Senin, 17 Oktober 2011

Ketika Jiwa Kita Bercinta Part 2

Jika engkau matahari, maka engkau akan tenggelam sesuai takdirmu, dan aku hanya penikmat yang hidup dengan hangatmu.

Rasanya baru kemarin pagi tuhan kirimkan engkau, baru kemarin aku berpuas-puas menikmati peluh yang disebabkan olehmu, baru kemarin aku menyadari kulitku telah terbakar oleh sinarmu.

Senja terlalu cepat datang, padahal kita masih ingin bercinta, masih ingin menikmati kopi kental dan rokok di antara riuh mereka yang tak mengetahui kisah kita.

Aku belum lagi lelah memanggilmu cinta, aku belum lagi bosan memintamu menciumku, aku belum lagi puas memahatmu dengan imajinasiku.

Tak ada tawa setelah pertemuan kali ini, sebab kita harus tunduk pada penulis skenario hidup. Juga untuk tanya yang kujawab dengan isyarat mataku; bahwa engkaulah kekasih lahir dan batinku.

Lelakiku, maafkan aku yang tidak dapat mempersembahkan cintaku padamu sesuai waktumu, maafkan aku yang tidak berniat untuk memperlambat semuanya.

Kelak, akan kukatakan pada dunia bahwa aku mengumpulkan semua catatan ini untukmu.


11 oktober 2011 jam 0:52
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)