Selasa, 10 Januari 2012

Takdir Kita *

aku menuliskan ini untukmu, seseorang yang telah melekat begitu kuat di hatiku, sehingga membuatku tidak rela bila ada seorangpun yang menyakiti hati dan perasaanmu, apalagi sampai mengobrak-abrik hidupmu, tulisan ini bukan obat, dan aku tidak pernah sembuh karenanya, dan aku tidak pernah berharap engkau akan sembuh dengan hanya membacanya.

aku tidak tahu semalam engkau tidur pukul berapa, kalaupun tidur entah engkau dapat memejamkan hatimu yang sedang ditikam amarah. dan aku juga tidak dapat melihat entah seberapa banyak darah yang mengalir dari nganga lukamu yang disebabkan oleh jiwa-jiwa yang sakit itu.

maaf, bila kau tidak berkenan dengan perkataanku, aku bukan bermaksud untuk memojokkan siapapun, tetapi kupikir aku adalah cermin yang tepat bila kau ingin melihat siapa dirimu sekarang. aku adalah seseorang dengan posisi terbalik dari hidupmu sekarang.

apakah mudah menjadi aku? jawabannya tidak, karena mesti menggadaikan perasaan untuk keberlangsungan hidup untuk jangka waktu yang tidak dapat kuprediksi. apakah gampang menjadi aku? juga tidak, sebab begitu banyak kenyataan yang dengan kesadaran dan kerelaan penuh harus kubungkus seolah-olah adalah mimpi yang akan hilang setelah pagi.

apakah aku ingin kembali ke diriku sebelum aku menjadi seperti ini? jawabannya iya, tetapi itu hanya kemustahilan sebab kita belum mempunyai mesin waktu yang bisa mengembalikan kita ke masa lalu. tetapi, apakah aku menyesal dengan semua ini? satu-satunya jawaban yang kupunya adalah TIDAK!

sebab, satu-satunya hal yang tidak pernah berani kuingkari adalah takdir. Takdir mengajarkanku untuk berani mencintai ikhlas. takdir membawaku pada kedewasaan berfikir dan sikap berani menerima kenyataan. takdir membawaku pada rasa percaya diri untuk tidak menyalahkan sesuatu. takdir mendidikku.

takdir mempertemukan kita, dan aku ingin belajar darai caramu menjalaninya, begitupun engkau, dan juga mereka.

aku memahami, tentang rasa sakit yang tak sanggup dijelaskan, tentang air mata yang tertahan di sudut bibir yang mengembangkan senyum, tentang jiwa yang telah remuk oleh perasaan yang dilumuti kecewa.

aku menyayangimu, dan biarkan engkau tahu bahwa aku benar-benar menyayangimu.

*kutulis dengan hati dan perasaan yang dalam untuk seorang sahabat, kakak, yang hanya pernah kutemui sekali dalam hidupku
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)