Senin, 13 Februari 2017

Wajah Zenja

Senja di Ujong Pi, Laweung, Muara Tiga, Pidie @+Ihan Sunrise 

Dear Zenja, menyuratkan namamu ternyata tak lebih mudah dari sekadar merahasiakannya. Banyak yang menyuguhiku pertanyaan, apakah Zenja seorang pria? 

Oh, pertanyaan itu dilontarkan hanya karena aku perempuan. Mungkin, jika aku seorang pria mereka akan bertanya; apakah Zenja seorang gadis? 

Buatku, tak penting apakah kau pria atau perempuan. Kau bisa saja salah satunya, atau perpaduan dari keduanya. Buatku, bukan jenis kelaminmu yang penting. Tetapi kenyataan bahwa kau adalah Zenja. 

Ya, kau yang hadir dengan wajah semerah jingga. Di pantai, aku mencium aroma tubuhmu yang bercampur dengan bau laut. Di ladang, aroma tubuhmu bercampur dengan getah rerumputan yang abstrak. Rona wajahmu menempel di bulir bulir padi. 


Zenja, aku hanya tidak menyebutmu sebagai 'senja'. Tetapi, apa pun namamu kau tetaplah 'sesuatu ' yang memiliki wajah mengagumkan. 

Adakalanya semerah saga, adakalanya berwarna kuning telur, adakalanya keemasan bercampur kelabu yang memesona. Selalu berhasil menarikku dalam pusaranmu yang tak kasat mata. 

Zenja, kepadamu aku selalu datang. Menyerahkan berkeranjang-keranjang cerita untuk kau bawa pulang. Buatku, menikmati kuluman senyummu, adalah obat rindu paling mustajab. 

Aku senang menyaksikan wajahmu yang dengan enggan bergerak perlahan lalu berlari ke balik lembah. Atau melompat tiba-tiba ke dasar lautan.[]

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

3 komentar:

  1. Kayaknya bisa dijawab oleh Ben mengenai tulisan ini, tentang siapa ZENJA, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehehehe.... thanks Yelli Sustarina sudah berkunjung

      Hapus
  2. Wajah yang mamou menarikmu ke pusaran. Apa akan dilupakan segera kak?

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)