Jumat, 30 Juni 2006

"tuhan** Sembilan Senti*"

oleh: Taufik Ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa taktertahankan bagi orang yang tak merokok,Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, di kantor pegawaimerokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok,di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwiranongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahunelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi perokok,tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok, di ruang kepala sekolahada guru merokok, di kampus mahasiswa merokok, di ruang kuliah dosenmerokok, di rapat POMG orang tua murid merokok, di perpustakaan kecamatanada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok,Di angkot Kijang penumpang merokok, di bis kota sumpek yang berdiri yangduduk orang bertanding merokok, di loket penjualan karcis orang merokok, dikereta api penuh sesak orang festival merokok, di kapal penyeberangan antarpulau penumpang merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnyakuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapitempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok,Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran ditoko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok,Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur ketikamelayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok,Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkanHIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kitadisebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau distopan bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannyaketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur didunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,bisa ketularan kena,Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obatmerokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu dokterpasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok,Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang merokok,menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI sembunyi-sembunyimerokok, panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis,turnamen sepakbola mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang goblok merokok, di dalamlift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di ruang sidangber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na'im sangat ramah bagi orangperokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita,Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujukkitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa. Mereka ulama ahli hisap.Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli hisab ilmu falak, tapi ahli hisaprokok. Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselipberhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99butirnya,Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan merekamemegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangankiri.

Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin danyang sedikit golongan ashabus syimaal?Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu. Mamnu'uttadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz. Kyai, ini ruanganber-AC penuh. Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i. Kalautak tahan, di luar itu sajalah merokok. Laa taqtuluu anfusakum.Min fadhlik, ya ustadz. 25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan. 15penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan. 4000zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu 'alayhimul khabaaith.Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu,sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan,Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini. Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujungrokok mereka.

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir. Asap rokok diruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk,Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebihdahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas, lebih gawat ketimbangbencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korbannarkoba,Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa dinegara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dancerdasnya,Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku' dan sujuduntuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fanadalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)