Sabtu, 13 September 2008

Kepada Ayah di Surga

Kepada Yang Ku Rindu
Ayah,
Di Surga

assalammualaikum wr wb

Ayah...
Aku datang menyapamu, kali ini bukan dengan doa seperti biasa tetapi dengan kata-kata yang ingin kuceritakan langsung kepadamu. aku yakin, kau mendengar dan melihat gelisahku dari surga. melihat betapa rindunya aku kepadamu.

Ayah...
aku ingin bercerita sedikit kepadamu,
tentang suasana rumah kita, suasana kampung halaman kita, semuanya ayah...juga tentang kesombongan orang-orang yang senang melihat orang lain terluka dan sengsara.

Aku sedih Ayah, selalu menangis setiap kali mengingatmu, mengenang perjuanganmu mendidik kami adalah kekuatan terbesar untukku dan adik-adik, kau mengajarkan kami kemandirian, kerja keras, karena itulah kami tetap bisa hidup meski ayah sudah tiada. aku semakin sedih bila berada di rumah kita, rumah terasa sepi meski sebenarnya selalu ramai seperti biasa tatkala engkau masih ada. teman-temanmu masih sering mengunjungi rumah kita ayah, mereka makan, atau kadang tidur melepas lelah, mereka masih menganggap rumah kita seperti rumahnya sendiri meskipun ayah sudah tidak ada. tidak ada kecanggungan, meski aku sering diam menanggapi mereka, aku memang tak seramah ayah dulu, tapi mereka juga tak takut kepadaku.

aku tak percaya kalau ayah sudah hampir sepuluh bulan pergi meninggalkan kami semua, sampai aku benar-benar tidak menemukan ayah saat menjejakkan kaki ketika pulang ke rumah menjelang makmeugang yang lalu. tak ada lagi tangan yang bisa ku ciumi seperti biasa saat aku pulang ke rumah, dan tak ada yang mengantarku ke terminal, aku sedih sekali ayah, menangis mengingat itu sebab yang mengantarku ketika itu adalah orang kepercayaan ayah yang sampai sekarang masih setia kepada keluarga kita.

dia mengurus apa yang dulu pernah ayah rintis seperti kepunyaannya sendiri, tak pernah mengeluh, tak pernah bosan, dia menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kami sekarang.

ayah...
kau baik-baik saja kan di surga?
sebentar lagi lebaran, aku takut menghadapi hari itu, bukan karena apa, tapi karena ayah tidak ada lagi ditengah-tengah kami sekarang. rasanya tidak siap berlebaran tanpa ayah.
ayah...dulu, beberapa tahun yang lalu aku pernah menulis cerita dengan judul "Berlebaran Tanpa Ayah".

cerita itu tentang bang Madli teman ayah yang meninggal karena oknum aparat, sekarang aku teringat lagi akan cerita itu, aku terkenang, apa yang dulu pernah dirasa oleh anak-anak bang Madli kini kami rasakan juga. saat pulang kemarin Diah bilang, kalau dia sudah ditakdirkan harus kehilangan ayah pada usia yang sangat muda. aku tidak sanggup mendengar kata-kata itu ayah, beban rasanya. semua permintaan diah tak sanggup ko tolak. karena ayah sangat memanjakannya dulu. dia sering bilang, dulu semasa ayah ada hampir setiap malam ayah membawanya makan nasi goreng atau nasi lemak kesukaannya. diah sangat kehilangan, tapi ia tak bisa membahasakannya.

ayah,
ada satu hal lagi yang ingin aku sampaikan, Rizal sudah menjalankan apa yang ayah wasiatkan dengan baik, dia ada di Labuhan Haji sekarang, mondok menjadi santri di Dayah Darul Ihsan milik seorang Waled yang aku lupa namanya siapa. tapi dia terlalu jauh dengan kami ayah, ibu sedih karena itu, tapi juga tidak bisa berbuat apa-apa untuk melarangnya agar jangan terlalu jauh merantau.

aku tak kuat menahan tangis ayah, malam selarut ini kerinduan untukmu semakin tak karuan, malam-malam seperti inilah aku sangat ingatkan akan ayah. sering aku terisak dan tersedu bila menuliskan semua tentang ayah.

ayah, ini bulan puasa, seharusnya tak boleh ceritakan keburukan orang tapi aku ingin sekali bercerita, tentang seorang haji di kampung kita yang kaya raya, yang menyumpahi agar apa yang dulu ayah rintis menjadi tidak ada. dia inginkan kita hancur ayah. tapi Allah masih sayang kepada kami, terutama kepada diah yang kecil, rejeki untuk kami masih ada dan orang-orang yang bersama kita juga masih ada kemudahan rejeki.

Ayah...
aku tak akan lupa berdoa, aku ingin kelak kita berkumpul bersama di Surga. ayah akan selalu hidup dan semakin dekat di hatiku

anak perempuanmu

23:51 pm
13 Sept 2008
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

4 komentar:

  1. Salam Hormat kepada ayah-ayah kita, semoga mendapat pengampunan dari Allah, dan semoga kelak kita bisa berkumpul bersama orang-orang yang kita cintai.

    salam kenal

    dedeabdya.wordpress.com

    BalasHapus
  2. kata-kata ini mungkin kurang untuk penggambaran sosok Ayah." Tabah","Sabar',"Kuat',"Ikhlas",Panutan",Pembimbing, contoh, terbaik, the best of the best.

    Ayah semoga kau bahagia disana, Salam hangat dan penuh rindu dari anak-anak mu.

    Salam Kenal

    https://www.instagram.com/musen26/

    BalasHapus
  3. Allahummaghfirlahu...

    Terharu bacanya Ihan... ;(

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)