Senin, 02 Desember 2013

Menunggu (mu)

Hutan bambu
Di ujung senja yang menjuntai aku masih menunggu. Bahwa sebentar lagi langit akan gelap, memang! Tapi gelap itu tidak akan mematikan harapanku untuk menunggu (mu).
Justru gelap akan menuntunku pada pagi. Waktu di mana sinar mentari terburai dan aku bebas menyirami tubuhku dengan cahayanya. Waktu di mana burung-burung terbangun untuk berkicau. Lalu satu dua suaranya paling merdu tertangkap telingaku. Meski setelahnya aku masih belum menangkap merdu suaramu, tak apa. Selalu ada kisah manis di balik prosesi menunggu (mu) bukan?
Menunggu (mu) adalah jeda bagi puisi untuk melahirkan narasi. Hingga akhirnya kau datang bersama kesiur angin dan setitik embun.
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

4 komentar:

  1. Kesiur ... Seperti baru dengar ... Asyik memang berkunjung ke blog ini dapat diksi baru ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. :-) cari artinya di KBBI Azhar, kamu akan terpesona pada artinya

      Hapus
  2. Balasan
    1. hehehehe.... engga Citra, ini puisi yang kubuat secara spontan aja...

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)