Selasa, 11 Maret 2014

Tidak Punya BB (Tidak) Sama Dengan Kere (?)

@blackberryempire.com
Di Bandara Soekarno Hatta akhir Februari lalu, aku berkenalan dengan seorang gadis. Usianya terpaut beberapa tahun di atasku. Dari dialeknya aku sudah bisa menebak dari mana dia berasal. Orangnya ramah. Setidaknya, aku punya teman berbincang yang asyik sembari menunggu jadwal keberangkatan.

Lazimnya sebuah perkenalan, meminta nomor telepon atau nomor kontak lainnya adalah hal yang lumrah. Itu juga yang terjadi pada kami.

"Kau punya pin BB?" tanyanya.

"Enggak, aku cuma punya nomor telepon," jawabku.
"Ya nggak apa-apa lah, siapa tahu nanti kau punya rejeki, kalau sudah punya BB kau kasi tahu aku ya,"

Aku tersenyum. Tidak mengangguk tidak juga membantah. Hanya saja otakku cepat berputar; apa tadi katanya, kalau sudah punya rejeki?

Oh, sejak kapan kah punya BlackBerry (BB) jadi indikasi seseorang dianggap ber-rejeki atau berduit? Artinya, orang yang tidak ber-BB sama dengan kere kah?

Ini bukan pertama kalinya ditanya "Apa kau punya BB?". Terlebih saat aplikasi ini mulai tersedia di Android.
Paling sering adalah menerima pesan yang isinya super singkat, padat dan jelas; invite pin bb-ku ya. Parahnya tidak diberitahu pula siapa yang dimaksud dengan 'aku' itu. Akhirnya kita cuma bisa menduga-duga tentang 'aku' di seberang sana.

Mungkin karena mayoritas orang Indonesia konsumen produk BB, jadi yang tidak pakai BB malah dianggap aneh ya? Ini lah yang namanya 'membenarkan kebiasaan', bukannya 'membiasakan kebenaran'. Sebagai produk teknologi, BB tidak wajib dimiliki. Apalagi mengaitkannya dengan kondisi kantong seseorang. Dan lagi setiap orang punya selera berbeda bukan?[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

13 komentar:

  1. Hehhe..ada2 aja. Disni pernah ketemu anak indo, mereka g berani nyapa dan yakin mira dkk juga dari indo karena kita gak pake bb haha..kocak

    BalasHapus
    Balasan
    1. kata temenku yang di Batam, kalau pergi ke Singapura salah satu cara mengenali orang Indonesia adalah pake BB hehehe

      Hapus
  2. malah ada juga yang jadikan bb standard jomblo atau enggaknya kak.

    aku pernah gak sengaja dengar dua orang cowo ngobrol

    "eh... dia gak pake bb tu, berarti jomblo"

    hahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. hah? serius ini Syahuri? etapi bagus juga aku nda disangka jomblo karena ngga pake bb hahahaaa

      Hapus
    2. iya serius kak... entah apa maksudnya mreka bilang gitu, gak berdasar sama skali :))

      Hapus
    3. hahahah justifikasi sepihak ya, bikin para jomblo bahagia tersinggung

      Hapus
  3. Hahahhaha ngakak baca komen Syahuri :D

    BalasHapus
  4. Setuju...BB tidak wajib dimiliki. Aku punya BB juga karena teman-teman pada komplen katanya susah menghubungi, soalnya mereka udah pada langganan bulanan jadi malas mungkin ya buat sms atau telfon. Tapi tetap sih nggak wajib.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener Nufus, kadang-kadang komunikasi sama temen2 yg udah beralih ke BB jadi putus hahaha, alah tapi biar aja lah, kalau perlu pasti telp/sms juga

      Hapus
  5. Aneh kali menilai orang dari punya BB atau nggak, padahal masih banyak HP lain yang lebih canggih. Aku dari dulu nggak pernah tertarik pakai BB. Walaupun sudah install BBM di HP yang sekarang, tetap saja WhatsApp yang jadi IM favoritku, :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. betul Ahmad Zaki, orang kan punya selera macem2 yaaa,

      Hapus
  6. Hahaha, sebenarnya biasa aja sih. Hanya orang-orang yang merasa kaya itu punya anggapan demikian. Nah sekarng ini, orang yg punya BB itu malah lari terbirit-birit begitu lihat Android yang di atas 5 inci, layar sentuh, layar bening, lebih kencang, harga lebih murah dan bisa BBM pula!

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)