Senin, 04 Mei 2015

Sebab Kau Bukan Maryam


Dia yang selama ini kau anggap hujan bukan tak mungkin adalah badai berwajah embun. Yang selalu sejuk menenangkan saat kau masuk ke kornea matanya. Yang selalu mendamaikan mana kala hatimu sedang riuh.

Dia yang kau anggap sebagai dahan kokoh untuk menopangmu, bukan tak mungkin hanya ranting rapuh yang mampu melemparmu ke dasar jurang. Kau menjuntai di lengan kokohnya, tanpa sedikitpun ragu bahwa dia takkan memelukmu saat kau terhuyung.

Kau mungkin lupa, bahwa ucapan-ucapannya telah dilumuri gula sehingga kau tak sadar bahwa dia begitu melenakan.

Kau mungkin lupa, jika dia bukanlah payung yang dengan rela melindungimu dari hujan. Karena itu dia terus mengarang cerita tentang musim semi yang indah, dan musim panas yang hangat. Dan kau terjebak pada warna-warni bunga hasil imajinasinya.

Kau mungkin lupa, dia tak bersayap layaknya merak, tapi memiliki pesona yang lebih dari itu. Ia mengibas-ngibaskan pucuk ekornya, sehingga kau terbujuk dan terpesona.

Cinta mungkin telah mengubah dia di penglihatan mu, tapi dia adalah dia yang tak akan pernah berubah. 

Cinta mungkin telah menyulap kaktus bak melati yang mewangi, tapi duri-duri halusnya tetap akan menusukmu suatu ketika.

Rasa mungkin telah mengabaikan sisi paling sensitif dari dalam dirimu, tapi dia akan mengubahnya menjadi candu paling memabukkan.

Membuatmu nyaris seperti Zulaikha yang terpesona pada Yusuf. Tapi dia bukan Yusuf, dan kau bukan Maryam yang melahirkan Isa dengan segala kesuciannya.



Permata Punie
Senin, 04 mei 2015
01;30 WIB
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

8 komentar:

  1. Kak..keren.. simple tp menyentuh, sederhana tp mengena. Gambaran hati jutaan perempuan..trims, so inspiring - AmiBina

    BalasHapus
  2. trims kak AmiBina, semoga kita termasuk pada golongan perempuan yang beruntung ya. Amin :-)

    BalasHapus
  3. Punie? dekat rumah upit? atau dengan balai dayah? :D

    #dapat salam dari istri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Di Kompleks bang, depan wisma Ratna :-). Salam balik, btw saya pernah dua kali lho ke rumahnya hihihihi

      Hapus
  4. puisinya sedang menuturkan rasa yang sangat pesimis..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini bukan tentang pesimisme maupun optimisme bro Yudi, tetapi semacam alarm bagi para perempuan supaya tidak mudah terbuai pada bujuk rayu laki-laki :-D

      Hapus
  5. mesti baca beberapa kali nih baru paham isinya :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. :-D, baca dengan hati bro, pasti paham hehehe

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)