Selasa, 29 Juni 2010

Lentera yang Lahir dari Rahim Nama

Memang hanya selalu diam yang tercipta setiap kali waktu mengantarkan kita pada keadaan bernama pertemuan. Dan memang hanya itu yang diinginkan keadaan pada waktu itu. Sebab diam selalu memberi keleluasaan untukku menikmati wangi parfummu. Hanya diam yang mampu menenggelamkanku dalam balutan imajinasi yang menggebu. Dan hanya diam yang membuatku kenyang menatap manik matamu.

Dan bibir, menarik segaris senyuman untuk menterjemahkan pergumulan rasa. Kita hanya butuh diam. Sebab keadaan bernama pertemuan tidak membutuhkan celoteh riang. Karena kata hanya dibutuhkan ketika jasad sedang berjeda. Bahasa tubuh kita tidak memerlukan rayuan seperti yang selalu dikirimkan langit kepada alam. Karena jiwa kita mempunyai bahasa sendiri untuk saling mengerti. Semuanya dalam diam!

Kesakralan tercipta dalam diam. Seperti prosesi ijab qalbu yang telah kuikrarkan sejak bertahun-tahun silam. Saat aku melamar hatimu untuk hidupku. Sebelum rahim namamu melahirkan geletar yang terus tumbuh dan hidup. Dan ia berubah menjadi pijar serupa lentera. Dengan itulah aku melihat masa depanku. Dengan lentera yang lahir dari rahim namamu.

Dan bukanlah sesuatu yang berlebihan bila aku mengatakan: aku bangga menjadi seseorang yang berarti di hatimu.

Ihan Sunrise
__________________
Senin, 28.06.2010, 11.38 pm
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)