Rabu, 30 Mei 2007

Surat cinta kepada Aby dan Umy

Surat cinta kepada Aby dan Umy

Surat cinta kepada Aby dan Umy
(Catatan Kecil Untuk BRR Dan Gerak)

Aby dan Umy selalu mengajarkan supaya kami membudayakan salam sebelum bertegur sapa, karenanya pada awal surat cinta ini, mewakili anak-anak Aby dan Umy yang lain saya mengucapkan Assalammualaikum. Semoga salam yang dilontarkan oleh anak-anak Aby dan Umy tadi menjadi ie seunijuek bagi Aby dan Umy yang tengah dilanda kemelut rumang tangga yang kronis, tampakanya perang dingin antara Aby dan Umy memang sudah seperti telur diujung tanduk sampai Umy harus melayangkan surat “putus cinta” kepada Aby. Apa yang dirasakan Umy tentunya tak boleh dianggap sepele dan dianggap biasa, karena asap timbul sudah pasti karena api, ada sebab pasti ada musababnya juga, Aby menyeleweng maka muncullah surat putus cinta dari Umy. Seperti Umy Umy yang lain, tak kan ada yang rela bila terus-terusan disakiti dan dikhianati.

Atau…barangkali Aby dan Umy akan bercerai? Maka lengkaplah sudah kemeranaan kami, anak-anak Aby dan Umy tercinta yang mencintai kalian dengan segenap jiwa raga kami.

Sebagai anak tentu kami sangat merasakan gundah gulana Umy, setiap malam ia tak pernah tidur memikirkan kami, berdoa kepada Tuhan agar Aby kembali seperti Aby saat pertama sekali kalian berkenalan, menyelesaikan tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga dengan benar, mencukupi kebutuhan anak-anaknya yang sampai hari ini masih ada yang belum mendapatkan rumah layak huni, dan, satu hal yang paling penting menurut Umy agar Aby tidak mencaplok wilayah kerja yang bukan tanggung jawabnya. Kasihan sekali Umy, bekerja keras menelusuri setiap angka, menghitung setiap debet dan kredit, mengadvokasi ini dan itu, tetapi ia malah menemukan penyimpangan justru dilakukan oleh Aby sendiri, sehingga pelan-pelan rasa tidak percaya muncul dihati Umy dan dengan sendirinya jarak terbentang sedepa demi sedepa diantara kalian, semoga masih ada cinta dihati Umy.

Sedangkan Aby, tetap dengan romantismenya yang luar biasa menaggapi surat putus cinta yang dilaangkan oleh Umy dengan kepala dingin, tenang dan sabar. Barangkali inilah yang membedakan Aby dan Umy, Umy yang lebih banyak menghabiskan waktunya diluar membuat semangatnya begitu menggebu-gebu yang oleh Aby dinilai sebagai amarah, sedangkan Aby yang sehari-harinya leibh banyak didalam ruangan lengkap dengan air conditioner, wajar jika ia mampu menetralisir kemarahan Umy dengan tenang. Setidaknya ia ingin menunjukkan sebagai kepala keluarga ia memang sudah semestinya bersikap arif dan bijaksana. Berusaha menjelaskan dengan kata-kata puitis yan menyentuh, Aby memang pujangga sejati. Setidaknya dari tulisannya masih tersirat rasa cintanya yang luar biasa kepada Umy dan juga kepada kami anak-anaknya, kali ini ia mamang begitu lapang dada menerima kemarahan Umy dengan hati terbuka dan sorot mata penuh kemesraan. Entahlah, atau barangkali Aby memang tengah melunakkan Umy agar kembali berdamai. Aku lupa menyanyakannya kepada Umy, apakah Aby memang ahli dalam hal merayu. Atau…bisa saja mereka sedang ingin bernostalgia pada masa-masa indah mereka dahulu. Saat keluarga ini bersama-sama dibangun diatas harapan jutaan penduduk negeri ini yang baru saja tertimpa musibah besar. Agar mereka bisa bersama-sama menyelesaikan konflik rumah tangga mereka, jangan sampai tetangga tahu, malu, sebab rumah tangga ini, BRR Kita kata Aby masih ditopang oleh bantuan tetangga sebelah rumah kita yang jumlahnya trilyunan rupiah.

Atau…Aby dan Umy memang perlu honey moon kedua, sekedar merilekskan kembali saraf-saraf otak setelah bertahun-tahun mengurusu rumah tangga ini, anak-anak yang nyaris terlantar, pusing dengan uang belanja rumah tangga yang begitu besar, harus menyelesaikan sekitar 128.000 rumah dari ujung barat hingga timur, utara dan selatan. Dalam banyak kesempatan hampir tidak pernah Aby dan Umy tersenyum dengan lepas, sebab bayangan ribuan anaknya yang masih berada ditenda selalu menahannya untuk tersenyum lepas, keluh kesah anaknya yang dililit kemiskinan dan berbagai persoalan berputar-putar dibenak mereka. Banyak sekali pekerjaan yang tidak terselesaikan dengan baik dan terkesan amburadul. Aku yakin, semua itu bukan karena Aby dan Umy yang tidak pandai mengurus rumah tangga mereka tetapi Aby sebagai kepala keluarga tampaknya memang harus lebih tegas dan bisa mengambil sikap.

Atau apakah Aby mulai berselingkuh? Lupa pada mandat yang diterima pada awal tahun 2005 yang lalu? Kalau itu benar terjadi tentu sangat menyakitkan dan mengecewakan, sebab bukan hanya Umy yang sakit hati tetapi juga kami anak-anak mu. Kalau itu kekhilafan masih ada waktu tersisa untuk memperbaiki diri. Dengan kembali menjalin harmonisasi antara Aby dan Umy, menumbuhkan kembali romantisme dan sikap terbuka diantara kalian. Agar bisa bersama-sama mengayuh bahtera rumah tangga ini menuju kesuksesan dan kebahagiaan. Sebab dahulunya keluarga ini dibangun atas dasar cinta dan kasih sayang sebagaimana yang dijelaskan Aby dalam surat cintanya kepada Umy. Dan kalaupun harus berpisah juga harus karena cinta, agar tidak ada pihak-pihak yang terzhalimi, tidak menyimpan sakit hati apalagi dendam.

Dengan membaca kedua surat cinta yang dituliskan oleh Aby dan Umy sebenarnya keduanya masih saling mencintai, diam-diam merindui kkeharmonisam mereka seperti dahulu. Karena selama ini berbagai kesibukan telah membuat mereka tidak pernah lagi duduk bersama, minum kopi berdua atau sekedar memberi makan ikan dikolam halaman Mesjid Raya. Keduanya sama-sama sibuk mengurusi tugas dan kewajiban masing-maisng. Aby dengan romantismenya yang luar biasa dan Umy dengan semangatnya yang berapi-api tengah menunjukkan kecintaan yang besar dan ingin bilang “aku cinta kamu” melalui kedua surat tersebut.

Aby dan Umy, janganlah membuat kami anak-anak kalian bingung, karena apapun yang kalian lakukan sebenarnya adalah untuk kesejahteraan kami semua, ekspresi cinta orang tua kepada anak dan jangan sampai Umy melayangkan surat cerai kepada Aby hanya karena tidak bisa memaafkannya. Kalau sekedar surat “putus cinta” itu sudah biasa dan Aby sudah terbiasa. Umy hanya sedang menegur Aby yang menurutnya telah menyeleweng, dan itu adalah bukti cinta sejati, karena walau bagaimanapun naluri seorang Umy sangatlah tajam dan ia tentu saja tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Sementara sikap bersahabat dan hati terbuka yang ditunjukkan Aby merupakan pertanda, kalian akan segera berdamai. Agar jembatan yang putus bisa dijahit bersama-sama, jalan yang terkelupas bisa ditambal sama-sama, dan kepercayaan yang hilang bisa kembali ditemukan, atas nama cinta.

salam cinta

Ihan's

Senin, 28 Mei 2007

Pelecehan Baru Berkedok Penegakkan Syariat

Pelecehan Baru Berkedok Penegakkan Syariat

Pelecehan Baru Berkedok Penegakkan Syariat

Tidaklah terlalu berlebihan bila dikatakan aneh apa yang sedang terjadi dan tengah di ‘perjuangkan’ di Bumi Serambi Mekkah ini, niat awalnya tak lain adalah untuk memperjuangkan islam kaffah sebagaimana yang telah diemban oleh Nabi Muhammad pada masa dahulu tetapi dalam pelaksanaanya ‘perjuangan’ inilah yang tampaknya dijadikan bola pingpong permainan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Lalu muncullah oknum-oknum yang menawarkan kearogansian dan menyalahgunakan tanggung jawabnya dilapangan serta ulah konyol sebagian masyarakat yang masih gemar main hakim sendiri hingga mencemarkan pelaksanaan syariat itu sendiri.

Kasus yang baru terjadi beberapa hari yang lalu dikawasan wisata Lhok Nga dan sempat diberitakan baik oleh media lokal maupun media nasional memang patut dicermati dengan teliti. beberapa kasus yang terjadi sebelumnya memang ada beberapa yang sengaja mendokumentasikan perbuatannya hingga pada akhirnya diketahui oleh public akibat keteledorannya sendiri, tapi apa yang terjadi dengan adegan mesum dipantai Lhok Nga yang diberi judul “Lhok Nga” tersebut memang membuat miris siapapun yang mendengarnya terlebih pelakunya sendiri, sebab yang mendokumentasikan film documenter tersebut adalah orang lain. Mengapa bisa terjadi? Ya, sepasang anak muda tersebut yang diketahui yang laki-lakinya baru kelas satu SMU sedangkan yang perempuan sudah duduk dibangku kuliah itu dipaksa untuk melakukan adegan ‘reka ulang’ atas perbuatan mereka yang tertangkap basah oleh sekelompok oknum masyarakat tadi. Belakangan diketahui oknum tadi merupakan anggota KPA dan bekerja di badan rehab rekon nanggroe aceh Darussalam.

Sebut saja namanya Ari, salah satu oknum yang ikut terlibat dan mendokumentasikan adegan tersebut mengatakan motivasi mereka menyuruh adegan reka ulang itu adalah untuk menimbulkan efek jera agar mereka tidak mengulangi perbuatannya. “Setelah itu mereka dinikahkan dan diberikan kepada tetua kampung,” jelasnya. Namun, saat ditanya mengapa ia tidak menunjukkan identitas diri yang sebenarnya ia mengatakan bahwa semua ini memang tidak ada hubungannya dengan latar belakangnya sebagai anggota KPA.

Dari beberapa sumber yang ditanyai mengatakan apa yang dilakukan oleh sekelompok oknum tadi adalah pelecehan terhadap apa yang tengah diperjuangkan dinegeri ini, karena mereka menjadikan penegakan syariat islam sebagai tameng. “itu hanya alasan saja untuk membenarkan diri mereka sendiri, apa yang mereka lakukan sudah keterlaluan dan melanggar hak privasi orang lain. Selain itu juga akan membuat orang-orang yang tidak senang kepada islam akan mudah melakukan serangan dengan mengangkat isu-isu murahan seperti itu” Jelas Adi, warga Banda Aceh. Ungkapan itu memanglah tidak berlebihan sebab beberapa sumber yang lain dan sudah melihat film berdurasi enam menit tersebut mengatakan perbuatan mereka yang memaksa kedua anak manusia tersebut melakukan adegan reka ulang memang pelecehan dan tidak jelas dasar hukumnya dan sangat keterlaluan, karena keduanya juga dipaksa agar mengeluarkan suara dan dipaksa untuk menghisap payudara perempuan tersebut didepan mereka lalu mereka tertawa dan bersorak-sorak.

(akan dipercantik bila ada waktu luang)

Surat Cinta Untuk Seorang Sahabat

Surat Cinta Untuk Seorang Sahabat
memang tidak perlu berkecil hati apalagi sampai melayangkan surat 'putus cinta' kepada seseorang yang telah 'lupa' mengundang ku pada acara peusijuek 'rumoh' barunya beberapa waktu yang lalu. keinginan untuk mencicipi bulukat kuneng dan kupi kental racikan tangannya pun sirna sudah, hanya karena satu hal; emosi. dan momen yang ditunggu-tunggu itu tak ada untuk yang kedua kalinya lagi. artinya...apa yang selama ini ditunggu-tunggu memang bukan sebuah kesiaan tetapi merasa seperti ada yang tidak pas dihati. sebab, dari dulu aku memang sangat ingin dia punya rumah yang layak tetapi tanpa sepengetahuanku ternyata dia sudah merancangnya sendiri.

awalnya memang sempat sedikit sedih, tapi setelah direnungkan kembali dan dia menceritakan hal ihwal mengapa aku tidak diundang maka mengertilah diriku, faktor utamanya hanya karena satu hal; cinta.

sekedar kilas balik, jika saja hari itu dia tidak mengurungkan niatnya untuk mengundangku sudah pasti akan ada yang lain pada hari itu. emosi akan menguap bersama tempias hujan yang membuat tanah menjadi becek, dan cinta akan kembali ke muaranya, indah dan menenangkan, bukan benih dari perdebatan dan perselisihan seperti yang kami lakukan hari itu.

pun begitu... setelah membangun sepetak rumah, yang katanya masih tanpa aksesories cukup membuatku lega sekaligus kehilangan. yah...karena itu artinya pernak-pernik kata yang sesekali waktu akan dia hadiahkan kepadaku otomatis hilang dengan sendirinya, dan tentunya dia akan mengutamakan menghias rumahnya sendiri. seperti kemarin siang (sabtu, 26 mei 2007) saat ia memperlihatkan sepenggal bait cantik langsung terfikir oleh ku untuk dipajang disalah satu dinding rumah ku, dan dengan harapan akan menjadi lebih cantik dan bermakna dengan hiasan tersebut. tapi...1 2 3 dia sudah duluan menempelkannya didinding rumah barunya dengan gayanya yang unik, hm...tak apalah...

akankah selalu seperti orang yang sedang jatuh cinta? jadi teringat masa SMU dulu, guru sosiologi saya pernah bilang begini; bagi orang yang sedang jatuh cinta maka lewat saja didepan rumah orang yang dicintainya untuk sekedar melihat jemurannya saja sudah sangat senang sekali. tentu sangat berlebihan sekali ungkapan itu, tapi memang begitulah adanya, dan itu bukan cuma omongan angin lalu saja. diam-diam mengintip kerumahnya memang menimbulkan nuansa tersendiri yang berbeda, bait-bait kecil yang berhasil ku intip dari lubang kecil dindingnya memang sangat indah dan bermakna, seperti pemiliknya, beradab dan beretika.

ditengah aktivitas dan ritme kerja yang tidak teratur, sambil sedikit-sedikit mencuri-curi waktu bisalah untuk menjenguknya, sekedar untuk tahu kabarnya melalui pesan-pesan pendek yang ia selipkan dipintu atau dinding rumahnya. antara waktu sunnah dan wajib kami memang berbeda, sehingga susah sekali untuk bisa bercengkerama langsung atau sekedar untuk tanya apa kabar? kadang-kadang bila dengan teman-teman sedang berdebat atau berdiskusi saya jadi terbayang dengan dia, karena itu adalah rutinitas kami berdua, bertengkar. tetapi indahnya bertengkar dengannya dia akan selalu nrimo atau menerima, tidak menyalahkan apalagi menuding saya, barangkali dia tahu kalau saya hoby nya bertengkar.


entahlah...
tidak ada yang lebih menyenangkan rasanya selain berteman dan bersahabat dengan orang-orang dewasa, dikomunitas saya termasuk yang paling muda dan suka berbaur dengan para orang tua, dan jujur, saya merasa nyaman dan senang ketika bisa berinteraksi dengan mereka. berdikusi hal-hal yang unik dan menarik, bercanda, kadang dimarahi dan memarahi adalah sesuatu yang tidak bisa diberikan teman sebaya. karena itu rasanya faktor kecocokan bukan pada uban yang menyembul dari balik hitamnya rambut tetapi sejauh mana kelancaran komunikasi dan menjadikan orang lain berarti bagi diri kita begitu juga sebaliknya.

ini hanya catatan kecil bagi seorang teman, diam-diam ada ke GR-an yang muncul setelah mengintip sesuatu di ruang tamunya. kata seorang teman...GR itu perlu, asal jangan minder. so...apa kabar hari esok?

senin, 19;58 wib
28 mei 2007

Kamis, 17 Mei 2007

The Soul



Jiwa adalah sumber kekuatan seseorang. Orang yang Jiwanya lemah, akan tampil sebagai sosok yang lemah. Sedangkan orang yang berjiwa kuat akan tampil sebagai sosok yang 'kuat' pula. Tentu saja, bukan sekadar dalam arti fisik. Melainkan 'kekuatan' pribadinya dalam menghadapi gelombang kehidupan.



Orang yang memiliki Jiwa kuat, bukan hanya berpengaruh pada keteguhan pribadinya, melainkan bisa digunakan untuk mempengaruhi orang lain, bahkan benda-benda di sekitarnya.

Anda melihat betapa besarnya kekuatan yang ditebarkan oleh Bung Karno sebagai ahli pidato. Ia bisa mempengaruhi ribuan orang hanya dengan kata-katanya. Ribuan orang terpesona dan rela berpanas-panas, berdesak-desakan, atau berjuang dan berkorban, mengikuti apa yang dia pidatokan.

Anda juga bisa merasakan, betapa hebatnya kekuatan yang digetarkan oleh Mozart dan Beethoven lewat karya-karya musiknya. Berpuluh tahun karya mereka dimainkan dan mempesona banyak musikus atau penikmat musik di seluruh dunia.

Atau, lebih dahsyat lagi, adalah kekuatan yang terpancar dari Jiwa rasulullah saw. Keteladanan dan risalah yang beliau bawa telah mampu menggetarkan satu setengah miliar umat Islam di seluruh penjuru planet bumi ini untuk mengikutinya. Bahkan terus berkembang, selama hampir 1500 tahun terakhir.

Bagaimana semua itu bisa terjadi? Dan darimana serta dengan cara apa kekuatan yang demikian dahsyat itu terpancar? Semua itu ada kaitannya dengan kekuatan Jiwa yang terpancar dari seseorang. Dengan mekanisme otak sebagai pintu keluar masuknya.


1. PANCARAN GELOMBANG OTAK

Mempelajari aktivitas otak, berarti juga mempelajari aktivitas Jiwa. Kenapa demikian? Karena seperti telah kita bahas di depan, Jiwa adalah program-program istimewa yang dimasukkan ke dalam sel-sel otak oleh Allah. Dan program-program itu lantas berkolaborasi membentuk suatu sistem di dalam organ otak. Karena itu, setiap apa yang dihasilkan otak adalah pancaran dari aktivitas Jiwa kita.

Bagaimana memahaminya? Banyak cara. Di antaranya dengan memahami produk-produk otak sebagai organ pemikir. Kalau kita membaca karya seseorang, baik berupa karya tulis, musik, pidato, atau karya-karya seni dan ilmu pengetahuan lainnya, kita sedang memahami pancaran jiwa seseorang.

Di dalam karya itu terkandung energi, yang tersimpan di dalam maknanya. Untuk bisa merasakan energi tersebut tentu kita harus menggunakan Jiwa untuk memahaminya.

Jika kita sekadar menggunakan panca indera terhadap suatu karya, tapi hati atau Jiwa kita tidak ikut dalam proses pemahaman itu, tentu kita tidak bisa merasakan besarnya energi yang terpancar. Karya itu tidak lebih hanya sebagai seonggok benda mati. Tapi, begitu kita melibatkan hati dan Jiwa, tiba-tiba karya itu menjadi hidup dan bermakna.

Yang demikian itu bisa terjadi pada pemahaman apa saja. Setiap kali kita ingin menangkap makna, maka kita harus melibatkan hati dan Jiwa. Hati adalah sensor penerima getaran universal di dalam diri seseorang. Ada yang menyebutnya sebagai indera ke enam.

Kombinasi antara panca indera dan hati akan menyebabkan kita bisa melakukan pemahaman. Tapi semua sinyalnya tetap dikirim ke otak sebagai pusat pemahaman atas informasi panca indera dan hati tersebut. Di situlah Jiwa bekerja sebagai mekanisme kompleks dari seluruh rangkaian software yang ada di sel-sel otak. Itulah yang difirmankan Allah dalam berbagai ayatnya, bahwa pemahaman mesti melibatkan hati, sebagai sensornya.

QS. A'raaf (7) : 179

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar. Mereka itu bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.

QS. Ar Ruum (30) 59
Demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami.

QS. Al Hajj (22) : 46
maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.

Jadi, otak memancarkan gelombang energi yang tersimpan di dalam maknanya. Makna itu sendiri sebenarnya bukanlah energi, meskipun ia mengandung energi. Makna juga bukan materi. Makna adalah makna alias ‘informasi’.

Selama ini, kita memahami eksistensi alam semesta hanya tersusun dari 4 variable, yaitu Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Sebenarnya, 'Informasi' adalah variable ke 5 yang turut menyusun alam semesta.

Para pakar Fisika tidak memasukkan 'Informasi' sebagai salah satu variable penyusun alam, karena pengukuran 'Informasi' itu tidak bisa dilakukan oleh alat ukur material seperti mengukur Ruang, Waktu, Energi dan Materi. Makna atau informasi hanya bisa diukur oleh ‘perasaan’ makhluk hidup.

Tetapi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, informasi kini semakin bisa diukur secara lebih kuantitatif bukan hanya kualitatif saja. Sehingga, saya kira sudah waktunya kita memasukkan 'variable Informasi' sebagai Salah satu dari 5 variable penyusun eksistensi alam semesta.

Nah, variabel ke 5 inilah yang banyak berperan ketika kita membicarakan makhluk hidup. Khususnya yang berkaitan dengan Jiwa dan Ruh. Sebab, ukuran-ukuran yang bisa kita kenakan pada aktivitas Jiwa dan Ruh itu bukan cuma sebatas ukuran Ruang, Waktu, Energi dan Materi, melainkan ukuran 'informasi' alias 'makna'. Dan itu belum terwadahi oleh 4 varaibel tersebut.

Mungkinkah ada suatu peralatan yang bisa mengukur baik dan buruk? Atau adakah alat secanggih apapun yang bisa mengukur tingkat keindahan, kejengkelan, kebosanan, ketentraman, kebencian, kedamaian, dan kebahagiaan? Semua itu terkait dengan informasi dan makna. Sebenarnyalah ‘makna’ itu memiliki arti yang lebih mendalam dibandingkan sekedar informasi.

Meskipun, tidak bisa diukur secara langsung sebagaimana mengukur kuantitas Ruang, Waktu, Energi dan Materi, tapi informasi dan 'makna' itu bisa bermanifestasi ke dalam Ruang, Waktu, Materi dan Energi. Informasi dan Makna menjelajah ke seluruh dimensi tersebut.

Sebagai contoh, rasa bahagia bisa terpancar di wajah seseorang (dalam bentuk materi dan energi), dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat (menempati Ruang dan Waktu).

Informasi tersebut juga bisa ditransfer kepada orang lain, sehingga memunculkan energi tertentu. Jika anda sedang merasa gembira, kemudian menceritakan kegembiraan itu kepada orang dekat anda, maka orang itu akan merasa ikut bergembira. Dan ketika dia ikut merasa gembira, dia sebenarnya telah menerima energi kegembiraan itu dari anda. Dia tiba-tiba terdorong untuk tertawa, atau bahkan menangis gembira.

Dalam bentuk apakah energi kegembiraan itu terpancar ke orang dekat anda? Apakah suara anda yang keras dan menggetarkan gendang telinganya itu yang menyebabkan dia tertawa? Pasti bukan. Apakah juga karena suara anda yang mengalun merdu, sehingga ia ikut gembira. Juga bukan. Yang menyebabkan dia ikut gembira adalah karena 'isi' alias 'makna' cerita anda itu.

Dan uniknya, energi yang tersimpan di dalam makna itu tidak bisa diukur besarnya secara statis, seperti mengukur waktu, atau energi panas. Energi 'informasi' itu besarnya bisa berubah-ubah bergantung kepada penerimanya.

Kalau si penerima berita demikian antusias dalam menanggapi berita gembira itu, maka dia akan menerima energi yang lebih besar lagi. Mungkin dia bisa tertawa sambil berurai air mata gembira, berjingkrak-jingkrak, dan seterusnya. Padahal, bagi orang lain, berita yang sama tidak menimbulkan energi sehebat itu.

Dimana kunci kehebatan transfer energi informasi itu berada? Terletak pada dua hal, yang pertama adalah makna yang terkandung di dalamnya, sejak dari informasi itu berasal. Dan yang kedua, sikap hati si penerima informasi. Keduanya bisa saling memberikan efek perlipatan kepada energi yang dihasilkan.

Jadi kekuatan energi informasi terletak pada 'kualitas interaksi' antara sumber informasi, penerima, dan makna yang terkandung di dalamnya. Dan, semua itu berlangsung dengan sangat dinamis. Itulah yang terjadi dalam mekanisme pancaran gelombang otak kita, sebagai representasi Jiwa.

Memang dalam kadar tertentu, otak memancarkan gelombang dengan frekuensi yang bisa ditangkap dengan mengunakan alat-alat perekam elektromagnetik tertentu. Katakanlah electric Encephalograph atau Magneto Encephalograph. Tapi yang terukur di sana hanyalah amplitudo dan frekuensinya saja. Atau, mungkin ditambah dengan pola gelombangnya. Sama sekali tidak bisa diukur berapa besar energi 'makna' yang tersimpan di dalamnya. Misalnya, apakah orang yang diukur gelombang otaknya itu sedang gembira atau bersedih. Atau, lebih rumit lagi, apakah dia sedang berpikir jahat atau berpikir baik.

Energi makna itu baru bisa diketahui ketika dipersepsi lewat sebuah interaksi dengan orang lain. Artinya, sampai sejauh ini alat ukur yang digunakan haruslah makhluk hidup, yang memiliki 'hati' dan Jiwa sederajat dengan sumber informasi.

Namun demikian, secara umum, kita bisa mengetahui kondisi Jiwa seseorang lewat jenis gelombang otak dan frekuensi yang dipancarkannya. Misalnya, kalau otak seseorang memancarkan gelombang dengan frekuensi 13 Hertz atau lebih, dia sedang keadaan sadar penuh alias terjaga.

Kalau pancaran gelombang antara 8 - 13 hertz, maka dia sedang terjaga tapi dalam suasana yang rileks alias santai. Jika otaknya memancarkan gelombang di bawah 8 hertz, maka orang itu mulai tertidur. Dan jika memancarkan frekuensi lebih rendah lagi, di bawah 4 Hz, ia berarti tertidur pulas. Dan ketika bermimpi, dia kembali akan memancarkan frekuensi gelombang yang meningkat, meskipun dia tidak terjaga.

Jadi, secara umum kita melihat bahwa 'aktivitas' otak seiring dengan aktivitas Jiwa. Aktivitas Jiwa bakal memancarkan energi Makna. Energi makna itu lantas memicu munculnya energi elektromagnetik di sel-sel otak. Dan berikutnya, energi elektromagnetik tersebut memunculkan jenis-jenis neurotranmister dan hormon tertentu yang terkait dengan kualitas aktivitas Jiwa itu. Misalnya neurotransmiter untuk kemarahan berbeda dengan gembira, berbeda dengan sedih, malas, dan lain sebagainya seperti telah kita bahas di depan.


2. AKTIVITAS KELISTRIKAN OTAK

Salah satu aktivitas otak yang paling dominan adalah munculnya sinyal-sinyal listrik. Setiap kali berpikir, otak bakal menghasikan sinyal-sinyal listrik. Bahkan sedang santai pun menghasilkan sinyal-sinyal listrik. Apalagi sedang tegang dan stress. Sinyal itu dihasilkan oleh sel-sel yang jumlahnya sekitar 100 miliar di dalam otak kita. Jadi, sebanyak bintang-bintang di sebuah galaksi.

Kalau kita lihat dalam kegelapan, miliaran sel itu memang seperti bintang-bintang yang sedang berkedip-kedip di angkasa. Setiap kali sel itu aktif, dia bakal berkedip menghasilkan sinyal listrik. Jika ada sekelompok sel yang aktif, maka sekelompok sel di bagian otak itu bakal menyala. Di sana dihasilkan gelombang dengan energi tertentu. Bahkan bisa dideteksi dari luar batok kepala dengan menggunakan alat pengukur gelombang otak, EEG atau MEG.

Darimana kedipan itu muncul? Dari aktifnya program-program yang tersimpan di inti sel otak. Setiap saat di otak kita muncul stimulasi-stimulasi yang menyebabkan aktifnya bagian otak tertentu. Misalnya, kita melihat mobil. Maka, bayangan mobil itu akan tertangkap oleh sel-sel retina mata kita, dan kemudian diubah menjadi sinyal-sinyal listrik yang dikirim ke otak kita. Sinyal-sinyal kiriman retina mata itu bakal mengaktifkan sejumlah sel yang bertanggung jawab terhadap proses penglihatan tersebut.

Demikian pula ketika kita membaui sesuatu. Aroma yang tertangkap oleh ujung-ujung saraf penciuman kita bakal dikirim sebagai sinyal-sinyal ke otak. Dan sinyal-sinyal itu lantas mengaktifkan sel-sel untuk membangkitkan sinyal-sinyal berikutnya. Bahkan dalam keadaan tidur, otak kita masih mengirimkan sinyal-sinyal untuk mengatur denyut jantung, pernafasan, suhu tubuh, hormon-hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya.

Otak adalah generator sinyal-sinyal listrik yang saling terangkai menjadi kode-kode kehidupan. Jika kode-kode itu padam, maka orangnya pun meninggal. Karena, sudah tidak ada lagi aktivitas kelistrikan di sel otaknya. Berarti tidak ada lagi perintah-perintah untuk mempertahankan kehidupan.

Tidak hanya berhenti di otak, sinyal-sinyal listrik itu merambat ke mana-mana ke seluruh tubuh, lewat komando otak. Menghasilkan gerakan-gerakan atau perintah lain untuk kelangsungan hidup badan kita. Gerakan sinyal listrik tersebut memiliki kecepatan sekitar 120 m per detik. Jalur yang dilaluinya adalah 'kabel-kabel' saraf yang menyebar dalam sistem yang sangat kompleks.

Pengukuran kelistrikan saraf ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat (ENG) dan menghasilkan data kelistrikan yang disebut Elektro Neuro Gram. Sedangkan untuk pengukuran kelistrikan otak menghasilkan data berupa Elektro Ensefalogram (EEG).

Dalam konteks ini, manusia lantas mirip dengan robot, yang aktivitasnya juga didasarkan pada sinyal-sinyal listrik. Pusatnya ada di hardisk atau chip yang memuat program-program pengendali fungsi 'kehidupan' robot itu.

Mekanisme kelistrikan di dalam tubuh manusia berjalan secara otomatis mengikuti pola sistem digital di dalam sel. Dalam keadaan istirahat, sel memiliki angka tegangan listrik sekitar -90 mvolt.

Namun, begitu ada rangsangan, maka ion-ion natrium yang tadinya berada di luar sel tiba-tiba ‘menyerbu’ masuk ke dalam sel melewati membrannya. Sehingga, suatu saat muatan di dalam sel itu jauh lebih positif dibandingkan dengan di luar membran sel. Tegangan puncak yang terjadi, kalau diukur dengan Galvano meter bisa mencapai +40 mvolt.

Ketika sel mencapai nilai ambang tegangan tertentu, maka sel itu menghasilkan sinyal listrik sebagai jawaban atas rangsang yang terjadi. Waktu pencapaian nilai ambang tersebut sangat singkat, sekitar 1/1000 detik. Saat itulah sinyal dihasilkan oleh sel. Di dalam sinyal itu ada kode-kode informasi yang harus disampaikan kepada sel-sel di sebelahnya, secara berkelanjutan.

Begitu tegangan listrik sel mencapai tegangan puncaknya, +40 mvolt, maka tegangan itu akan menurun kembali menuju tegangan istirahatnya yaitu -90 mvolt. Begitulah seterusnya, sinyal-sinyal terjadi di dalam sel sebagai respon atas rangsangan yang terjadi, secara otomatis.

Mekanisme kelistrikan itu terjadi bukan hanya di dalam sel saraf, melainkan di seluruh bagian tubuh. Sinyal listrik adalah mekanisme utama dalam seluruh aktivitas tubuh manusia. Dan kini, seiring dengan perkembangan teknologi, besarnya kelistrikan itu bisa diukur dengan baik.

Sebagai contoh, kelistrikan otot bisa diukur dan menghasilkan data yang disebut Elektromiogram (EMG). Otot adalah jaringan penggerak yang diladeni oleh banyak sekali unit-unit motor dari saraf otak atau tulang belakang. Ada sekitar 25 - 2000 serat otot yang terhubung ke saraf-saraf.

Sinyal-sinyal kelistrikan itu merambat lewat jalur tersebut. Ketika sel-sel saraf istirahat, maka sel-sel otot juga istirahat. Ketika sel saraf menghasilkan sinyal listrik, maka sel-sel otot juga terangsang, menghasilkan tegangan listrik, dan kemudian memunculkan sinyal dengan mekanisme yang sama.

Kelistrikan pada retina mata juga bisa diukur. Metode yang dipakai adalah rangsang cahaya pada retina, yang kemudian menghasilkan sinyal listrik di saraf-saraf sekitar mata. Sebelum diukur, mata diberi cairan NaD fisiologis, kemudian di korneanya dipasang lensa kontak yang berisi elektroda Ag-AgCl.

Pada sekitar mata dipasang elektroda referensinya. Elektroda itu bisa dipasang di dahi, atau di dekat telinga. Maka, ketika retina disinari cahaya, akan muncul sinyal-sinyal yang bisa diukur oleh sistem peralatan tersebut. Dinamakan Elektroretinogram (ERG).

Teknik lain untuk pengukuran kelainan fungsi mata secara kelistrikan adalah yang disebut Elektrookulogram (EOG). Sedangkan pada fungsi lambung dan pencemaan, pengukurannya disebut Elektrogastrogram (EGG). Pada saraf disebut Elektroneurogram (ENG). Pada otak disebut Elektroensefalogram (EEG). Dan pada jantung disebut sebagai Elektrocardiogram (ECG). Pengukuran kelistrikan pada jantung adalah yang paling maju di antara pengukuran kelistrikan yang lain, karena relatif ‘lebih mudah’ dan ‘lebih tua’. Tapi kita tidak akan membahasnya di sini lebih jauh.

Pada dasarnya saya hanya ingin mengatakan bahwa tubuh manusia penuh dengan sinyal-sinyal listrik yang membentuk mekanisme sistem kehidupan. Sekali lagi, semua itu dikendalikan lewat program-program canggih yang terdapat di inti sel yang berjumlah miliaran itu. Dan organ komandonya adalah otak.

Lima tahun terakhir ini, perkembangan pengukuran dan pemanfaatan gelombang otak semakin maju. Terutama untuk membantu orang-orang yang mengalami kelumpuhan pada saraf tubuhnya dari leher ke bawah. Mereka sangat terbantu dengan adanya teknologi 'brain computer interface' (BCI). Sebuah teknologi yang mencoba menghubungkan otak dengan sebuah komputer.

Ke dalam otak seseorang dimasukkan sebuah chip berukuran 2x2 mm yang berisi 100 keping elektroda. Chip itu ditanam di lapisan luar kulit otak sedikit di atas posisi telinga untuk menangkap sinyal-sinyal yang keluar dari sel-sel otak.

Chip tersebut bisa menangkap sinyal-sinyal yang berasal dari sekitar 50 - 150 saraf otak. Lantas, diteruskan ke suatu alat pengubah data digital, dengan menggunakan kabel fiber optik. Sinyal-sinyal digital itu dihubungkan ke sebuah komputer. Hasilnya, seorang yang mengalami kelumpuhan saraf-saraf otot bisa memberikan perintah yang ada di benaknya lewat komputer tersebut.

Penelitian yang dilakukan oleh sebuah lembaga benama Cyberkinetics di Amerika Serikat menunjukkan bahwa si pasien yang lumpuh itu bisa melakukan banyak hal lewat bantuan alat tersebut. Di antaranya, dia bisa mengoperasikan komputer cukup dengan kehendaknya saja.

Dia juga bisa mematikan dan menghidupkan lampu, televisi, radio, dan memainkan video games, serta beberapa peralatan elektronik hanya dengan menggunakan pikirannya. Bahkan perkembangan berikutnya, ia bisa menggerakkan tangannya dengan bantuan alat tersebut.

Ya, manusia telah berhasil membuktikan bahwa otak memancarkan sinyal-sinyal listrik yang memiliki makna sesuai dengan apa yang sedang dipikirkan. Karena itu, bisa diukur. Di dalamnya tersimpan energi tak terbatas yang bergantung kepada bisa tidaknya kita menerjemahkan sinyal pikiran itu lewat peralatan peralatan mutakhir..

Maka, orang bisa bermimpi dan berimajinasi apa saja dengan pikirannya. Kalau imajinasi itu bisa diterjermahkan tanpa batas juga, dengan menggunakan peralatan yang semakin canggih, maka energi yang tersimpan di dalam perintah itu pun bakal menjadi kenyataan!

Sumber : http://st-gallery.com/

Rabu, 16 Mei 2007

U Krang

U Krang
"Jadilah seperti kelapa, makin tua makin berminyak, santannya bagus!" ucap Yah Nek kepada Mak Nek, istrinya. ia ingin mengatakan secara tidak langsung kepada istrinya agar bisa bersikap bijak sana karena mereka sudah tua. hal itu dilakukan Yah Nek karena Mak Nek masih gemar pilih kasih kepada anak-anaknya. yang dibangga-banggakan hanya Bang Gam yang punya rumah besar dan mobil double kabin sejak kerja disalah satu lembaga yang dibentuk pemerintah pasca musibah tsunami akhir desember 2004 lalu. maklum, gajinya lima puluh juta lebih sebulannya, padahal kerjanya cuma bolak balik dari satu ruangan ke ruangan yang lain.

Mak Nek tambah manyun dikatakan oleh suaminya begitu, tak mau kalah ia pun menjawab.
"itu pepatah lama, sudah ot of det," sejak beberapa orang asing sering bertandang kerumahnya ia mulai keranjingan memakai bahasa mereka, kadang entah apa yang dikatakannya, maklum, Mak Nek agak peutimang orangnya. dan ia tak malu walaupun yang dia ucapkan kadang salah tempat. " banyak kelapa yang krang, tidak ada santan apalagi minyak, dagingnya tipis, yang besar cuma bruek nya saja." ucap Mak Nek.

Yah Nek melongo mendengar jawaban istrinya, seketika ia berfikir dan membenarkan omongan istrinya. ia mengangguk-ngangguk. "tumben kamu cerdas kali ini," ledeknya. tapi sayangnya Mak Nek tak mengerti maksud suaminya, maklum, ia menjawab begitu hanya karena kesal dengan tudingan suaminya yang seperti meremehkannya. Mak Nek cuma melongo dengan alis berkerut menatap suaminya yang tengah menyeruput kopi buatannya.

"betul yang kamu bilang, banyak contohnya."
"Maksud abang apa? saya belum mengerti."
"banyak orang yang umurnya sudah tua, tapi sama sekali tidak bermanfaat bagi orang lain, hanya jadi pelengkap penderita orang lain saja." tukas Yah Nek, Mak Nek manggut-manggut saja mendengarkan penjelasan suaminya.
"Seperti kita masak kuah pliek dengan kelapa yang krang tadi... sudah pakai kelapa banyak tapi tidak terasa leumak nya."
"ya...ya...." Mak Nek mulai conect rupanya.
"kayak banyak orang ditempat si Nyak Agam bekerja kan Bang? mereka itu tadinya diharapkan bisa meuleumakkan masyarakat korban tsunami, tapi malah jadi tabeu dan greu. kasihan mereka...."
"itulah....makanya jangan sering-sering kamu bela si Nyak Agam... dia itu sudah krang sekarang, sudah bercampur dengan orang-orang yang besar batok kepalanya, tetapi tidak ada isi apa-apa."
kali ini Mak Nek tidak menjawab apa-apa.

kalimat rindu

kalimat rindu

“Tanggal 16 abang keluar pulau. Masih ingat kan pesan abang?” tanyamu seraya mengingatkan. Aku mengangguk. Dalam hati.

“dua hari lagi? Bukankah seharusnya seminggu lagi?” Tanya ku dengan air mata yang berloncatan keluar.

“kamu menangis?”

“iya,”

“kenapa?”

“masih dipertanyakan kenapa?”

Kita sama-sama diam. Berkali-kali aku menghela napas, ini bukan yang pertama kali, tapi sudah menjadi rutinitas sejak bertahun-tahun yang lalu. Aku selalu takut saat kau mengatakan, lusa, besok dan hari ini, pukul ini. “aku keluar pulau….” Tak ada yang bias ku lakukan selain menatap mu lama-lama dengan irama jantung yang tidak bisa diterjemahkan.

“aku rindu.” Ucap ku akhirnya melepas sunyi.

“sama”

“aku ingin memeluk, mengikuti irama jantung mu yang teratur….”

"bukankah aku selalu memeluk mu? menemani kemana pun kau pergi? begitu juga sebaliknya, sekalipun itu hanya ada dalam pikiran kita."

Selasa, 15 Mei 2007

Sajak Usai Hujan

Sajak Usai Hujan
ada kabut kaburkan pandang luka ingat
kita sedang menghitung riuh dunia yang tersiram hujan
setiap jengkal tanah kita paku dengan kemarahan
lubang hampir tak bersisa
hingga angin tiada
asap knalpot memeriahkan mata angin
setiap simpang durjana
kemana kampung kita
kemana tali jemuran kita
angin sepi
keranda tak bertuan
karena pada hujanlah engkau memberi kesaksian
yang bertarung dengan angin
yang membasahi halaman rumah
setiap jengkal tana,
ooo....
jiwa yang ranggas,
rindukan pada huja yang usai kesaksian
sebentar lagi pelangi datang
pada hujan berikutnya
ucapkan selamat datang.....

-----------------------------------------

Ihan;
terimakasih kepada pemberi salam
yang telah mengirimkan puisi kepada yang sedang merindukan hujan
suatu saat ia akan menjadi berarti

Tetap Walau Tanpa Pasir

Keterkejutan! saat tahu waktu yang sempit itu kian dipersempit lagi, dari yang semula tanggal 23 menjadi tanggal 16 dan itu besok. apa yang bisa dilakukan dalam waktu sesempit ini? yang tidak sampai 24 jam lagi, bahkan untuk sekedar menuliskan sesuatu lalu menyelipkan kesaku baju mu pun tak sempat, tapi yang telah kau selipkan ke hati ku jauh lebih dalam lagi ketimbang secarik kertas usang yang sudah tak berbentuk lagi ini. aku baru ingat sekarang, ada sesuatu yang tak bisa kau penuhi dari sekian permintaan ku sejak beberapa tahun yang lalu.

sangat sepele sekali, bila ia bisa diambil dari setiap pantai yang melintang di timur dan barat bumi itu. dan aku menyadari, permintaan itu sangat berat sekali, lebh berat dari seribu ciuman yang kita kiaskan kepada awan yang melintas dicakrawala. sebutir pasir, atau segenggam, memang bukan sebuah perlambang atas perasaan apapun. juga bukan bentuk sebuah ketulusan atau keinginan untuk berkorban yang luar biasa. sebab pasir ini tak sama, ia tak ada ditempat lain, apalagi ditempat ku duduk memandangi senyum mu saat ini.

aku akan mengatakan, cintaku akan dibawah sampai kenegeri asing berikutnya, meninggalkan jejak langkah diatas pasir yang dihembus angin diatas kepolosan bumi tanpa ombak dan riak, dengan gelombang yang berdendang mengikuti langkah angin.

aku pernah bermimpi, dengan pasir itu cintaku akan berkali lipat bertambah, rindu ku mungkin akan melebihi gurun tempat dimana ia berasal, tapi apakah semuanya akan berakhir karena memang ia belum boleh ku miliki sekarang? tidak untuk waktu sesempit ini, bahkan besok aku belum tahu. pesan-pesan panjang yang kau sampaikan saat detik-detik pertemuan kita kembali mengiang, menerawang mengapung dibayangan hati untuk tetap mengindahkan semua itu, sebagai bentuk penghormatan sebagai awal kehangatan pada waktu berikutnya. cinta telah mengajarkan kita bersabar kepada waktu, memberikan kita kehangatan sekalipun tengah berhujan-hujan. cinta, mengajarkan air mata yang sempurna dengan balutan senyum keihklasan, bahwa aku harus berfikir realistis, tidak ada yang kekal, apalagi tentang cinta dan perasaan.

tidak seperti kemarin-kemarin, kali ini aku benar-benar sedih, meski sebenarnya senyum itu telah kau titipkan beberapa hari yang lalu. rindu itu telah kau paketkan, dan kau kirim melalui mimpi tentang pertemuan diantara kita. mengapa pula yang ku pertanyakan tentang sesuatu yang tidak perlu dijawab? aku tak sama dengan orang lain, rindu ku tak bisa dibagi melalui cerita kepada tuan-tuan tanpa identitas.

ini barangkali adalah sebuah perjalanan waktu, banyak sekali persimpangan yang harus kita lalui, tikungan-tikungan, kembali aku teringat akan pasir yang pernah kita bicarakan beberapa tahun yang lalu.

ia akan terus berjalan walau tanpa pasir dengan wujud asli, sebab pasir yang sebenarnya telah terjalin dengan cinta dan rindu yang sempurna dalam jiwa. cinta itu tidaklah terlalu indah, tetapi menjadi sangat indah saat ia bisa dihargai dengan hati terbuka.
peluk cinta dan rindu; kepada yang memberikan pasir

Mei yang basah

Mei yang basah
apakah mei bulan bersejarah?
mungkin karena kebetulan dengan bulan aku dilahirkan
tapi pertemuan demi pertemua, apakah itu kebetulan? atau memang garis takdir?
mei...awal dari semua cinta yang dimulai dengan cara paling sederhana
lalu dijalani dengan cara tak biasa
lalu....nikmati semua itu hingga terasa begitu sempurna, begitu bisik hati ku pada hari-hari dibulan mei bertahun-tahun yang lalu.
mei ditahun ini basah dengan air mata, tahun lalu basah dengan air mata, tahun sebelumnya juga air mata membasahi mei. air mata...bukan semata-mata simbol kehilangan dan ketakutan, bukan monopoli dari ketidak berdayaan melawan sesuatu, senang, bahagia, haru....lebih terasa nikmat dengan keterwakilan air mata. lalu cengengkah orang yang mempunyai banyak air mata? yang membasahi mei dengan catatan lusuh diselembar kertas usang lalu dihantarkannya kepasir yang luas tak terbentang.
atau pada secarik kain tua yang berfungsi menjadi tangan yang ia kirimkan lewat tengah malam bersama angin yang kencang membeliung. membuat ku terputar-putar dan berpusar pada rindu yang teramat sangat. tapi waktu ini, tapi diri ini, tak boleh berakhir dengan semua ketidak biasaan itu.
mei yang basah...berpelangi dimalam jula, menelikung pusaran mimpi untuk bertemu dan mendengarkan detak jantungnya yang berirama. persis seperti alunan angin yang menepuk-nepuk pohon dibibir pantai. lembut dan berdesau, membuatku tak pernah berhenti untuk memeluk mu dengan cinta.

Sabtu, 12 Mei 2007

SANGGAR MALAHAYATI BERPRETENSI PADA KEPENTINGAN POLITIK

SANGGAR MALAHAYATI BERPRETENSI PADA KEPENTINGAN POLITIK

Banda Aceh, Andalas

Peresmian sanggar Malahayati, sabtu (21/4) lalu yang dikelola oleh Pemko Banda Aceh disinyalir berpretensi pada kepentingan politik kekuasaan dan telah melukai hati masyarakat Aceh, terutama para pegiat seni dan budaya. Pasalnya, keberadaan sanggar tersebut jauh-jauh hari sudah diingatkan oleh beberapa seniman Aceh untuk tidak meneruskan keberadaan sanggar Malahayati. Kata Anton Setia Budi kepada Andalas (6/5) di Banda Aceh.

Ditengarai sanggar tersebut akan mengakibatkan terjadinya hegemoni berkesenian dan monopoli aktivitas seni. Serta terjadinya penyimpangan peran dan fungsi pemerintah dan bisa mengakibatkan terpusatnya APBD/APBN dalam pemberdayaan seni dan budaya di Aceh.

Sebelumnya seniman Aceh sudah melakukan pertemuan dengan Illiza Sa’aduddin Djamal SE untuk untuk membicarakan tentang keberadaan sanggar tersebut. “Kita sudah ingatkan, kalau beliau (Illiza) tetap ingin disayang oleh rakyat Aceh maka sanggar tersebut tidak boleh diresmikan,” jelas Anton mengutip hasil temu muka mereka beberapa waktu yang lalu dengan Illiza seraya menambahkan yang hadir pada saat itu selain dirinya ada juga Rafli Kande, Din Saja (budayawan Aceh), dan beberapa perwakilan dari sanggar seni yang ada di Banda Aceh.

Dalam bincang-bincang dengan beberapa seniman Aceh di kantor perwakilan Andalas di Banda Aceh beberapa waktu lalu, dikatakan bahwa dengan munculnya sanggar tersebut otomatis akan mematikan kreatifitas sanggar yang lain, karena kurangnya perhatian pemerintah. “Kalau ada promosi sanggar keluar negeri atau keluar daerah, sudah tentu mereka mendahulukan sanggarnya.” Komentar Rudi, aktivis sanggar Putroe Phang Unsyiah. Ia memperkirakan pasca tsunami muncul ratusan sanggar baru di Aceh yang memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Tetapi impian itu hilang dengan sendirinya dengan munculnya sanggar Malahayati yang pengurusnya adalah istri walikota Banda Aceh yang sedang menjabat saat ini.

Sementara itu, wakil walikota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Jamal yang ingin dikonfirmasi tentang keberadaan sanggar itu pada beberapa hari yang lalu tidak berhasil ditemui. Sementara Humas walikota Banda Aceh Drs. Mahdi tidak berani berkomentar, namun begitu Illiza berjanji minta waktu kepada wartawan dalam beberapa hari ini. (Irma Hafni)

Rabu, 09 Mei 2007

dosa kah cinta?

dosa kah cinta?
jatuh cinta dinegeri ini dosa! sebab cinta telah dipersempit! dinegeri ini dilarang berbicara cinta, sebab cinta hanya urusan mesum dan mengumbar nafsu, melampiaskan perasaan dan mengurai naluri. ach...kasihan sekali cinta. ia telah menjadi kerdil dan sakit, menjadi tak berdaya dan lumpuh, cinta telah impoten!

ssst.......jangan keras-keras bicara soal cinta, sebab mata-mata liar selalu mengintai, mencari-cari kesalahan mu dan ingin menjebak mu. dan akhirnya ia terkulai lemah digagang cemeti bernama kearogansian.

lebih baik diam saja saat orang membicarakan soal cinta, daripada nanti saling beradu argumen dan saling beradu definisi, bukankah lebih baik tak mencari perkara karena cinta? alangkah sayangnya bila cinta hanya diidentikkan dengan hubungan laki-laki dan perempuan, sebab hewan saja memerlukan cinta, pohon saja membutuhkan kasih sayang.

jangan berbicara cinta dinegeri ini, tapi teriakkan saja soal korupsi dan kemunafikan, kesampingkan cinta, dan kedepankan keserakahan, tinggikan kebencian dan rasa curiga.

Selasa, 08 Mei 2007

Senin, 07 Mei 2007

puisi rindu kepada matahari

puisi rindu kepada matahari
cinta telah merengkuh ku
dan aku merasa nyaman berada didekatnya
rindu telah mengapitku
dan aku betah dalam ketiaknya

isyarat yang lembut tetapi sedikit berkabut, menjuntaikan titik bening diselaput kornea mata dan mengukir aliran dipipi yang tak rata. tersembul dibalik jeruji hati yang mengkiaskan ketakutan akan kehilangan canda dan kasih yang sering kau sampaikan lewat angin. tapi syukurlah kau cepat mengerti kegelisahan ku, dan kau mengirimkan isyarat yang lain, aku tersenyum meski dengan ketakutan yang belum mengelupas.

ku pikir tak ada lagi air mata untuk hari ini dan seterusnya, tapi cinta..hidup dan besar dengan air mata, tak sempurna tanpa ada kesedihan dan gejolak yang menggelora, belum lengkap tanpa penderitaan dan pengorbanan. cinta...sekali lagi hanya cinta, yang mampu melahirkan air mata dalam bentuk yang tak biasa. hanya cinta yang mampu mengubah rindu menjadi ribuan kisah yang padat dan kental.

cinta mengajarkan ku arti sebuah kepahitan
mengajak ku berjalan bertemu dengan kelokan kelokan rumit dan bercadas

sayang, aku hanya ingin katakan
suatu hari akan ada sesuatu yang berarti dari semua ini
meski untuk itu aku harus mengejawantahkan semua perasaan dan alur hidup ku, menjadi orang yang mati rasa dan bahkan tidak berperasaan.

tidak banyak yang ingin ku sampaikan, selain rindu yang kembali hadir dan cinta yang kian meruncing.

cinta telah merengkuh ku
dan aku lega bisa memeluknya
rindu telah menarik ku
dan aku senang karena ia tak membiar kan ku

Sabtu, 05 Mei 2007

sayang...

sayang...
kedekatan kita memang karena cinta
tanpa bantas
rindu yang dipintal dengan kehangatan dan kemesraan
sungguh seperti langit biru yang cerah
mengatup menggantung dihati ku


sayang, masih ingat kah semua dengan cerita kita? hari ini ku tulis kan kembali lalu ku baca satu persatu kalimatnya dengan senyum dan debaran dihati ku. aku rindu sekali kepada mu dan ingin memeluk, merasa dan mengikuti irama jantung mu. dan ini bukan yang pertama ataupun yang kedua tapi yang kesekian kalinya, sejak waktu bertahun-tahun lalu.

membaca ulang cerita cinta kita, lalu melukiskannya kembali dengan kanvas yang sepatah-patah karena marah dan cemburu. alangkah lengkap dan berpelanginya cinta ini, menyabung kita dengan waktu lalu menggeleparkannya diatas lelah mencintai. aku kagum dengan kebersamaan dan kedekatan kita- meski sesekali aku merasa semua ini kekurang ajaran- tapi aku menyukai dan menikmati semua itu.

sayang, masih ingat kah kamu dengan kelemahan kelemahan kita yang jatuh satu-satu? persis seperti daun yang gugur satu-satu karena angin menelanjanginya. ku kira, aku hanya jatuh cinta pada mu kemarin saja, tapi rupanya hari ini juga, esok dan sampai lusa. ah, aku malu sekali mengingt itu. mencintai mu jauh melebihi cinta pada diri ku sendiri. memuja mu persis seperti malam yang merindukan bulan dan bumi yang merindukan matahari.

ah, sudahlah, toh semuanya sudah berjalan seperti semula kembali, yang biru telah biru kembali, dan yang jingga akan selalu jingga. aku hanya mengabarkan, rindu telah berubah menjadi bait-bait kata yang panjang dan rumit. terkadang juga memusingkan dan harus mengernyitkan kening. semakin hari semakin yakin, sisa-sisa magnit itu masih ada dan membekas, menarik-narik rindu dan kemesraan menjadi lantunan puisi-puisi malam yang romantis.

aku mengenang mu sayang, mengingat mu dan memimpi kan mu.

Kamis, 03 Mei 2007

Syariat Islam: Antara yang Tertulis dan Tidak*

Syariat Islam: Antara yang Tertulis dan Tidak*
Agak berbeda dengan awal-awal diberlakukannya syariat Islam (SI) di NAD, dimana yang menjadi sorotan publik adalah perempuan karena maraknya sweeping maupun razia yang digelar untuk menertibkan masyarakat (baca: perempuan) yang belum berpakaian sesuai dengan standarisasi dalam islam. Tak jarang, dalam razia-razia yang digelar turut dibagikan selendang atau penutup kepala agar perempuan-perempuan tadi menutup rambutnya.

Jauh sebelumnya,ketika orang-orang gerakan masih berperan aktif pada waktu itu, perempuan juga dijadikan “santapan” empuk dari implementasi pelaksanaan hukum islam. Apabila dalam penjaringannya ditemukan permpuan yang tidak menutup kepala maka tidak segan-segan untuk menggunting atau mengecat rambut mereka dengan cat pylox sedangkan yang memakai pakaian ketat akan dibelah celananya.

Baliho-baliho besarpun turut menghias dipinggir jalan dengan gagahnya, tak ketinggalan gambar rambut perempuan yang menjuntai dan gambar gunting disebelahnya, ataupun tulian-tulisan peringatan semisal Anda memasuki kawasan wajib jilbab!

Yang menjadi pertanyaannya, apakah islam hanya disimbolkan dengan kain segi empat yang dipakai dikepala perempuan? Sehingga berhasil atau tidaknya suatu hukum ditentukan dari sedikit atau banyaknya permpuan yang melakukan pelanggaran tersebut. Kalau memang begitu adanya, sungguh pemahaman yang sangat keliru, sebab berbicara islam hal yang paling dasar dilakukan adalah pembersihan aqidah dan pelurusan pemahaman syahadah seseorang. Kalau ini belum benar maka jangan harap seseorang mampu melaksanakan islam secara kaffah.

Akhir-akhir ini, yang menjadi sorotan publik lebih kepersoalan mesum atau khalwat, yang diatur didalam qanun no. 14 th 2003. Lebih buruknya lagi dalam beberapa kasus justru pelakunya adalah qawwam alias penegak hukum, yang seyogyanya menjadi pemandu masyarakat, yang selama ini bertugas mengawasi dan mengkawal proses keberlangsungan syariat dinegeri ini.

Bukan ingin mencari keburukan orang lain, tapi sekedar menilik kebeberapa waktu silam, apa yang terjadi sekarang mirip-mirip dengan yang terjadi pada rentang waktu tahun 1999 sampai dengan tahun 2002, dimana GAM saat itu memegang peranan penting dalam masyarakat melalui peraturan tidak tertulisnya.

Pada waktu itu, mereka sering menggelar sweeping syariat islam, jalur kekerasan pun dipakai, yang dianggap “pembangkang” harus bersiap diri untuk dicat rambutnya atau dibelah pakaiannya. Tetapi apa yang terjadi dengan istri-istri mereka sendiri? Dengan adik perempuan mereka?

Pernah dalam sebuah pertemuan yang dilaksanakan oleh GAM, dalam forum tersebut mereka menyinggung-nyinggung soal tata cara bepakaian bagi perempuan. Tanpa dikomando orang-orang yang hadir disana langsung melongok kepada seorang perempuan yang ternyata adalah istri si tokoh GAM yang sedang berbicara. Ia datang ke pertemuan itu hanya dengan memakai baju batik berlengan pendek dan penutup kepala yang tidak lebih dari 80 cm. Masyarakatpun berkomentar seperti suara Unoe alias tidak jelas apa yang mereka katakana, tetapi jelas terbaca dari sorot mata dan bahasa tubuh mereka, tidak bisa menerima apa yang dikatakan oleh tokoh tersebut. Tetapi apa daya, masyarakat tidak mempunyai keberanian untuk menyampaikan uneg-uneg mereka, karena bisa diastikan apa akibatnya.

Fenomena inilah yang sepertinya kembali terulang saat ini, namun dalam format yang berbeda, sekarang dibungkus dengan UU Otonomi khusus tentang pelaksanaan SI, tertulis dan legal.

Sesuai dengan asal usul katanya, islam berasal dari kata sa la ma yang artinya keselamatan. Secara logika bisa dimaknai bahwa apabila hukum islam diaplikasikan dengan baik maka akan memberikan keselamatan dunia akhirat bagi pemeluknya. Tetapi setelah sekian lama, rasanya kok belum ada yang mengarah kearah kebaikan tersebut, malah sebagian masyarakat menilainya jauh lebih buruk lagi. Lalu apanya yang salah?

Sebagai orang yang sangat awam akan islam, saya mencoba menarik garis antara apa yang dilakukan oleh orang-orang GAM dan Dinas Syariat Islam (DSI) pada masa sekarang, pada dasarnya belum ada kepahaman dari sebagian personilnya sehingga apa yang terjadi dilapangan sering sekali keluar dari konteks yang sebenarnya.

Tidak paham disini tentu saja tidak bisa digeneralisir, dari sekian banyak anggotanya tidak bisa ditutupi ada satu dua yang tidak paham dengan ladang kerja mereka. Dulu, orang-orang GAM banyak mengkader pemuda-pemuda desa yang bahkan sekolah dasar saja tidak tamat, bisa dibayangkan apa yang terjadi dilapangan? Menghardik, berlaku kasar dan tidak bisa menghargai orang lain adalah hal yang kerap mereka lakukan. Sikap seperti itu ditambah lagi dengan kearogan-an mereka. Hal itu setali tiga uang dengan proses perekrutan pegawai-pegawai di DSI, banyak dari mereka yang diambil dari tempat lain lalu dipekerjakan disana, misalnya yang tadinya bekerja di kantor walikota kemudian dialihkan ke DSI. Lalu apa yang kita temui dilapangan? Kata the right man on the right place rasanya jauh dari harapan.

Inilah yang sepertinya dilupakan banyak orang, bahwa menetapkan suatu urusan haruslah oleh seseorang yang benar-benar mengerti dan paham akan hukum tersebut. Kalau tidak maka jadilah seperti apa yang kita lihat akhir-akhir ini, oknum WH sendiri seolah ikut mengambil bagian dalam audisi pelanggaran qanun SI.

Lalu, salahkan bila rakyat hilang simpatinya kepada para peunutoeh mereka? Tidak ada lagi rasa hormat kecuali rasa takut yang disebabkan karena mereka tidak mempunyai power untuk menyewa pengacara agar bisa melalui proses hukum seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang punya kekuasaan. Inilah yang menyebabkan seolah-olah pelaksanaan SI di NAD hanya untuk masyarakat kecil saja.

Meski tidak bisa berbuat apa-apa, secara pribadi saya tidak bisa menerima melihat WH yang berpatroli lantas berteriak-teriak “Itu yang tidak pakaian kerudung disana!” atau “Yang berbaju ketat dibawah pohon!” apa yang mereka lakukan berbeda sekali dengan yang ditunjukkan oleh Rasulullah, yang memberikan contoh dan keteladanan dengan santun dan lembut. Karena pada dasarnya islam adalah agama yang rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi sekalian alam. Jadi, untuk merubah pola pikir masyarakat yang belum paham adalah dengan cara membeikan pengertian yang logis dan masuk akal, menjelaskan dengan ikhlas dan bukan dengan emosi dan caci maki, sebab islam bukanlah agama dogma apalagi doktrin. Islam agama yang logis dan fleksibel. Tidak sulit tetapi juga jangan diringan-ringankan. Itulah yang saya lihat dilakukan oleh seorang Teungku di Gampong beberapa waktu yang lalu. Dan hasilnya cukup efektif. (Ihan)

*tulisan ini sudah pernah dimuat di media Harian Aceh

Selasa, 01 Mei 2007

Uang

Uang

Dalam konteks ekonomi, uang merupakan alat pembayaran yang sah. Artinya, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari kita memerlukan uang untuk ditukar dengan bebagai kebutuhan tadi. Agar proses keberlangsungan hidup terus berjalan. Di nanggroe aceh Darussalam, pasca tsunami, fungsi uang tampaknya bukan sekedar sebagai alat tukar saja melainkan bisa bermakna lain yaitu “jarak”. Yah, jarak antara si kaya dan si miskin, jarak antara si korban tsunami dengan para “dewa” penolong mereka. Jarak antara buruh kasar dan pekerja yang bekerja diruangan ber air conditioner, jarak antara pekerja sosial yang murni memperjuangkan gerakan rakyat dengan pekerja sosial yang mengeruk keuntungan pribadi atas nama rakyat. Jarak antara pegawai BRR dengan orang-orang yang sampai hari ini masih tinggal di barak.

Uang telah menjadi orientasi utama, setelah itu tercapai barulah memikirkan hal-hal lain untuk menunjang orientasi utama tadi seperti misalnya mengurus rakyat. Pun begitu tetap saja membutuhkan perjuangan yang besar, perjuangan untuk menutup mata dan telinga, perjuangan untuk menambal nurani dan mematikannya, perjuangan untuk meningkatkan prestise walaupun dengan itu harus menunjukkan sikap arogan. Saat sudah mempunyai uang banyak, maka ia layak untuk dihargai dan dihormati, dengan sendirinya prestisepun naik ditengah-tengah masyarakat, tetapi ya dengan konsekwensi tadi, jarak.

“Perjuangan” inilah yang lambat laun membuat mereka dijauhi rakyat, dicurigai, dituding dan tidak dipercayai, lalu kembali rakyat disalahkan, dengan dalih sudah dibantu tapi tidak tahu berterimakasih. Sudah dubuatkan rumah malah tidak mau menempati dan yang membuatkan rumah malah di demo. Terang saja, karena rumah yang diberikan kepada rakyat tidak berkualitas alias rumoh-rumohan. Bahannya dibuat dengan racun, salahkan jika masyarakat menolak? Mereka yang kedinginan, kepanasan, kelaparan, tidak bisa berbuat apa-apa untuk “mengusik” pemimpinnya yang duduk manis dimenara gading sana.

Sementara yang selama ini sangat vokal membela rakyat malah memilih bungkam dan pura-pura tidak tahu menahu dengan dalih itu bukan urusan saya, ini bukan hak saya berbicara, dan bla..bla..bla..lainnya. uang! (Ihan)