Ilustrasi |
Saya meyakini, ketelitian pasti akan membawa pada manfaat. Untung. Sebaliknya, kecerobohan pasti akan berujung pada kemudaratan. Rugi. Terlepas apakah untung dan ruginya besar atau kecil itu persoalan lain. Begitu juga bentuk untung ruginya, bisa macam-macam. Tak melulu berkaitan dengan uang. Sore tadi, saya mengalami kerugian akibat kecerobohan pemilik warung kopi.
Ceritanya, selepas asar tadi, saya pergi ke warung kecil di bantaran Krueng Aceh. Sudah lama saya tidak ke warung itu dan tiba-tiba saat terjaga dari tidur siang tadi, terlintas di pikiran saya untuk ke sana. Seperti biasa, saya membawa laptop dan buku. Tergantung mana yang akan saya dahulukan setiba di sana: mengetik atau membaca.
Warung itu letaknya di ujung kampung. Pemiliknya salah satu warga di sana. Bangunannya sederhana saja, seluruh konstruksinya bermaterial kayu. Tiang-tiangnya terpacak di dalam sungai. Lantai kayunya agak sedikit berderik saat dipijak dan membuat saya pelan-pelan saat melangkah. Khawatir menimbulkan derik-derik yang mengusik pengunjung lain.
Yang membuat nyaman duduk di sana, selain angin pesisir yang lalu-lalang dengan bebas karena kedainya terbuka, juga dimanjakan dengan hijaunya area sekitar yang ditumbuhi bakau. Ada dermaga kecil yang digunakan nelayan untuk menambatkan perahu-perahu mereka. Sesekali lewat perahu bermesin berbadan jumbo.
Begitu tiba di warung dan sebelum duduk di kursi yang menghadap ke seberang sungai, saya memesan sirup ABC dingin. Sore-sore, meski langit tampak mendung, pasti enak menikmati yang segar-segar dan asam.
Tak lama setelah saya duduk, pemilik warung, perempuan paruh baya yang juga terlihat segar menghidangkan segelas sirup berperisa jeruk. Gelondongan es kristal tampak mengapung. Es yang menyublim melahirkan butiran embun di badan gelas. Saya terbayang pada iklan di televisi yang mempromosikan jeruk dari salah satu negara di Afrika. Ah... betapa segarnya.
Namun, bayangan akan kesegaran itu dengan sendirinya kabur dari pikiran setelah saya mendapati banyak butiran halus berwarna cokelat tua di bibir gelas. Bahkan, ada juga yang sudah bercampur dengan air. Saya menduga, butiran halus itu semacam bubuk kayu atau orang Aceh biasa menyebutnya boh jawa. Menempel di bibir gelas yang diletakkan atau ditelungkupkan (Aceh: gom) di tempat/rak yang sebelumnya sudah ditumpahi bubuk kayu.
0 komentar:
Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)