Minggu, 04 Juni 2017

Mencicipi Rendang Kelinci yang Gurih dan Maknyusss

Daging kelinci dimasak rendang @Ihan Sunrise

AKU barangkali salah satu dari sekian banyak orang yang awalnya menduga daging kelinci itu nggak halal untuk dikonsumsi. Ternyata eh ternyata, kelinci itu halal kok. Sama seperti unggas kayak bebek atau ayam, atau kayak mamalia sejenis sapi dan kerbau.

Bahkan, daging kelinci mengandung protein hewani yang low kolesterol. Sangat dianjurkan bagi mereka yang menderita kolesterol tetapi tetap ingin memenuhi kebutuhan protein hewaninya.

Ngomong-ngomong soal daging kelinci, aku memang belum pernah mencoba sebelumnya. Sampai kemarin sore, saat buka bareng sejumlah anggota GamInong Blogger di Masjid Raya Baiturrahman, olahan daging kelinci menjadi salah satu menu yang kami santap.

Ceritanya Kak Aini, salah satu GIB-ers, sehari sebelum hari H udah halo-halo di grup kalau dese mau bawain daging kelinci. Tawaran itu langsung saja kami sambut dengan sukacita. Pasalnya, seumur-umur kami (aku) memang belum pernah mencoba seperti apa rasanya daging kelinci. Jadi, wajarlah ya kalau penasaran banget sama daging yang konon katanya sangat enak itu.

Bagi orang-orang seperti aku yang doyan makan segala macam ini, salah satu hal yang paling disenangi adalah mencoba kuliner-kuliner baru. Tentu saja selama itu masih halal dan aman dikonsumsi.



Back to daging kelinci, jadi pas udah sampai di Masjid Raya, kami mengambil lapak di bawah payung di bilah kanan masjid. Kebetulan yang datang kemarin cuma empat orang GIB-ers; aku, Kak Aini, Liza dan Eky. Tapi tetap ramai karena masing-masing pada bawa anggota keluarganya.

Setelah sampai langsung saja kita pada keluarin bekal masing-masing. Sejak awal acara buka bareng ini konsepnya memang potluck, jadi kita kayak piknik dan bawa bekal masing-masing. Terus kita tukar-tukaran menu gitu. Ah.... pokoknya seru deh.

Salah satu yang menarik perhatian adalah si daging kelinci ini. Karena sejak sehari sebelumnya kita udah pada omongin duluan. Begitu Kak Aini keluarin rantangnya, muncullah penampakan daging kelinci yang dimasak rendang. Hm.....langsung deh ambil handphone lalu jepret-jepret. Soalnya belum bisa diicipin karena belum waktunya berbuka. Perlu diabadikan sebagai bukti. Di era digital ini no picture is hoax soalnya.

Nggak lama kemudian suara sirine pertanda waktu berbuka berbunyi...horee.... Allahuma laka sumtu....

Langsung deh aku yang udah nggak sabaran pengen coba rendang kelinci minta izin ke Kak Aini. Pertama ambil sepotong dulu terus taruh di piring, hanya berselang detik itu daging sudah pindah ke mulut. Mulai kunyah-kunyah dan oh.....ternyata rasanya sangat enak. Terbayar sudah rasa penasaran selama ini. Rasa dagingnya sangat empuk. Apalagi dibikin rendang, bumbunya aja memang sudah enak kan? Terus ambil lagi hahaha....

Hilang semua rasa 'geli' yang selama ini tertanam di dalam benak. Bukan apa-apa, membayangkan kelinci yang imut dan menggemaskan nggak pernah terbayangkan bisa mencicipi dagingnya. Ini juga yang bikin banyak orang nggak sanggup makan daging kelinci. Lagi pula, di Aceh belum familiar mengonsumsi daging kelinci dan tidak ada yang menjualnya layaknya ayam atau bebek.

Tapi eh tapi Kak Aini ini peternak kelinci lho. Beberapa hari lalu baru panen tiga ekor katanya. Satu ada yang beli, terus duanya dimasak sendiri dan dibawain buat kita-kita ini. Barangkali pengen beli buah dikonsumsi boleh kontak beliau di nomor ini +62 812-6939-344. Asli, rasanya enak banget lho!
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

6 komentar:

  1. Iwaaah iya kah? Akhirnya bertambah satu lagi yang bakalan nggak bisa lupa legit dan empuknya daging kelinci yang sehat itu. Makasiih ulasannya Ihaan Sayaang!

    BalasHapus
  2. Duh, Aini udah dari setahun yang lalu pengan rasa daging kelincinya Kak Syarifah Aini, malah Kak Ihan duluan yang dapat rezeki. :(

    BalasHapus
  3. Wah., enak-enak ya menunya, saat bubar kemarin! Btw, darimana ya kak Aini dapat daging kelincinya tu? Jangan sampai kelinci peliharaannya yang jadi menu untuk bubar, kasihan :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe iya, Yelli. Baca postingannya pelan-pelan, Kakak dengan suami sudah sejak 2011 beternak kelinci pedaging. Kalau di Jawa biasanya Flemish Giant , Satin atau New Zaeland White lebih populer, cuma susah dapat bibit di Aceh, jadi kami ternakkan Rex, Lokal dan Resa (Rex Satin). So... pada dasarnya kelinci itupun seperti ayam, ada ayam hias ada ayam pedaging. Kami nggak akan potong New Zaeland Dwarf, Jersey Wolly atau English Angora untuk dimakan. Itu baru kasihaan, imut, lucu untuk piara.

      Hapus
  4. Duh, komentar loza kenapa susah banget masuknua ya? Pinhin sate kelinci nih cc kak aini

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, paling enak nih disate kalau Rex Liza. Yuk, ah, kapan-kapan kalau panen ya...

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)