Sabtu, 24 Maret 2007

pantun kesepian

Banyak hari silih berlalu

Datang dan pergi membawa rindu

Di sini duduk aku selalu

Dalam dingin pagi yang sendu

Kekasihku entah kemana

Hilir mudik mengukur jalan

Tidak peduli aku merana

Mungkin akan mati perlahan

Pagi dingin senja berembun

Siang lengang kabut malampun turun

Hanya tangan menggurat pantun

Karena hati yang sedih gegetun

Ada awan di langit biru

Membuat mata urung menatap

Ada dendam dihati nan rindu

Lewat kata mungkinkah terungkap

Pinsil digigit mata menatap

Hati sakit duka meratap

Akhir cinta seperti gelap

Di atas bantal sayang terlelap

Libur panjang berujung harap

Tiada surat alangkah berduka

Berkata cinta janganlah kerap

Tiada dijawab jadi petaka

Mungkin kan sering mata berkaca

Karena rindu dalam terukir

Bukan karena buruk cuaca

Janji bertemu ternyata mangkir

Ada tanya di sudut hati

Apakah cinta akan berakhir

Bila nanti aku tlah mati

Tiada lagi mata berair

Kasihku pergi memburu berita

Mambawa kabur kupunya asmara

Setelah mengikat tali cinta

Hingga hati merah membara

Pagi sepi malampun kosong

Tidak bak dulu yang penuh harap

Berangkat sunyi pulangpun kosong

Hanya hampa selalu di dekap

Pantun cinta salinan tangan

Dari hati yang berdebaran

Sedikit bolehlah berangan-angan

Alangkah sedih bila bubaran

Salam likum lalu pamit

Jumpa hanya hitungan detik

Kasihku seperti dipingit

Apakah agar lebih cantik

Kasihku pergi seharian

Katanya sibuk ikut el es em

Meninggalkan aku sendirian

Apakah ia punya te te em?

Inilah kisah orang melayu

Kalau sedih ia berpantun

Bukan karena cintanya layu

Cara kesal yang agak santun

Bacalah baca duhai kasihku

Agar engkau bisa mengerti

Segini banyak sudah rinduku

Tapi ku hanya bisa menanti

Ohh......... L

(seperti yang dikirimkan seseorang)
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

2 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)