Rabu, 11 Mei 2016

Siapa yang Menanggung Dosa karena PLN?

ilustrasi @sindonews.com

SUDAH habis kata untuk melukiskan kedongkolan yang disebabkan oleh PLN. Listrik padam tiba-tiba saat sedang bekerja sudah menjadi santapan sehari-hari. Mau tidak mau, terima tidak terima, suka tidak suka harus ditelan. Sayangnya, dalam sehari bukan cuma sekali saja padamnya, tapi bisa dua hingga tingga kali. Durasinya juga bukan cuma satu dua jam, tapi sampai berjam-jam.

Sungguh! PLN sudah membuat para pelanggannya seperti narapidana yang disekap di penjara bawah tanah. Berkubang kegelapan. Tanpa cahaya. Tanpa harapan. Melalui hari-hari hanya untuk mengutuk dan memaki. Siapa yang akan menanggung dosa karena itu? Apakah Manajer PLN? Ataukah pemimpin daerah yang seolah ikut menikmati 'drama' kezaliman ini?

Saya adalah salah satu dari jutaan masyarakat Aceh yang menjadi korban kezaliman perusahaan negara itu. Jangan tanya berapa besar kerugian yang kami alami akibat efek domino dari sering padamnya listrik. 

Saat ini, saat sedang menuliskan ini kekesalan saya benar-benar sedang memuncak. Saat saya sedang berjibaku dengan tugas yang menumpuk listrik tiba-tiba padam. Padahal saya harus berburu waktu untuk menyiapkan laporan triwulanan yang harus diserahkan ke klien. Jika tidak, kami tidak bisa mengamprah tagihan yang menjadi sumber pemasukan perusahaan. 

Sebagai seseorang yang bekerja di perusahaan media, listrik menjadi kebutuhan yang sangat primer bagi saya dan kawan-kawan. Kalau listrik padam komputer juga ikut padam, okelah komputer bisa digantikan dengan laptop. Tapi bagaimana dengan internet yang bergantung pada speedy? Bisa sich pakai modem dari handphone, tapi jaringannya tidak bisa diandalkan.  

Apakah PLN memahami kesulitan-kesulitan yang kami alami seperti ini? Apakah PLN memahami kalau laporan tersebut tidak selesai tepat waktu, otomatis proses amprahannya jadi mundur. Dan secara otomatis pula pencairan dananya jadi mundur, itu artinya, jeri payah kami juga akan dibayar tidak tepat waktu oleh perusahaan. Apa PLN memahami itu? 

Oh PLN, please.... kami ini bukan buruh pemerintah yang bekerja atau tidak tetap mendapatkan gaji di akhir bulan. Yang (mungkin) tidak berpengaruh dengan padam atau tidaknya listrik. Pekerjaan kami sangat bergantung pada energi listrik. Tolong pahami.[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)