oleh; Ihan Sunrise Hatiku diliputi kesenangan maha dahsyat. Untuk yang kedua kalinya. Pertama ketika aku mengenalmu sepuluh tahun silam. Saat umurku baru menjelang 20 tahun. Dan sekarang, ketika aku kembali menjumpaimu di tempat ini, di kotamu. Tadinya kupikir itu bukan kamu. Skemata-ku hampir tak berfungsi sempurna. Itu gara-gara tubuhmu yang menyusut. Tidak gemuk seperti dulu. Dan rambutmu yang mulai terlihat memutih di beberapa bagian. Tapi kau masih gagah seperti dulu. Dari jauh aku memandangmu yang sedang khusyuk membaca sesuatu. Lalu kuputuskan untuk mendekat dan menyapa. “Tidak menyangka kembali bertemu denganmu, di sini.” Ah, harusnya aku tidak menyebutmu dengan “kamu”. Tapi menggantinya dengan “Bapak” atau “Om”. Tapi setahuku kau tidak pernah keberatan sekalipun aku memanggilmu dengan nama saja, Zal! Kau menoleh. Dan aku menikmati keterkejutanmu. Mungkin kau tidak menduga Tuhan mempertemukan kita kembali di sini, di kotamu. Atau kau pura-p
Bacalah tanpa harus menerima begitu saja. Berfikirlah tanpa harus bersikap sombong. Yakinlah tanpa harus bersikap fanatik. Dan, jika anda memiliki pendapat, kuasai dunia dengan kata-kata.