Minggu, 08 Mei 2016

7 Mei


Aku terjaga dari tidur. Ketika itu matahari sudah begitu liar hingga nekat menerobos masuk ke kamarku yang gelap. Aku menepiskan selimut. Menepiskan bantal. Lantas meraba-raba mencari telepon genggamku. Mataku mengerjap-ngerjap karena silau ketika benda itu kunyalakan. Kemudian menjadi terbelalak saat sebuah pesan muncul di layar datarnya.

Pesan itu dikirimkan seseorang. Meski namanya tidak tertera di phonebook, tapi aku tahu siapa pengirimnya. Aku hafal benar kode tiga angka pertamanya.

Aku membaca pesannya perlahan. Dengan hatiku. Dengan sisa kantuk yang masih ada namun tiba-tiba menghilang dalam hitungan detik. Aku membacanya berulang-ulang. Tanpa kusadari bibirku menarik segaris lengkung. Hatiku serasa mekar seperti adonan yang diberikan pengembang. Mataku berbinar-binar. Aku bisa merasakannya. "Terimakasih sudah membuatku istimewa, aku mencintaimu," balasku singkat kepadanya. Aku mengecup layar ponselku sebagai ganti mencium pipinya.

7 Mei adalah hari lahirku sesuai yang tertera di Kartu Keluarga dan ijazah. Sebenarnya aku lahir pada 5 November. Tapi itu tidaklah penting. Mau 7 Mei atau 5 November sama saja, tak ada yang istimewa. Tidak pernah ada tiup lilin dan potong kue sekalipun selama aku lahir ke dunia ini. Karena merayakan ulang tahun memang bukan kebiasaan yang dihidupkan di keluarga kami. Sudah ingat saja sudah alhamdulillah.

Seperti pagi kemarin, seseorang mengirimkanku ucapan selamat ulang tahun dengan kata-kata yang begitu manis. Beberapa teman dekat mengirimkan ucapan yang sama dengan doa-doa yang menyenangkan untuk dibaca.

Kebahagiaan yang mengingatkanku pada usia yang kembali bertambah. Jatah hidup yang terus berkurang. Aku menyadari kini aku bukanlah anak-anak yang suka mengejar gerobak es krim seperti dulu.

Sepotong pesan itu rasanya seperti oase. Sungguh, ketika kau sedang sulit bernapas karena berbagai himpitan persoalan, kata-kata yang menyejukkan adalah oase  yang menyembuhkan. Sekalipun tidak menyelesaikan masalah yang sedang terjadi. Tak ada make a wish kecuali  meminta kepada Allah agar badai ini segera berlalu.[]


Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

2 komentar:

  1. Kakak. Tulisanmu selalu membuatku melumer, leleh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih Aini Aziz, melumerlah, kemudian kembali membeku ketika musim dingin tiba

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)