuatu yang bisa membunuh rasa lapar dan haus, sesuatu yang bisa membuatnya menunda untuk melakukan sesuatu, ia butuh rokok.

Aku tertawa ketika ia kemudian harus berbalik, tersungut-sungut karena apa yang dicarinya tidak ada, mungkin ia sedikit kecewa dan tidak bisa tidur dengan tenang malam itu. Derap-derap langkah yang indah, kalau tak salah menghitung, mungkin sekitar delapan menit lamanya.

---------------------

Kapan kita bisa menghabiskan waktu bersama? mungkin, sekedar untuk berjalan menyusuri lorong-lorong sambil memamah cerita-cerita usang yang pernah kita punya, yang belum pernah kita ceritakan kepada siapapun. Atau mungkin sambil menyeruput kopi hitam yang pahit tanpa gula, yang ketika merayapi kerongkongan kita serupa pahitnya dengan asap rokok yang katamu begitu nikmat pada hisapan pertamanya.

Seingatku, pertama dan terakhir tak ada bedanya, sama-sama pahit, sama-sama menyesakkan dada, dan...kita tetap bersikeras bahwa batuk yang berat itu bukan berasal darinya tetapi dari polusi udara, dari makanan, dan dari entah apa lagi.

Ya, aku sedang dikepung rasa itu, tetapi untuk menyusuri malam bersama, mungkin di tepi pantai yang bergelombang, yang hanya purnama sebagai penerangnya, dan kita akan bercinta bersama alam.

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)