Minggu, 06 Desember 2009

Mengulang Malam

Masih ingat sepotong lagu yang pernah kau dengar? Yang kemudian membuat kita saling mencintai? Yang kemudian kusenandungkan di telingamu. Di tengah malam setelah bangunku dari tidur. Di tengah kesepian. Di temani kesyahduan. Yang memerindingkan bulu roma. Menggetarkan telinga kita. Menyipukanku dalam malu karena sebelumnya tak pernah kulakukan itu. Dan aku menyelesaikannya untukmu. Lagu itu begitu sempurna.

Masih ingat percakapan-percakapan selanjutnya setelah itu? Setelah kita saling mencintai. Setelah kita saling merindui. Setelah kita mengucapkan janji. Bukan untuk sehidup semati. Bukan untuk saling menelikung. Bukan untuk saling memiliki atau apapun. Tapi perjanjian untuk saling menghargai, saling menghormati, saling mencintai, saling menyayangi, saling merindui. Perjanjian untuk saling mengingat, ketika kita dilingkupi kejauhan, ketika kedekatan membekap kita. Melintasi ruang dan waktu.

Masih ingat kan?

Pengulangan itu terjadi, ditemani rintik hujan, ditemani senyap yang syahdu, ditemani kerinduan yang maha dahsyat. Maka aku kembali menyenandungkannya untukmu, Cinta. Dan angin mengirimkan pesannya untukmu, melodinya membelah langit, nadanya menyapu jagat, iramanya menyentak hatimu. Kita mengulangi ikrar cinta.

Adakah yang lebih istimewa dari mencintaimu? Tidak ada. Adakah yang bisa membuatku tidak mengingatmu sejenak saja? Tidak ada. Adakah yang bisa memaksaku untuk menceritakan tentangmu? Tidak ada. Semoga saja lelaki yang menanyaiku menjelang magrib itu tak pernah tahu tentangmu, Cinta. Sebab diamku di depannya adalah pertanda bahwa aku tak menginginkan pertanyaan itu.



Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)