Rabu, 21 Januari 2015

Bee Meuhoeng di Kawasan Pendopo

Kuntum bunga pulai @ihansunrise.blogspot.com

Ada yang menarik perhatian saya belakangan ini setiap kali melintasi Jalan Sultan Alaidin Mahmudsyah. Kawasan ini bagi saya sangat istimewa, karena di lokasi inilah Makam Sultan Iskandar Muda berada. Sultan yang pernah membawa Aceh ke puncak kegemilangan. Membuatnya terus dikenang dan disebut-sebut hingga hari ini. Dibanggakan anak cucunya.

Rumoh Aceh dan Museum Aceh juga berada di kawasan ini. Tempat yang paling sering dikunjungi wisatawan untuk ‘melihat’ Aceh dari dekat. Di samping itu ada Gedung Juang, gedung yang berfungsi sebagai kantor Shu-chokan (Pemerintahan Militer/Residen Aceh) ketika Jepang masuk ke Aceh tahun 1942. Di halaman kantor itu tempat kedua dikibarkan bendera Merah Putih oleh pejuang Aceh setelah Soekarno-Hatta memproklamirkan Kemerdekaan RI.

Selasa, 20 Januari 2015

Wabah Batu Akik

Batu akik @kompas

BATU akik tampaknya bukan lagi sebagai fenomena, tapi telah menjadi 'wabah'. Karena hampir tak ada orang yang sepertinya tidak membicarakan batu akik. Terlepas apa pun konteks yang mereka bicarakan.

Buat saya, batu akik bukanlah semacam alienasi. Sejak kecil sudah pernah melihat yang namanya batu cincin. Belakangan saja baru tahu kalau batu cincin itu merupakan hasil akhir olahan batu akik atau batu alam.

Perkenalan intens dengan batu akik bermula pada awal 2012 lalu, waktu itu tidak sengaja datang ke pameran batu akik yang dibuat di Taman Sari Banda Aceh. Saya bertemu dengan ketua Ikatan Gabungan Pecinta Batu Alam Aceh alias GaPBA. Namanya Nasrul Sufi. Dialah yang mengenalkan saya pada banyak jenis batu akik; yakud, kecubung, dan giok. Bentuknya sudah berubah dalam wujud batu cincin, gelang, gasper, dan kalung.

Di pameran itu saya juga melihat langsung proses pengolahan batu-batu alam itu sehingga menjadi batu-batu yang indah, dan tentu saja harganya juga tinggi. Soal harga, dipengaruhi oleh tingkat kesulitan mendapatkan batu itu sendiri.

Jumat, 16 Januari 2015

Sebab Aku Cinta

ilustrasi @google

Sebab aku cinta, maka mendoakanmu menjadi kerelaan
Amarahku seumpama gumpalan es yang mencair dengan sendirinya
Seperti debu yang diterbangkan para angin
Begitulah rasa menghapus semua kealpaanmu

Sebab aku cinta, maka aku ingin melengkapi
Seperti percintaan lebah dan bunga yang menawan
Seperti angin yang mengawini bunga-bunga padi

Sebab aku cinta, maka kau selalu ada


dedicated for Z



Minggu, 11 Januari 2015

Rindu, Api dan Cinta

ilustrasi kembang api


Rindu itu seperti api, menghangatkan saat kecil, membakar ketika besar. Cinta tanpa rindu, seperti ruang tanpa udara, tak berdesir. 

Saat waktu perlahan beranjak dan mengulum cahaya dengan segala kerakusannya, hanya gemuruh rindu di relung batin yang tak sanggup ditenggelamkan. Rindu tetap melekat erat, seperti sel kanker yang merapat lekat, lalu jasad mati karenanya.

Aku rindu pada 'rindu' yang menggelenyar, yang berkecipak-kecipuk, bersorak gaduh. Saat malam benar-benar gelap, hanya rindu yang menjadikan semuanya terlihat begitu indah. Rindu menerbitkan ribuan bintik bintang di mata, membuatku berkedip-kedip karena takjub.

Rindu yang berdenyar-denyar itu, kaulah pemantiknya, Cinta.[]

Cinta Kedua

ilustrasi

Aku sedang terburu-buru saat ponselku berdering malam itu. Telepon dari Emak. Tombol shut down di komputer baru saja kutekan. Aku juga masih harus merapikan meja kerjaku dulu sebelum pulang. Kertas yang berserakan, pulpen, tape recorder, membuat meja kecil ini terlihat semakin sempit. Deringan pertama berlalu begitu saja, aku berniat menelepon Emak setiba di rumah nanti.
Biasanya jam segitu aku masih stand by di kantor. Pekerjaan sebagai jurnalis memang menyita waktuku. Aku terbiasa pulang kerja malam hari, bahkan jika sedang mengejar tenggat tak jarang sampai menjelang larut malam.
Tapi malam itu, walaupun azan Isya belum berkumandang aku memutuskan untuk menyudahi aktivitasku. Sejak petang kurasa tubuhku menghangat. Tenggorokanku juga terasa panas. Namun mendengar deringan telepon dari Emak yang kedua kalinya, terpaksa kuurungkan niat untuk segera pulang. Tak biasanya Emak seperti ini. Mendadak aku jadi was-was.

Jumat, 09 Januari 2015

Belajar Ekologi di Hutan Kota



Hadirnya Taman Hutan Kota memberikan suasana berbeda bagi masyarakat urban yang sehari-hari kerap diserbu polusi

SEKELOMPOK remaja menyusuri lorong jalur pejalan kaki di Taman Hutan Kota BNI. Mereka saling berceloteh dan tertawa riang. Kadang berlari kecil sambil saling berkejar-kejaran. Sesekali, salah satu di antara mereka menunjuk-nunjuk ke sekitarnya. Puluhan jenis tanaman yang mereka lihat di sana rupanya cukup menarik perhatian.

Setelah menyusuri lorong berkelok sejauh beberapa puluh meter, mereka mulai menapaki jembatan tajuk yang menanjak. Usai menuruni jembatan tajuk ada beberapa fasilitas bermain seperti perosotan dan enjot-enjotan. Di sanalah mereka berhenti untuk menikmati fasilitas gratis itu. Layaknya pergi piknik, sekelompok remaja yang mengaku tinggal di Darussalam itu juga membawa makanan kecil untuk disantap bersama.

Jembatan tajuk di Hutan Kota BNI yang berada di Gampong Tibang, Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh telah menjadi ikon tersendiri yang menjadi daya tarik pengunjung. Seluruh lantai jembatan terbuat dari kayu. Begitu juga railing yang berfungsi sebagai tempat untuk berpegangan. Tapi jangan sekali-kali duduk di railing tersebut karena sangat berbahaya. Jembatan ini sangat panjang, membelah hingga ke hutan rawa yang ditanami mangrove jenis Rhizophora sp.

Kamis, 08 Januari 2015

Kota Pusaka di Ujung Barat Indonesia

           
Belum lama ini saya berkesempatan berkeliling Banda Aceh. Ibu Kota Provinsi Aceh ini hanya seluas 61,36 km² yang terbagi menjadi sembilan kecamatan. Tak memerlukan banyak waktu untuk mengunjungi sejumlah tempat menarik di sini.
Banda Aceh baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-809. Mendengar jumlah usia kota ini saja sudah membuat saya terkagum-kagum. Di usianya yang sudah lebih dari delapan abad ini, entah sudah berapa peradaban terbangun di atasnya. Karena itulah Banda Aceh ditabalkan sebagai salah satu Kota Tua dan Kota Pusaka di Indonesia.

Wisata Religi

Islam dan Aceh pasangan yang serasi. Sejak belasan tahun lalu provinsi di ujung barat Indonesia ini resmi memberlakukan perda syariah. Banda Aceh sendiri kian gencar mempromosikan sektor ‘wisata religi’ dengan berbagai destinasi menarik yang dimilikinya.

Para pelancong tak perlu khawatir, karena  perda tersebut hanya berlaku bagi warga lokal. Karenanya jangan lewatkan kesempatan berwisata religi ke beberapa destinasi khusus.  Landmark Aceh Masjid Raya Baiturrahman, yang berdiri megah di jantung kota merupakan tujuan utama pelancong. Inilah masjid kebanggaan orang Aceh, selain megah arsitektur masjid ini unik dengan gaya Mughal yang khas.

Saat pertama kali melihatnya saya langsung teringat pada Tajmahal di India. Masjid ini masuk dalam daftar 100 masjid menakjubkan di dunia versi Huffington Post. Sementara Yahoo pernah menempatkannya dalam 10 masjid terindah di dunia.

Nuansa Eropa muncul dalam corak ukiran dan material masjid yang mewarisi gaya Mooris di Alhambra dan Masjid Cordoba. Inilah masjid bergaya elektik yang mengadopsi arsitektur Mughal dan kolonial yang menjadi andalan wisata syariah Aceh.

[RESENSI]: Jetty Maika; Balet dan Cita-citanya untuk Indonesia


Judul              : Jetty Maika: Bertahan di Ujung Pointe…

Penulis          : Budi Maryono dan Gana Stegmann

Tebal              : 167 halaman

Penerbit         : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit  : 2014

 

JETTY Maika adalah seorang balerina ternama di Indonesia. Karirnya sebagai penari balet dimulai ketika usianya 18 tahun pada 1985 silam. Ibu dua anak ini pertama kali ‘terjerumus’ ke dunia balet sejak usia lima tahun. Semuanya gara-gara sang ibu yang dipanggilnya Mami.

Tanpa sepengetahuan Jetty, Mami mendaftarkannya ke sekolah balet. Setiap akan berangkat ke tempat les Jetty selalu menekuk wajahnya. Sinyal kalau ia tidak suka dan merasa terpaksa, tapi sayangnya Mami tak pernah merespon ‘pemberontakannya’.

Padahal, Jetty kecil bercita-cita ingin menjadi pramugari. Cita-cita yang selalu dikaitkan dengan keinginan berkeliling dunia secara gratis. Meski gagal menjadi pramugari balet mewujudkan cita-citanya untuk berkeliling dunia.

Sejak kecil dunia Jetty hanya terbatas pada dua hal saja; sekolah dan balet. Ia tidak punya teman, baik di sekolah maupun di lingkungannya. Teman-teman sekolahnya menganggap Jetty sombong dan judes karena selalu berjalan dengan dagu tegak. Saat SMP ia dujuluki si ‘bola bekel’ sedangkan saat SMA dijuluki si ‘katak’. (Halaman: 25)