Rabu, 17 Februari 2016

Memetik Bayang Wajahmu














APA lagi yang bisa kukatakan selain terimakasih karena sudah mencintaiku. Kau yang menyayangiku tanpa pernah berubah. Kau dengan caramu mencintai yang tak biasa itu selalu membuatku bahagia. Berhasil membuatku tersenyum setelah siksa panjang yang kau bilang sebagai kenikmatan.

Hatiku berdetak setiap kali kau mengatakan rindu. Dan entah sudah berapa puluh ribu kali aku mengatakan bahwa cinta dan rindu ini hanya milikmu. Kau yang dikirimkan waktu untukku.

Bahagia itu sungguh sangat sukar untuk diterjemahkan. Aku bahkan bingung harus menuliskannya seperti apa. Bahagia itu hanya untuk dirasakan oleh seluruh panca indera. Dan hati yang selalu mengembang seperti kuntum bunga yang mekar di pagi hari.

Aku selalu tersiksa oleh rindu. Tapi kau bilang itu bagian dari proses cinta. Takdir menuliskan kisah kita berbeda dan kita harus menerima setiap bait yang harus dilalui. Tanpa perlu mempertanyakan kepada sang pemilik takdir. Kita juga tak perlu menggugat kan, Sayang?

Aku tidur dengan menggenggam kata-katamu sebagai bekal bunga tidur. Dan bangun dengan memetik bayang wajahmu sebagai sumber semangat dan inspirasiku.

Aku bertanya apakah kau pernah tersiksa oleh rindu? Kau bilang selalu, dan badai rindu sering kali datang hingga membuatmu kepayahan. Badai itu menghantam lebih dahsyat dibandingkan badai pasir yang datang di gurun sana.

Saat berbicara tentang perasaan kita selalu terseret pada arus yang sangat sentimentil. Bahkan untukmu yang sangat logical.

Tak ada lagi yang bisa kukatakan, selain terimakasih sudah mencintaimu.[]

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)