Kamis, 26 April 2007

pukul 6.30 pagi

Ketika matahari terbit pukul 6.30 pagi

(kisah menanti kepulangan seseorang)

Tadi pagi : selamat datang kembali di sini (dari manapun, dari segala arah mata angin) kemanapun ke segala permukaan bumi, demikian aku membatin sendirian di kamar mandi yang berukuran sedang, tapi cukup bersih. tiba-tiba. Entah kenapa, terlintas saja secara spontan di pikiran, perasaan bahkan hayalan. Sejenak saya mencoba memasang kartu id ke handphone yang dipersiapkan kemarin khusus buat menampung gairah ataupun support ide atau karyanya yang mengalir deras. Tak salah juga pikirku,namun sesaat setelah dia pergi ke arah timur kala itu.


Terlambat memang, tapi tetap memberi nilai positif untuknya (toh tidak istilah terlambat berbuat baik). Handphone itu memang saya bawa serta ke kamar mandi, lucu juga karena saban hari berharap akan masuk tulisan sesuatu, tapi saya lupa, dia mesti buka emailnya dulu. Ah..mungkin dia sudah buka tadi tengah malam,sampai berpikir begitu.Tapi memang tadi pagi tidak ada pesan apa-apa,masih nol-nol,semua item masih kosong. pun demikian hati berkata; dia sudah tiba. Maka suasana mandi pagipun lebih bergairah dengan senandung kecil tanpa irama tanpa kata tanpa arah tak karuan (...dan kadang-kadang berdesis namanya di bibir dengan suara nyaris berbisik tapi patah-patah dan tersenyum sendirian di kamar mandi itu).


Nama yang disematkan di id itu terasa enak diucapkan dan memuaskan....ya....demikianlah sebutannya (rahasia, karena komitmen kami). Sempat terusik karena tiba-tiba airnya berhenti keluar dari mulut keran, yah...ternyata anak tingkat 1 (.......mmm....rahasia dikit, ada deh...hem..) memutar tombol agar airnya kebagian ke asrama mereka. Yah...kasian juga mereka, biarlah anak-anak tingkat 1 kebagian air pikirku,mereka juga berhak.sangat berhak mendapatkan jatah air, tidak rebutan dengan kakaknya yang tingkat 2, yah dengan jumlah yang hampir seratus orang sangat masuk akal bila rebutan. Setelah menyadari itu emosi tak jadi mendidih (fungsi otak kanan), sebutan namanya di id kembali dilafal,ternyata sangat membantu.


Yah...mandi berlanjalan lancar dengan HP dibiarkan basah kena percikan air di atas bak mandi, uhhh....lagi-lagi berharap akan menyala, lupa lagi dia mesti buka email dulu. Kali ini sadar dgn agak serius,sambil meraih handuk di sangkutan belakang pintu kamar mandi,HP itupun dilap lalu dipasang kartu utama lagi sambil keluar (karena memang bang hamdani akan datang pagi ini, jaga-jaga bila dia menghubungi). Dalam perjalanan ke tempat ini (dimana komputer ini terletak) perasaan dia sudah kembali semakin kuat, dan entah kenapa.....tiba-tiba berdebar.


Semakin dekat ke tempat ini semakin berdebar (sambil membayangkan saat-saat membuka menghidupkan komputer sebentar lagi. Hhh...sampai ke ruangan debaran semakin hebat, tombol on ditekan dengan penuh perasaan dan debaran yang membara. Satu menit, dua menit, lima menit, sepuluh menit kemudian id-nya menyala : ...Masya Allah...jantung terasa berhenti berdetak, kemudian normal, trus naik-turun kembali. beda sekali dengan suasana kemarin.


Ingin segera menyapa (tak sabar), tapi teringat kemarin ada mengirim email, biarlah dia membacanya dulu (dalam hati berharap...ayo...bilang sesuatu...kasih salam dsb). Menanti detik-detik itu sungguh indah,tiada terkira kesannya. namun demi kesehatan, dan pencernaan yg sedang bermasalah akhirnya saya pergi ke luar untuk mencari sarapan pagi. Yang dicari adalah nasi. Nasinya setengah dari biasanya ya..kata saya ke penjual. Bisa jadi biar cepat selesai, atau memang segitulah ukurannya pagi tadi. Saya tak ingat lagi kenapa berpesan seperti kepada penjual.


Sambil makan,saya kembali membongkar HP untuk memasang kembali kartu spesial itu, jangan2 dia telah membaca email,dan hanya singgah sebentar, heheh...lagi-lagi meleset. tapi tidak repot atau kewalahan saat melakukannya. Setelah makan bergegas ke ruangan lalu menatap dalam-dalam layar monitor, masih belum menyala kotak kecil punyanya. Setelah menimbang beberapa saat saya tak sabar ingin menyapanya. dan....saya memberi salam dan menanyakan kabar dengan harap-harap cemas apa yang akan dia jawab.


Tapi alhamdulillah dia baik-baik saja, bahkan dia membawa berita gembira, sudah sembuh total setelah 4 hari berlibur katanya. Diapun dengan piawai dan penuh pengertian menjawab segala pertanyaan saya, komunikasi berlangsung lagi, walau awalnya saya agak malu-malu, apalagi mendapat sindiran tentang sumpah. Namun setelah agak tenang kemudian bisa saling memahami dan kembali hangat. Saya sangat menikmatinya,semua terasa hidup dan berwujud. Dugaan saya betul, dia pasti lelah dan letih, namun kunjungannya betul-betul memberi semangat buat saya, entah kenapa saya seperti kecanduan, ya kecanduan.


Tapi kami memiliki jurus tersendiri, bahwa semua hal ada etika dan norma yang berlaku, yg lebih penting lagi adalah otoritas pribadi, itu yang membuat saya tegar, semoga dia juga demikian. Ketika dia menyampaikan bahwa harus menemani seseorang berbelanja dan akan ada seseorang yang akan datang entah kenapa saya ingin membaca kembali puisi "dan ku cemburu" itu, agar merasa nyaman terlindungi, dan memang saya baca, saya berangsur sembuh seperti sediakala. Yah begitulah cerita singkat pagi hari tadi yang menghiasi hidup saya hari ini dalam menanti kepulangan seorang insan yang fana, tapi ada dan selalu hadir didalam denyut kehidupan saya dengan makna-makna yang penuh kejutan.

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)