Senin, 06 Mei 2024

Make Your Priority

www.duperrin.com


Make your priority adalah cara yang saya terapkan untuk membuat hidup saya tetap seimbang. Sebagai orang yang cenderung introvert, saya memang lebih suka menikmati kesendirian. Terasa menyenangkan ketika sendiri dan interaksi dengan orang lain lebih terbatas. 

Namun, aktivitas membuat saya harus bertemu dengan orang orang. Basi-basi bukanlah tindakan yang terlalu saya sukai. Dan jika saya paksakan, adakalanya menjadi garing. Interaksi yang berlebihan terkadang membuat saya lelah. 

Itu sebabnya, di akhir pekan saya lebih suka menghabiskan waktu di rumah. Tidur adalah aktivitas yang paling saya sukai. Saya tak pernah merindukan pantai sebagai tempat melepas lelah. Saya juga tak pernah mengidamkan tempat semacam mal untuk menghabiskan waktu. 

Saya selalu mencari kedai kopi yang tak begitu ramai untuk saya kunjungi. Saya lebih suka berdiam lama di satu tempat, ketimbang bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam durasi yang cepat. Saya lebih suka mengobrol deep dengan hanya satu atau dua orang, ketimbang haha hihi dengan banyak orang sekaligus.

Teman dekat saya hanya berbilang jari. Dan di antara itu, hanya satu dua saja yang sangat-sangat intens berkomunikasi. Saya tidak menutup diri untuk menjalin pertemanan dengan orang-orang baru. Tapi itu artinya, semua harus dimulai dari nol. Dan hanya dengan mereka yang sangat intens itulah saya berbagi tentang banyak hal, terutama terkait dengan pekerjaan yang memang jarang sekali saya ceritakan pada siapa pun. 

Orang-orang seperti saya, mungkin, bukanlah orang yang pandai menunjukkan antusiasme. Saya tak punya idola dalam bidang apa pun. Buat saya, semua orang punya sisi menarik, pada saat yang bersamaan juga punya sisi sebaliknya. Mengidolakan orang-orang tertentu hanya membuat bingung. Menambah beban. Karena itu artinya kita harus selalu update tentang perkembangan orang tersebut, bukan tak mungkin mengikuti apa yang mereka lakukan yang belum tentu cocok dengan kita.

Bagaimana saya membuat prioritas? Yakni berdasarkan konsep empat kuadran: penting dan genting; penting dan tidak genting; tidak penting dan genting; tidak penting dan tidak genting. Kuadran ini saya dapatkan ketika saya masih aktif mengikuti kelas-kelas pengembangan diri di suatu komunitas. 

Dengan berpatokan pada kuadran ini, saya tidak akan merasa bersalah ketika menolak ajakan untuk ngopi sementara di saat yang sama ada deadline pekerjaan yang saya mesti tuntaskan. Saya pilih yang kedua. Di waktu berbeda, saya memilih minum kopi dengan kawan ketimbang menemani ibu berkunjung ke rumah keluarga. Minum kopi dengan kawan adalah salah satu cara saya menjaga relasi. Relasi penting bagi perjalanan karier saya. Karier penting untuk eksistensi saya sebagai manusia. Berkat eksistensi itulah Allah membuka jalan rezeki saya. Realistis sekali, ya? :-)

Begitulah hidup. Saya menyadari hidup sebagai sebuah perjalanan yang penuh konsekuensi. Wajar jika di setiap titik perjalanan itu kita ingin meninggalkan jejak yang berkesan bagi orang lain. Dan karena itulah kita berhak memutuskan untuk bertemu dan berelasi dengan siapa, mendengar apa, melihat apa,  dan melakukan apa. 

Hal yang selanjutnya menjadi pertanyaan adalah apakah tidak pernah bertemu dengan orang yang salah? Melakukan kesalahan? Melihat dan mendengar yang tidak ingin kita dengar dan kita lihat? Justru sering. Saking seringnya saya lupa ada berapa banyak. Dan saya tak ingin menyesalinya tanpa berbuat apa apa.[]