Senin, 26 Mei 2014

Kunang Kunang

ilustrasi

Kaulah kunang kunang itu. Bahkan kerlip bintang pun tak sanggup mencuri hatiku. Ah, tapi tidak! Kau bukan mencuri tapi meluluhkan hatiku. Kita bercengkerama tentang senja yang tak pernah terselesaikan. Perlukah kita bertanya mengapa matahari perlu tenggelam, agar langit selalu terang? Karena malam adalah sekat tak berlapis namun tak pernah mampu kita tembusi.

Kita bicarakan tirai yang tak perlu disibak. Sebab kaulah kunang kunang itu! Kau mengubah kegelapan menjadi percikan kesenangan yang tak pernah usai. Dan aku, penyuka malam yang menjadi bagian tak terpisahkan dari gelap.

Kita perlu menabung rindu, agar gebu tak berlalu begitu saja. Rasanya sangat ingin kembali ke siang itu, saat dimana debar dan gugup bercampur menjadi satu. Aku ingin kembali ke tatapanmu dalam diam yang teramat panjang.[]

Rabu, 21 Mei 2014

Tentangmu; Wahai Isra Masjida!

Kak Isra (fb)

Pagi tadi, saat bangun tidur mendadak aku merasa seperti orang linglung. Ini masih bulan Mei kan? Ya, dan Mei sudah hampir berakhir. Ada seseorang yang berulang tahun di bulan ini, tapi aku lupa tanggal berapa. Aku mengingat-ngingat, mengapa Facebook tak pernah mengirimkan pengingat soal ini. Hm... di zaman serba canggih ini rasanya hampir semuanya kita harapkan pada teknologi. Ah, biarlah nanti kutanyakan saja pada orangnya langsung. Aku berniat meneleponnya untuk menanyakan kepastiannya, jika sudah terlewati aku tetap akan mengucap Happy Birthday yang tertunda itu :-)

Dan.... betapa surprisenya ketika satu setengah jam kemudian membuka akun Facebook, ternyata seseorang itu berulang tahun hari ini. Ah, inikah yang disebut sebagai kontak batin itu? Jika iya, ini benar-benar luar biasa sebab komunikasi kami beberapa tahun ini tidak lagi seintens dulu.

Siapakah seseorang itu?

Namanya Isra Masjida. Aku biasa memanggilnya Kak Isra. Di phonebook namanya kutulis Sist Isra. Mengapa ia terasa istimewa? Hm, ini tak terlepas dari cerita masa lalu saat kami masih sama-sama kuliah di Fakultas Ekonomi Unsyiah. Kak Isra ini kakak kelasku di Jurusan Akuntansi. Kami sama-sama menyukai hal-hal yang berbau sastra.

Aku tak ingat lagi kapan persisnya kami mulai berteman, tapi aku ingat kapan pertama kali melihatnya. Di ruang kelas, waktu itu Kak Isra mengambil mata kuliah yang sama denganku karena harus mengulang. Entah semester berapa, yang pasti ruang kuliahnya di lantai dua di gedung belakang (PAP). Sejak pertama kali melihatnya aku sudah terkesan, wajahnya terlihat teduh dan sepertinya menyenangkan. Belakangan aku tahu ada tahi lalat di bibirnya, dan artinya.... dia tak hanya suka menulis tapi juga suka berbicara hihihihi.....

Sejak itu kami mulai menjalin pertemanan. Setelah merasa cukup nyaman dan dekat, aku mulai sering berkunjung ke kost-annya yang sempat pindah beberapa kali di kawasan Darussalam. Kami saling bertukar cerita hidup, dan entah mengapa cerita-cerita itu sampai sekarang masih melekat jelas di ingatan.

Soal mengapa kami menjadi begitu 'dekat' kurasa karena kami termasuk golongan orang-orang Maibe, orang-orang yang lahir di bulan Mei. Kami punya kesamaan sifat; sama-sama keras kepala, ngotot, dan kadang menyebalkan. Makanya kalau dia sudah mulai 'ceramah' sebaiknya diam dan iyakan saja semuanya. Biar cepat berhenti bicaranya hahaha.

Kak Isra;

Banyak sekali yang ingin kutulis tentangmu, tapi di sela-sela kesibukan ini aku hanya mau mengatakan Happy Milad saja dulu. Aku sengaja tidak menuliskannya di wall Facebookmu, karena kamu istimewa. Mereka yang istimewa tentunya akan mendapatkan perlakuan istimewa juga kan? Menurutku ini istimewa, karena tidak mengucapkannya di jejaring sosial :-D

Semoga Tuhan terus bersama hari-harimu yang penuh warna, memudahkan setiap jalan kebaikan yang kau idam-idamkan. Memberi keberkahan di usiamu, ini bukan soal berapa angka usia kita sekarang, tapi soal apakah kita sudah sematang usia kita? Dan aku yakin, kau sudah melampaui itu semua.

Happy milad my beloved sista :-*

Jumat, 16 Mei 2014

Bunga Ini Untukmu


Bunga ini untukmu, 
yang telah menemaniku melarung senja ke ufuk waktu
yang telah mengirimkan debar di ujung semilir bayu
yang telah menyematkan geletar paling rasa dalam diriku
Bunga ini untukmu,




Jumat, 09 Mei 2014

Jadi Pelajar di Tengah Kepungan Konflik

ilustrasi pelajar SMP @kompasiana

Baru ingat kalau kemarin (Kamis, 8 Mei) adalah hari terakhir Ujian Nasional bagi pelajar SMP sederajat di seluruh Indonesia. Bagi mereka yang baru saja selesai UN bolehlah menarik napas lega sesaat, sembari menunggu hasil pengumuman pada awal Juni nanti.

Lima belas tahun lalu aku juga seorang pelajar SMP lho (mendadak ingat umur :-D), masih terekam jelas bagaimana hari-hari terakhirku sebelum seragam putih biru itu benar-benar kutanggalkan. Di masa-masa ini banyak kejadian yang sama sekali tak pernah kuharapkan terjadi. Potongan-potongan kejadian itu sampai sekarang masih terus membekas di ingatan. Tak mau hilang. Tak mau pergi!

Waktu SMP aku kost di Idi Rayeuk, Ibu Kota Kabupaten Aceh Timur sekarang. Aku sekolah di SMP N 1 Idi Rayeuk, fyi kalau Wakil Gubernur Aceh yang sekarang juga alumni SMP tersebut. Waktu masuk SMP dulu umurku baru sebelas tahun (aku tidak TK, belum genap lima tahun sudah keterima di SD) jadi memang masih anak-anak banget. Rasanya tak bisa dibayangkan anak sekecil itu sudah harus pisah dengan orang tua, tapi demi sekolah apa pun dijabanin deh.

Awal-awal sekolah, aku bersama seorang sepupu kost di Kompleks Asrama Koramil di Idi Rayeuk. Cuma betah beberapa bulan kemudian pindah ke daerah Kp. Blang, lumayan tahan dua tahun, menjelang naik kelas tiga pindah lagi ke Lr. Blang Pidie. Jadi selama tiga tahun SMP sempet tiga kali pindah kost. Pertengahan kelas tiga tahun 1999 aku dan sepupu memutuskan untuk tidak kost lagi. Kami kembali ke rumah orang tua, karena sudah bisa mengendarai sepeda motor kami pergi ke sekolah naik sepeda motor dan menempuh jarak belasan kilo.

Jarak segitu mending kalau aspal, lha ini jalannya cuma berlapiskan tanah kuning, kalau hujan beceknya minta ampun. Belum sepanjang jalan yang ada cuma kebun-kebun penduduk. Tapi kami selalu bersemangat, karena kalau pergi ke sekolah selalu rombongan, ada kali hampir sepuluh orang masing-masing bawa motor sendiri. Seru euy!

Okai, lupakan sejenak cerita keseruan itu. Rentang waktu antara tahun 1989-1998 Aceh melewati masa-masa konflik yang parah karena penetapan status Darurat Operasi Militer. Kondisi itu tentu saja berdampak juga di daerah kami. Seingatku pergolakan pertama yang terjadi di kampung kami awal tahun 1990-an, waktu itu aku belum sekolah.

Pergolakan kedua terjadi pada tahun 1999, ini tidak termasuk kejadian-kejadian seperti demonstrasi besar-besar pada tahun 1998 efek dari krisis moneter. Sejak Soeharto lengser kita tahu kondisi Indonesia sangat tidak stabil, tapi di Aceh situasinya jauh lebih mencekam karena buntut dari konflik. Konflik inilah yang membuat Soeharto menetapkan DOM di Aceh pada tahun 1989, dicabut tahun 1998 saat aku masih kelas dua SMP.

Setelah pencabutan status DOM perlawanan dari pihak GAM jadi terbuka, inilah yang kumaksud pergolakan kedua tadi. Waktu itu mulai ada teror-teror, desas-desus yang meresahkan sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Menjelang pertengahan tahun kami mengikuti Ujian Nasional, kami pergi pagi-pagi sekali supaya tidak telat sampai ke sekolah.

Aku ingat, di hari pengumuman kelulusan kami, teman dekatku kehilangan ayahnya. Beberapa hari sebelumnya ayahnya diculik orang tak dikenal, hari itu mayatnya ditemukan. Saat mendengar kabar itu, aku yang tadinya girang karena lulus dengan nilai bagus langsung tak semangat, sedih, merasa kehilangan. Ayah temanku itu berteman baik dengan ayahku, pernah beberapa kali datang ke rumah kami dan makan bersama. Aku sempat datang ke rumahnya untuk samadiyah.

Setelah itu kampung menjadi kocar-kacir, surat kaleng ditempel di kios-kios kampung. Pokoknya dalam tempo tiga hari kampung harus kosong, kami semua mengungsi, yang sempat membongkar rumahnya ya bongkar, kalau tidak ya ditinggalkan begitu saja dan hanya bisa berucap saat rumah itu kemudian menjadi bangkai setelah dibakar.

Waktu itu aku ikut ke mana pun ayah pergi, ibu sudah hampir sebulan ke Bireuen karena kakek sakit parah, dua adikku dibawa ibu. Jadi di rumah, aku hanya tinggal dengan ayah, kalau malam nenek, om dan wawak beserta keluarganya menginap di rumah, ini salah satu cara untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Aku mengemasi barang-barang di rumah dibantu sodara-sodara yang lain. Kami semua meninggalkan kampung itu sampai sekarang.

Kami sekeluarga mengungsi ke kampung nenek dari pihak ayah, jadi kampung halamanku yang sekarang. Kemudian aku mendaftar ke SMA, pergi ke tukang jahit dan belanja keperluan sekolah bersama ayah. Tak lama kemudian aku diterima di SMA. Melanjutkan hari-hari sebagai remaja di tanah yang bising dengan desing peluru.

Di lain waktu aku akan menyajikan cerita ini dengan utuh.[]

Selasa, 06 Mei 2014

Definisi Cinta yang Tak Pernah Kita Bicarakan

Pohon rindang @ihansunrise
Apa artinya cinta?

+++

Hujan baru saja turun, rintiknya belum sempurna kering, daun-daun mungkin lebih riang sekarang setelah panas menghantamnya bertubi-tubi sejak beberapa hari ke belakang.

Aku, mematung di tepi jendela, menatap bulir-bulir hujan yang jatuh di tepi beranda. Dingin merasuk ke pori-pori, membuatku terpaksa merapatkan tangan.

Aku teringat kamu, ya, kamu yang pernah bertukar cerita tentang hujan denganku. Kamu yang selalu mengirimkan kehangatan ketika aku terserang dingin karena gigil menahan rindu. Kamu yang berubah menjadi musim-musim yang selalu kuperlukan.

Kamis, 01 Mei 2014

Jangan Under Estimate, Sinetron Ini Asli Indonesia Kok!

@google

Plagiat sedang "naik daun" agaknya, sejak pertengahan Februari lalu sampai hari ini kata plagiat sering sekali saya dengar. Berawal dari kasus Anggito Abimanyu yang salah satu artikelnya di Kompas diduga memplagiat tulisan orang lain. Berlanjut pada salah satu cerpen pemenang lomba Perhutani yang sempat menjadi polemik di dunia maya. Karena terbukti plagiat cerpen bersetting hutan Kalimantan itu akhirnya dibatalkan oleh dewan juri.

Pagi tadi begitu membuka situs berita tersiar kabar kalau sinetron terbaru di RCTI yang berjudul "Kau yang Berasal dari Bintang", diduga menjiplak drama Korea berjudul "Man from the Star". Beberapa teman juga ada yang men-share di Facebook. Walau tak seheboh polemik lomba cerpen Perhutani, tapi seru juga mengikuti komen-komen di Facebook. Apalagi di berita ditulis kalau stasiun tv Korea Selatan, SBS berencana untuk menggugat RCTI. Hm, berarti ceritanya bakal panjang :-)