Rabu, 17 Oktober 2018

Dua Jam Bersama Senja

44045292_10213020196086669_1590135680552402944_n.jpg
Senin sore kemarin, 15 Oktober 2018 tiba-tiba saja ingin bertemu Senja. Maka bertemulah kami di sebuah kedai kopi di pinggiran jalan protokol di Jalan Ali Hasyimi Banda Aceh. Menunaikan janji temu yang sebelumnya sempat tertunda karena kesibukan masing-masing.
Menikmati petang dengan secangkir kopi pilihan masing-masing. Memberi jeda bagi diri untuk menikmati waktu di sela-sela rutinitas. Saat aku tiba secangkir espresso telah terhidang di hadapan Senja yang lebih dulu tiba. Teksturnya yang pekat berfungsi ganda, sebagai medium bagi Senja untuk membuat skestsa.
Aku memilih memesan sanger, sajian kopi dengan cita rasa yang lebih ringan karena bercampur krim kental manis. Melengkapi sajian spesial itu, aku memesan semangkuk bakso dan seporsi bakwan korea dengan kuah manis dan rajangan seledri yang segar.
Sesaat kemudian Senja menyodorkan kertas . "Ayo kita bikin sketsa..."
Hah! Aku terpelongoh. Apa yang akan kugambar? Senja tertawa. Itulah komentar paling mainstream yang sering ia dengar dari orang-orang sepertiku. Yang sama sekali tak bisa menggambar. Baiklah, dengan segala keterbatasan aku pun mencobanya.
Memilih cangkir di depanku sebagai pemantik imajinasi. Hasilnya seperti di bawah ini.
IMG20181015171605.jpg
Pola cangkir yang kubuat
IMG20181015171745.jpg
Senja memberikan sentuhan terakhir dari pola yang kubuat supaya tampak lebih simetris
IMG20181015172259.jpg
Senja memberikan sentuhan terakhir dengan efek kopi.
IMG20181015172556.jpg
Hasil akhirnya seperti ini. Keren ya?
Bertemu Senja selalu menyenangkan. Selalu ada topik menarik yang bisa didiskusikan. Sore kemarin misalnya, sambil menyelesaikan sketsa, kami mengobrolkan apa saja. Tentang gambar, tentang menulis, tentang gunung, tentang hutan, tentang wakaf, tentang syariat Islam, dan juga tentang cinta.
Oh ya, satu lagi yang membuatku selalu merasa senang mengobrol dengannya. Kami benar-benar mengobrol, tak memberi ruang bagi perangkat apa pun untuk mencuri kebersamaan kecuali untuk mengabadikan potongan-potongan cerita seperti di atas. Bukankah sejatinya pertemuan memang untuk itu? Memberi kesempatan bagi lisan tanpa perantara kata dalam wujud huruf dan angka di layar gawai.[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

2 komentar:

  1. Talenta yang luarbiasa... Senja itu nyata?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Pak Sofyan, nyata adanya, bisa diraba dan disentuh heheheh

      Hapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)