Jumat, 04 Agustus 2017

Anak Muda Keren Itu Namanya Akbar



Akbar (berkacamata) @Facebook/Akbar Rafsanjani

Ambivert sepertiku, menjadi dekat dengan seseorang itu tidaklah mudah. Dekat dalam artian seseorang itu bisa menjadi 'teman ngopi' atau 'teman cekikikan' di aplikasi chatting. Minimal bisa jadi kawan buang suntuklah kalau sedang stres dan ingin gila-gila sedikit. Nggak perlu 'jaim-jaiman' dan bisa berekspresi apa adanya saja. Lebih dari itu, jika memungkinkan bisa jadi kawan curcol yang kadang-kadang kerap kambuh seperti PMS.

Dan Akbar adalah teman baru yang belakangan cukup sering terlibat obrolan dan menjadi dekat. Kami mengobrol apa saja, mulai dari film, musik, tempat-tempat wisata, hingga sepak bola. Olahraga yang tadinya bagai belantara penuh duri buatku. Akbar, si pemuda berkacamata yang sangat tergila-gila pada bola itu sedang berusaha menularkan virusnya padaku.

Aku masih ingat saat pertama kali bertemu dan berkenalan dengan Akbar awal Februari lalu, saat berburu mie ikan di Laweung, Pidie. Saat itu Akbar ikut dengan Rio, teman sesama blogger di komunitas Gam Inong Blogger yang hari itu berbaik hati menjadi pemandu berburu mie ikan Laweung yang lezat.

Sebenarnya ada beberapa lagi teman Rio yang diajak sore itu, tapi yang nama dan wajahnya nyangkut di ingatanku ya cuma Akbar. Mungkin karena dia yang paling banyak omong waktu itu, dan anaknya komunikatif juga. Sehingga pertemanan kami berlanjut melalui Facebook dan Instagram. Sampai akhirnya saling bertukar nomor handphone dan janjian mencicipi kopi telur khas Lameu yang rasanya creamy banget di bulan Mei.

Di bulan puasa kemarin Akbar memprovokasiku untuk mencoba kopi arang Tangse yang gurih. Alhamdulillah sudah kesampaian saat libur lebaran Idul Fitri kemarin. Tapi cerita perjalanan ke sana belum sempat aku tulis karena alasan yang bisa dimaklumi. :-)

Akbar saat mengambil video air terjun Lhok Jok di Mane, Pidie @Ihan Sunrise


Akbar. Menyebut namanya saja sudah membuat senang, karena aku sangat menyukai nama-nama dengan huruf vokal 'a'. Asalnya dari Garot, Pidie. Daerah yang terkenal dengan  'festival' meriam bambunya saat lebaran Idul Fitri tiba. Wajahnya mirip India. Dan kalau tersenyum aku yakin akan membuat hati adik itu meleleh berkali-kali.

Dia ini unik menurutku. Kreatif. Dan juga energik. Potret anak muda potensial. Dia juga agamis. Berlatar belakang sebagai 'aneuk dayah' di pesantren tradisional tidak menyurutkan niatnya untuk terjun ke dunia kreatif. Khususnya dunia perfilm-an dengan spesifikasi film dokumenter. Soal ini, saat ngobrol di UK Lounge pertengahan Juli lalu, Akbar bilang ia tercebur ke dunia film. Alias tak sengaja tapi akhirnya malah keterusan.

"Awalnya cuma dimintai tolong untuk riset di sebuah dayah di Sigli oleh seseorang yang ingin membuat film dokumenter, tapi belakangan saya malah terlibat sebagai tim produksinya." Lebih kurang seperti itulah kata Akbar saat itu.

Berawal dari situ Akbar lantas mengikuti coaching khusus yang dibuat oleh Aceh Documentary. Dan saat ini ia sedang menggarap film dokumenter bertema urban yang akan diikutsertakan dalam lomba film dokumenter di Jepang. Karena lokasi garapannya ada di Banda Aceh, jadilah kami bertemu kembali. Otomatis komunikasi juga makin intens karena aku terlibat sebagai 'calo' untuk mencari calon objeknya. Hahaha.

Akbar jogging di lapangan Rindam IM di Mata Ie @Ihan Sunrise


Bersama Rio, Akbar yang seorang videomaker ini juga mengelola akun Rio de Jaksiuroe di Youtube. Melalui video-video kreatif yang mereka buat, dua anak muda ini mempromosikan potensi wisata Pidie kepada siapa pun yang mereka temui.

Nah, aku adalah 'korban' kreativitas mereka dan dampaknya bisa mengunjungi beberapa tempat wisata di Pidie. Bagi kalian yang ingin mengunjungi Pidie, tak ada salahnya mengontak mereka. Pasti ada banyak informasi yang kalian dapatkan dari mereka.

Pertemanan dengan Akbar tak hanya berlangsung di ruang chatting, tapi juga di dunia nyata. Pada suatu kesempatan kami berolah raga bersama di lapangan Rindam, Mata Ie, Aceh Besar. Bersama kami juga ada Vira, teman Akbar sesama sineas muda yang bernaung di bawah Aceh Documentary.

Dua anak muda ini menurutku sangat keren. Vira misalnya, selain punya talenta khusus di film, dia juga calon dokter dan saat ini sedang merampungkan skripsinya. Dari foto-foto aktivitas di Facebook-nya tampaknya ia juga seorang relawan di C Four.

Hal lain yang sering kubicarakan dengan Akbar adalah tentang India. Salah satu negara di Asia Selatan yang sering dikait-kaitkan dengan Aceh, dan sangat ingin kami kunjungi. Sebagai penggemar Sharukh Khan dan Aamir Khan, memasukkan nama India ke dalam daftar negara yang ingin kukunjungi bukanlah kesalahan.

Ada beberapa tempat yang paling ingin aku kunjungi di India yaitu Tajmahal dan Benteng Merah di Agra. Dua situs ini merupakan peninggalan Dinasti Mughal yang cakupan wilayahnya saat itu meliputi India, Pakistan, Banglades dan Afghanistan saat ini.

Setelah Dinasti Mughal hancur dan digantikan oleh Kerajaan Marathi, sampai akhirnya masuk kolonial Inggris dan wilayah tersebut menjadi terpisah-pisah. Umat Islam yang tadinya mendiami wilayah India bermigrasi ke wilayah yang kini menjadi negara Pakistan.

Selain itu aku juga sangat ingin berkunjung ke sungai Gangga, sungai yang dianggap suci oleh umat Hindu di India. Di sini sering dilakukan ritual kremasi mayat. Faktanya air sungai ini berasal dari gletser yang mengalir dari puncak Himalaya yang berada sekitar 14 ribu mdpl.

Terakhir, aku ingin sekali ke Kashmir, wilayah India yang berbatasan langsung dengan Pakistan. Negara yang menjadi musuh bebuyutan India. Setidaknya itulah yang sering kulihat di film-film bernuansa sejarah maupun sport movie.

Kami ingin sekali bisa ngetrip bareng ke India, semoga dimudahkan oleh Allah ya, Akbar?[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

7 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)