Rabu, 27 Mei 2015

Sepotong Surat yang Terpenggal




Dear Zorro...

Jantungku masih berdetak dengan ritme yang sama saat aku menuliskan surat ini. Begitu juga dengan irama nafasku. 

Seperti yang kau tahu, hanya kau yang bisa membuat ritmenya menjadi semacam terjangan angin ribut yang membabi buta. Membuat jantung seperti terguling-guling dan napas tersengal bagai kehilangan oksigen.

Kita sangat sering mendefinisikan cinta, rasa dan juga rindu. Masihkah sama definisinya? Atau, masihkah perlu didefinisikan?

Dear Zorro,

Bagiku, kau bukan sekadar definisi, atau sebuah inisial. Tapi adalah rasa dan rindu itu sendiri. Kau seperti bara yang mampu memercikkan bibit-bibit api, menyala dan membuat semuanya menjadi terbakar. Dan kita menggelepar dalam bilangan waktu yang kuharap menjadi stagnan.

Kamu itu seperti kopi, seksi di nama nikmat di rasa. Senyummu menerjemahkan semua hasrat dan gejolak yang terbenam di sisi paling beku. Meski angkuh sering kali campur tangan dan mencuri semua keindahan itu.

Kau tahu, ada waktu di mana kita harus memadamkan api yang besar itu. Memaksa kebekuan menjadi cair dan mencari jalan keluarnya sendiri. Meski untuk itu kita tidak bisa memusnahkan apa yang sudah mendekam di hati. Seperti pintu yang terkunci dan berkarat. 

Minggu, 10 Mei 2015

Happy Birthday, Sayangku


"Happy Birthday Sayangku" smoga smakin dewasa, smakin jaya, smakin pintar, smakin manis dan juga smakin sayang sama aku. 

I Love U

Salam

Z


---

Dan cinta, atau rindu, atau rasa. Masihkah perlu diberi nama?

Yours

Senin, 04 Mei 2015

Sebab Kau Bukan Maryam


Dia yang selama ini kau anggap hujan bukan tak mungkin adalah badai berwajah embun. Yang selalu sejuk menenangkan saat kau masuk ke kornea matanya. Yang selalu mendamaikan mana kala hatimu sedang riuh.

Dia yang kau anggap sebagai dahan kokoh untuk menopangmu, bukan tak mungkin hanya ranting rapuh yang mampu melemparmu ke dasar jurang. Kau menjuntai di lengan kokohnya, tanpa sedikitpun ragu bahwa dia takkan memelukmu saat kau terhuyung.

Kau mungkin lupa, bahwa ucapan-ucapannya telah dilumuri gula sehingga kau tak sadar bahwa dia begitu melenakan.

Kau mungkin lupa, jika dia bukanlah payung yang dengan rela melindungimu dari hujan. Karena itu dia terus mengarang cerita tentang musim semi yang indah, dan musim panas yang hangat. Dan kau terjebak pada warna-warni bunga hasil imajinasinya.

Kau mungkin lupa, dia tak bersayap layaknya merak, tapi memiliki pesona yang lebih dari itu. Ia mengibas-ngibaskan pucuk ekornya, sehingga kau terbujuk dan terpesona.

Cinta mungkin telah mengubah dia di penglihatan mu, tapi dia adalah dia yang tak akan pernah berubah. 

Cinta mungkin telah menyulap kaktus bak melati yang mewangi, tapi duri-duri halusnya tetap akan menusukmu suatu ketika.

Rasa mungkin telah mengabaikan sisi paling sensitif dari dalam dirimu, tapi dia akan mengubahnya menjadi candu paling memabukkan.

Membuatmu nyaris seperti Zulaikha yang terpesona pada Yusuf. Tapi dia bukan Yusuf, dan kau bukan Maryam yang melahirkan Isa dengan segala kesuciannya.



Permata Punie
Senin, 04 mei 2015
01;30 WIB