Rabu, 29 Juni 2011

Maafkan

Maafkan aku, bila masih menyimpan rindu untukmu, dan juga cinta, lengkap dengan cemburu yang setiap hari dikirimkan ‘angin’ kepadaku.

Ah, angin, adalah pemberi kabar yang taat, yang tak takluk pada ancaman isyarat yang sering kutabalkan, yah, angin tak pernah belajar bahasa sandi sehingga ia tak mengeri bahasa isyarat. Angin tak mengerti intonasi, sehingga pada suara yang tiba-tiba mengapung ia tak memaknai apa-apa, angin juga tak paham tentang mimik wajah, sehingga ketika tiba-tiba aku menjadi dingin, ia malah semakin riang dengan kabarnya.

Angin, adalah pengantar pesan yang dahsyat, yang sering mengulur gemuruh dalam hati lengangku, yang kerap memantik percik api hingga menjadi cemburu yang memerah saga, seperti senja yang dikulum mentari, maka hangatnya seringkali membuat sesak, dan embun tak menunggu subuh untuk hadir di pucuk mata.

Tapi angin tak pernah salah, ia terlibat tetapi bukan sebagai tersangka, dan angin tak berhak dihukum dengan diam, atau ditelantarkan tanpa pesan.

Maafkan, rindu untukmu datang dengan sendirinya, seperti cinta yang berhasil dipilih oleh hati, maka begitu lengkap ketika cemburu menjadi penyempurna, dan kepada angin aku patut berterimakasih. (*)

01.16 am

Permata Punie

21 Juni 2011

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)