Senin, 25 Agustus 2014

Rindu Mengubah Senja Menjadi Sendu

Ilustrasi senja @pixoto.com

Berbulan-bulan sudah rindu ini tertanam di dalam hati. Kukira sore ini adalah puncak dari semua pergumulan rasa yang tertanam itu. Rindu telah mengubah senja menjadi sendu. Bahkan butir hujan yang hinggap di kaca jendela tak lagi menarik untuk kunikmati. Pucuk-pucuk daun yang digoda angin menjadi tak lagi menghibur. Semuanya bergerak begitu datar, sama sekali tanpa ritme yang biasanya selalu merdu bagai kicau murai.

Dapatkah engkau merasakan betapa hati ini telah mendidih demikian hebatnya? Dapatkah engkau menangkap magma yang mengembun dari balik kata-kata? Dapatkah engkau mencium aroma kesepian yang kian menyengat?

Tidak! Kau tidak akan mengetahui semua itu, bahkan untuk secuil saja. Meski aku melolong panjang pada setiap purnama untuk menggaduhkan semua itu, gendang telingamu tak akan mampu menangkap semua jeritan itu.

Bukan karena kau tidak ingin mendengarnya, tapi aku mengurung semua lengkingan itu di ceruk hatiku yang paling dalam. Bahkan aku sendiri pun tak mampu mendengarnya, bahkan hanya untuk suara kecil serupa desis melata paling berbisa.

Berbulan-bulan rindu itu membesarkan api cinta yang kukira sebentar lagi akan meledak. Anak-anak imajinasi kemudian lahir berloncatan, satu-satu hadir di hadapanmu. Kukira pada saat itu kau akan mematung sejenak serupa seorang durhaka yang dikutuk ibundanya.[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)