Jumat, 03 Juni 2016

Surat Cinta untuk Ety Sayang

ilustrasi @pixabay.com

ETY Livia Harahap namanya. Perawakannya tinggi. Langsing. Kulitnya putih. Matanya sipit. Kesan 'judes' di wajahnya membuat ia makin terlihat cantik. Dia juga pintar, kritis, teliti dan sangat 'kolerik', kombinasi yang tepat untuk mengantarkannya menjadi seorang akuntan seperti yang digelutinya sejak beberapa tahun terakhir. Dia bekerja di sebuah perusahaan bergengsi di Banda Aceh.

Saya memanggilnya Ety. Kami bersahabat sejak masih kuliah. Sudah lama.... lebih dari 10 tahun, walapun intens bertemu baru sejak beberapa tahun terakhir ini saja karena berbagai faktor.

Ety salah satu sahabat dekat saya, ya, sahabat dekat, karena kami sering bertukar cerita tentang hal-hal yang pribadi seperti soal keluarga dan pekerjaan. Pembuka 'hidangan' di atas sama sekali tidak bermaksud untuk 'mempromosikannya' tapi memang itulah faktanya. Dan kalau ada yang tertarik pada profilnya silakan sewa detektif untuk cari tahu lebih banyak. :-D Satu lagi, dia juga sangat pandai menjahit, dan bikin kue.

Hari ini Ety berulang tahun. Soal ulang tahun yang ke berapa, biarlah Ety, saya dan Tuhan yang tahu. Notif di sosial media yang memberi tahu saya pagi tadi. Keterlaluan ya... tapi itulah fungsinya produk teknologi. Dan dengan sedikit kebanggaan kita bisa mengatakan; inilah saya.... manusia anti gaptek.

Dan selaku orang dewasa tidak perlu kado-kado segala seperti yang dilakukan anak-anak TK. Makanya saya tidak memberi Ety kado berupa hadiah yang dibungkus dengan kertas mahal. Saya hanya ingin memberinya sepotong surat cinta, yang ditulis di tengah kepungan tugas yang tak pernah mau selesai. Baiklah.... begini isi surat cintanya:

Dear Ety tercinta,

Sebuah notif masuk ke emailku pagi ini, oh bukan, tepatnya saat aku membuka email pagi tadi, ada sebuah notif yang mengingatkan tentang hari ulang tahunmu. Hm.... lebih enak menyebut hari lahir saja ya. Karena tidak ada yang perlu dibangga-banggakan kali dari hari ulang tahun selain sisa umur yang terus berkurang.

Lantas aku berpikir, ingin segera meng-sms dirimu dan mengucapkan selamat ulang tahun..... tapi rasanya terlalu biasa. Lalu, aku terpikir mengapa tidak kutuliskan saja di sini, agar kau bisa membacanya dan dengan itu hatimu menjadi mekar, serupa daun-daun di dalam pot di beranda rumahmu. Atau, aku menerka-nerka pastilah hatimu akan mengembang, seperti kue-kue di dalam oven yang sering kau buat dan hidangkan saat aku berkunjung ke rumahmu.

Aku ingin memberimu sekeping doa, tapi.... doa apa yang akan kupanjatkan untukmu. Jujur saja aku bingung, sungguh, aku bingung. Apakah aku akan memintamu menjadi lebih cantik, karena sejak aku mengenalmu kau sudah cantik, kalau aku mendoakanmu agar pintar, dirimu sudah sangat pintar. Dan dengan kepintaranmu itu seringkali aku termangu-mangu saat mendengar cerita-ceritamu. Apalagi saat kau menceritakannya dengan penuh gebu, dengan emosi yang kadang-kadang membuat nyaliku menciut, dan aku nyaris seperti landak yang duri-durinya bersujud. Dengan mata mengerjap-ngerjap karena takjub.

Hm... apakah aku akan mendoakanmu menjadi seorang yang penyayang? Kaupun sudah cukup penyayang. Lihat saja pohon tin, pohon pandan, pohon jeruk, dan aneka pohon lainnya di beranda rumahmu, tumbuh subur, pertanda kau merawatnya dengan baik, pertanda kau adalah seorang penyayang.

Aku berhenti sejenak, tidak tahu harus menuliskan apa lagi, bingung, pusing, aku hampir lupa kalau hari ini Jumat.

Baiklah Ety sayang.... aku cuma mau bilang semoga Bang Jali lekas datang.[]

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

1 komentar:

  1. oh.. sepertinya aku merasakan tubuhku meringan bagai tidak menapaki bumi.. oh....

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)