Selasa, 13 Juli 2010

Kepada Tuhan Kamu Kutitipkan

Kepada Tuhan Kamu Kutitipkan
Hanya kepada Tuhan saja aku berani menitipkanmu, karena aku hanya percaya kepada Tuhan. Mata Tuhan tersebar di mana-mana, itulah yang membuatku yakin dan tenang bila kamu bersama Tuhan. Telinga Tuhan bertebaran di seluruh penjuru mata angin, itu lah yang membuatku tak was-was bila kamu bersama Nya. Dan hanya bila bersama Tuhan, kamu akan selalu terjaga dan terlindungi.

Kalimat-kalimat yang terus terngiang di sepanjang tidurku semalam, sampai aku terlelap, dan kata-kata yang mengapung dalam benak tak sempat terkirim dalam saku hatimu. Sejenak setelah kita mabuk dalam cerita yang panjang, aku takluk dalam kantuk panjang yang mengatupkan mata. Hingga kemudian aku terjaga ketika kau kembali hadir dalam ruang imajinasiku yang kusebut sebagai mimpi. Di sepertiga malam yang begitu tenang dan senyap.

Ini akhir yang sepi, jeda yang panjang akan melemaskan seluruh otot jiwa dan hati. Semua rahasia hanya terjamin bila aku mengaduh kepada Tuhan. Maka, hanya kepada Tuhan kupercayakan untuk menjagamu. Semoga kita bertemu di satu sudut garis di mana jarak dan waktu bukan masalah. Di mana kesabaran dan penantian akan menjadi delta terakhir bagi pengharapan. Di saat aku bisa menyentuh pipi dan bibirmu dengan pipi dan bibirku dengan takzim. Itulah saat di mana alam menyibak seluruh tabir yang selama ini menyelubungi dirinya.

karena kamu adalah candu yang menyembuhkan segala bentuk sakit dan nyeri.


Ihan Sunrise
____________
13.07.2010
14.53 pm

Jumat, 09 Juli 2010

Belajar dari Yusuf

Belajar dari Yusuf
Bila Tuhan mentakdirkanku menjadi Yusuf Subrata dan kamu ditakdirkan menjadi Cut Tari, sunguh, aku belum tentu sanggup menerima kenyataan seberat itu. Tapi Tuhan memang seorang pembuat skenario yang baik, dan Dia tak pernah salah dalam memutuskan siapa akan memerankan sebagai apa. Karena itu aku ditakdirkan menjadi I dan kamu ditakdirkan menjadi Z. Seperti katamu, setiap jarak yang tercipta sepanjang I dan Z adalah rangkaian kerinduan yang mempermudah kita memperoleh cinta. Kita mempunyai peran masing-masing.

Aku mencoba belajar dari kesabaran dan kebijaksanaan yang berhasil diciptakan oleh seorang Yusuf, meski kesalahan yang pernah kamu atau aku lakukan tidak separah yang dilakukan oleh Cut Tari. Apapun jenisnya, tetap saja kita pernah melakukan kesalahan. Sekecil apapun, kesalahan itu tetap akan melukai hati dan perasaan kita. Aku dan kamu.

Aku belajar tentang totalitas dalam mencintai, seperti cinta Yusuf kepada Cut Tari, bahwa cinta adalah kita ada untuk orang yang kita cintai di saat orang lain menjauh, kita ada di sampingnya di saat dia butuh tempat untuk bersandar pada saat orang lain mencibir, bahwa cinta, adalah kita selamanya ada di sisinya, saat orang lain tak bisa lagi menemukan sesuatu yang layak dan patut untuk dicintai pada seseorang karena perubahan fisiknya, tetapi kita mampu melihat dengan jiwa dan hati bahwa dia adalah pangeran atau bidadari yang selamanya patut untuk dicintai dalam kondisi apapun. Seperti itulah aku ingin mencintaimu.

Cinta adalah mampu memaafkan, cinta adalah mampu mendengar dengan segenap kelapangan hati dan panca indra. Cinta adalah gabungan komunikasi lahir dan batin yang begitu sakral.

Tapi cinta sama sekali tak pernah mengajarkan pengkhianatan. Karena cinta mengajarkan tentang kehormatan dan menghormati. Karena itulah aku menghormatimu, sebab aku cinta!

Ihan Sunrise
________________

09-07-2010
09:28 PM