Senin, 12 Februari 2018

Teman Bertengkar yang Tak Seru


Teras kost-ku yang sempit telah aku sulap menjadi small garden untuk beberapa pot bunga. Ada jeumpa, seulanga, beberapa jenis mawar, melati, kembang sepatu, lavender, krisan. Beberapa di antaranya sedang mekar. Menyiram bunga-bunga itu kini menjadi aktivitas baruku saban pagi dan senja.
Kini, setiap pulang beraktivitas di sore hari, aku tidak langsung masuk ke dalam rumah. Melainkan menyempatkan diri untuk membersamai bunga-bunga itu. Aku sempatkan untuk menyapa tanaman-tanaman itu dengan menyentuh daun-daunnya, memeriksa batangnya, melihat-lihat kelopak bunganya, hingga merapatkan hidungku dengan kuntum-kuntum bunganya. Menyesap wewangian yang berasal dari inti sarinya.
Aku juga sering memotret bunga-bunganya yang sedang mekar. Ini adalah ungkapan kasih sayangku kepada tanaman yang telah memberi kesenangan tersendiri setiap aku melihatnya. Begitu juga di pagi hari, hal terindah yang aku rasakan adalah setiap membuka pintu, bunga-bunga itu seperti mengucapkan halo dan selamat pagi. Kini, selain Zenja, bunga-bunga di teras rumah itu adalah sumber kebahagiaan baru buatku. Kadang-kadang aku berbagi kebahagiaan itu dengan mengirimkan Zenja foto-foto bunga di taman mungilku.
Menyebut nama Zenja, hatiku berubah mekar seperti bunga-bunga di atas. Ia adalah inspirasi yang menggerakkan aku dalam berkreativitas. Teman bertengkar yang tak seru. Sebab tak pernah mau meladeni rajukanku. Suatu ketika, dengan emosi di puncak kepala aku mengatakan, "aku masih ingin marah denganmu."
"Marahlah biar hatimu puas," jawabnya dengan santai.
"Mana bisa aku marah kalau kau tidak merespons."
Krik-krik. Zonk
Sore tadi kembali kami berbalas cerita di bilik chatting. "Kenapa harus selalu aku yang menyapa lebih dulu setiap kali setelah aku merajuk-rajuk."
"Karena kamu yang merajuk. Not me."
"Kau tahu aku merajuk, tapi kenapa tidak membujukku. Merajuk itu artinya aku rindu padamu."
"Tidak membujuk itu aku juga rindu artinya."
"Hmm..."
Banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Sebab cinta hanya meminta kita untuk merasakan. Maka aku merasakan setiap gejolaknya. Lalu memilih bahagia dengan caraku. Dengan cara mencintai tanpa syarat.[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)