Rabu, 25 Januari 2017

Dasar Pelupa!




APA kalian pernah mengalami hal sepertiku? Kelupaan menaruh barang tertentu dan itu membuatmu galau sepanjang malam sepanjang hari? Aku sedang mengalaminya (lagi) sekarang, dan rasanya sangat tidak enak. Beginilah nasib anak manusia yang dilahirkan dengan karakter 'agak' melankolis.

Ceritanya, sore kemarin aku nongkrong di sebuah kedai kopi bersama teman-teman. Kebiasaanku adalah selalu membawa bekal air minum ke mana-mana. Nah, pas mau pulang karena botolnya sudah kosong lantas kumasukkan ke dalam ransel. Sialnya aku lupa!

Begitu sampai di rumah seperti ada yang kurang, tapi nggak tahu apa. Ya sudahlah kupikir, ntar juga ketahuan sendiri apa yang kurang itu. Pagi tadi saat mau berangkat kerja, seperti biasa, aku ingin mengisi bekal minum, tapi tidak ada botol minum di meja. Di atas lemari juga tidak ada. Aku keluar dan melongok ke bagasi depan motor, juga tidak ada. Aku lupa memeriksanya di dalam tas.

Aku berusaha mengumpulkan ingatanku. Apakah botol minumku tertinggal di kedai kopi kemarin sore. Kurunut setiap waktu yang kuhabiskan kemarin sore. Tapi aku tak dapat mengingatnya sama sekali. Entahlah, aku yakin sekali botol itu pasti tertiggal di kedai kopi itu. Beberapa bulan yang lalu juga pernah terjadi hal yang sama soalnya.

Tadi sore sepulang kerja, menerobos gerimis, buru-buru aku menuju kedai kopi tempat kami nongkrong kemarin. Kebetulan jaraknya nggak begitu jauh. Betapa kecewanya aku, saat kutanyakan pada yang punya warung apakah ia melihat botol minum tertinggal di salah satu meja.



"Botolnya bening Bang. Tutupnya warna hijau, ada tulisan Nutrilite-nya," kataku menjelaskan ciri-ciri botol minumanku.

"Nggak ada Dek. Kalau ada yang ketinggalan biasanya sudah diletakkan di sini," abang pemilik kedai memberi keterangan.

Aku masih menunggu. Berharap ia punya inisiatif lain. Seolah mengerti apa yang aku pikirkan, si abang itu bergerak keluar dari balik mejanya. "Sebentar saya lihat, mungkin ada di bawah meja."

Aku mengangguk. Menunggu penuh harap. "Nggak ada Dek," katanya beberapa detik kemudian. "Yang ada botol pencuci tangan, apa punya Adek?"

"Botol pencuci tangan?"

"Iya, yang mini itu. Itu..." katanya menunjuk ke meja di dekat pintu keluar. Di meja itu memang ada botol mini berisi cairan antiseptik. Sudah jelas itu bukan milikku karena aku nggak pernah pakai antiseptik :-D.
Botol minum kesayangan yang sudah menemani sejak 2008

Akhirnya aku pamit dengan perasaan semakin galau. Melangkah gontai. Di mana botol minumku....

Sepulang dari sana aku bergerak menuju Blower, mengantarkan pesanan pelanggan. Setelah mengantar barang aku muter-muter Seutui dan kawasan Putroe Phang untuk mencari makanan pengganjal perut. Tadi siang aku 'cuma' makan siomay, kurang cas rasanya karena nggak kena nasi. Emang kita orang Aceh ini parah kali kalau soal jenis karbohidrat yang masuk ke tubuh. :-D

Beruntung, ketemu gerobak mpek-mpek Palembang nggak jauh dari gerbang Taman Putroe Phang. Aku berhenti dan memesan seporsi kapal selam yang gurih. Satu porsi kapal selam seharga Rp 10 ribu habis kusantap, perut jadi kenyang. Membayar, lalu pergi. Tujuanku berikutnya adalah Gedung Sultan Selim yang ada di jalan belakang taman ini. Malam nanti ada acara bareng teman-teman pengusaha.

Seperti biasa, menunggu acara dimulai pukul 20:15, aku nyambi bekerja, sekalian nunggu salat magrib di situ. Pikiranku masih teringat sama botol minuman. Masih belum tenang hati ini. Tak lama kemudian azan magrib pun berkumandang.

Serta merta aku teringat pada sekotak cokelat Arabika yang kupesan di Cilet Coklat dan kuambil pagi tadi. Aku memasukkan kotak itu ke dalam kantong plastik dan seingatku sudah kucantolkan ke motor. Baru setelah itu aku pergi ke kedai kopi. Tapi kenapa plastik itu tidak ada sekarang? Segera kumatikan laptop, kulepas kabel charger, dan memasukkan ke dalam ransel. Dan..... ohhhh..... ternyata si botol minuman bertutup hijau itu ada di dalam ransel. Bagaimana bisa?

Aku sudah berkali-kali membuka ransel ini sejak semalam, tadi pagi, tadi siang, bahkan sore tadi. Bagaimana mungkin aku tidak melihatnya sama sekali? Syukurlah, yang penting sudah ketemu. Aku tidak perlu galau lagi. Tapi.... di mana kotak coklatku?

Ini dia cokelatnya alhamdulillah masih terduduk manis di kantor

Aku lantas keluar gedung, ke parkiran dan segera memeriksa motorku. Dah owhh..... tidak ada kantong plastik di sana. Aku kembali ke dalam gedung. Lalu salat magrib. Usai salat aku menghubungi teman di kantor, syukurlah kotak cokelatku tertinggal di kantor. Ugh.... memang payah kalau pelupa yaa.....[]
Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

1 komentar:

  1. Aku sering banget gitu, Kak. Kunci di tangan, kucari entah kemana-mana. Tersadar kunci di tangan, mau marah sama diri sendiri rasanya. Pelupaku tingkat akut. Fiyuh :(

    BalasHapus

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)