Minggu, 13 Juli 2014

Jika Tak Percaya Cinta

Masih ingatkah kamu ketika kita sama-sama menyibak tirai dan membiarkan mentari meninggi mengikuti petunjuk waktu? Di lain waktu kita sama-sama menggulirkannya ke ufuk, dan lautan menelan cahayanya yang menguning telur. Saat itu, kurasa bukan ombak saja yang bergemuruh. Tapi juga hati kita yang berdentum-dentum bagai sedang membadai.

Jika cinta pada akhirnya hanya membuat kita tidak percaya pada cinta, mengapa kita masih ingin jatuh cinta? Mengapa kita masih ingin merasakan rindu yang berdebar-debar, nyeri, tapi terasa sangat manis dan membuat kita ingin merasakannya lagi.


Jika rindu pada akhirnya hanya membuat kita tidak memiliki harapan, mengapa kita masih ingin merindu? Mengapa kita lena pada rasa yang berkecamuk di sanubari. Bukankah rasa itu ibarat gelombang yang akan berhenti bergetar jika kita tak mengingatnya?

Jika rasa pada akhirnya hanya membuat kita terluka, mengapa kita masih percaya pada sugesti diri? Atau kita sedang berpura-pura? Tapi tidak ketika kita sedang menyibak tirai atau sedang mengantar senja ke peraduannya ketika itu.[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)