Kupanggil kau Zenja... Yang datang kala malam mulai menjelang Mengirimkan burung-burung camar yang hendak pulang ke sarang Mengirimkan angin semilir yang menusuk sanubari paling pribadi Mengirimkan sengau waktu yang diseret mentari Oh, Kau Zenja paling kudamba Yang meluruhkan seluruh daun-daun Yang menjinakkan seluruh keliaran Yang membuat takluk debu-debu beterbangan Yang membuat hati berdegup riuh Zenja, Kau yang hadir saban waktu bergulir Dan aku yang pulang saban waktu bergilir Kita berpisah saat ujung bibirku bertemu dengan ujung matamu Kau datang dengan mata terkatup Aku pergi dengan bibir menganga Zenja, Kau tak pernah melihat apa yang seharusnya kau lihat Sedang aku tak pernah mengatakan apa yang seharusnya kukatakan Kita menatap dalam diam Saling bicara dalam isyarat Takdir membuat kita patuh pada semuanya Zenja, Ya, kau Zenja paling kudamba Karena setelahmu purnama hadir di penanggalan ke-15 Purnama yang binarnya terpancar di matamu Karena s
Bacalah tanpa harus menerima begitu saja. Berfikirlah tanpa harus bersikap sombong. Yakinlah tanpa harus bersikap fanatik. Dan, jika anda memiliki pendapat, kuasai dunia dengan kata-kata.