Rabu, 29 Desember 2010

Menanti Januari

Menanti Januari
sore ini, ketika aku melewati jalanan yang biasa aku teringat pada sesuatu. Bahwa Tuhan selalu punya cara untuk menghadirkanmu setiap kali aku merinduimu. dan aku bersyukur karena panca inderaku masih begitu peka terhadap pesan-pesan yang dikirim dengan isyarat apapun.

seperti hari ini, aku teringat bahwa desember sebentar lagi akan berakhir dan kita bersiap-siap menyambut januari. bulan-bulan yang tergabung dalam kumparan tahun selama ini adalah akumulasi dari cinta dan rindu yang tercipta, akumulasi dari kesabaran menahan semua gejolak dan rasa, akumulasi dari seluruh ruang jiwa yang sering melakukan pencarian.

dan semoga saja januari ini mampu memberi jawaban atas segala pertanyaan yang sering dilontarkan oleh hati selama ini. bahwa semuanya akan baik-baik saja, seperti yang pernah kau katakan untuk meneguhkan hatiku. aku percaya bahwa akan ada ritme lain yang bergetar sesuai dengan irama alam, dan kita harus menyesuaikan diri dengan ritme tersebut. semuanya adalah cerita tentang desau angin, tetapi desau dari ribuan butir pasir yang diterbangkan angin akan sangat berbeda dengan gemerisik air laut yang menghalau butiran pantai.

adalah sama-sama menyaksikan, bahwa kita saling bertumbuh untuk meneguhkan, saling bertumbuh untuk membuktikan, bahwa kita cukup berarti. bahwa kedewasaan....terlalu berharga untuk disandingkan dengan ego dan emosi negatif. itu yang membuat kita bertahan, membuatku yakin, membuatku percaya, bahwa engkau adalah yang paling berarti dan indah dari apapun yang pernah kutemui dalam hidupku. bahwa engkau adalah separuh yang mengalir dalam hidupku.

Maka, menanti januari tahun ini begitu menakjubkan, begitu menggairahkan, begitu mempesona, sebab Tuhan selalu punya cara untuk menghadirkanmu setiap kali aku merinduimu.