Rabu, 20 September 2017

Zelda


Ketika semuanya menjadi nyata, maka itulah akhir dari sebuah cerita. 

Bukan, bukan aku ingin menyudahi semua proses yang penuh warna ini. Bahkan belum semua warna kita guratkan di atas kanvas. Kita juga belum mencoba semua kuas bukan? Semuanya baru berupa sketsa yang kita belum tahu akan seperti apa bentuknya. Ah, sketsa yang abstrak. Sebab ia sama sekali belum bisa ditebak.

Jika boleh kuandaikan sebagai sebuah rumah. Aku baru sadar, ternyata selama ini ada pintu yang kurang rapat. Dan ada jendela yang merenggang. Mungkin aku yang alpa, atau setengah sengaja? Agar menimbulkan tanya, seperti apa rupa warna-warna di dalamnya?

Aku hanya ingin mendesain ulang sketsa ini. Aku ingin menikmati prosesnya dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin sudah cukup kita bertemankan riuh, yang membuat potongan-potongan cerita ini dengan mudahnya berceceran.

Aku ingin menikmatinya dalam diam. Bagai bunga-bunga rumput yang tak lena meski dibuai kesiur angin. Yang tetap kokoh meski angin kencang berusaha merebahkannya. Atau seperti karang, yang tak terpancing menyahuti empasan ombak.

Zelda,

Luas hati kita melebihi luasnya semesta. Bukankah itu sudah cukup untuk menyimpan warna-warna?[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

1 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)