Sabtu, 02 April 2011

Dua Pertanyaan

dua pertanyaan sebagai pembuka. Pertama, siapa orang yang telah membawaku ke masa depan? Ke dua, masa-masa apa di masa lalu yang ingin terus kubawa di masa sekarang dan di masa yang akan datang.

Bila kedua pertanyaan itu dilontarkan kepadaku, maka aku akan menjawab bahwa orang itu adalah kamu, dan masa itu adalah masa bersamamu.

Tentang mengapa harus begitu, akupun tidak begitu mengerti, aku hanya tidak ingin melukai perasaanku saja, aku hanya ingin memberikan apa yang diinginkan oleh perasaanku yaitu kamu. Lalu, sebagai seorang yang dianugerahi akal dan pikiran, akupun mencoba mengawali perasaanku dengan sesuatu keabstrakan bernama logika. Walaupun, kadangkala kita seringkali menyepelekan hal yang satu ini, bila membicarakan tentang ini kita sering sekali mentertawakannya, takdir yang aneh.

Lalu, bila ada yang mengembangkan pertanyaannya menjadi di mana masa-masa itu akan dilalui? Dengan enteng aku akan menjawab; ada di ingatan dan pikiranku, juga di jiwa dan hatiku, mengapa? Karena aku ingin hidup bersamamu, tanpa atau dengan jasadmu.

Banyak yang tidak kupahami dalam hidup ini, kepercayaan, budaya, adat istiadat, kadangkala harus berperang melawan hati nurani, tidak tahu mana yang harus didahulukan, bila terlalu mengutamakan beberapa hal di atas maka hati nurani menjadi terbelenggu, aku tidak akan pernah menjadi manusia bebas seperti yang kuinginkan, terlalu banyak pantangan-pantangan yang diciptakan oleh kebiasaan turun temurun.

Tetapi bila menuruti hati nurani, maka akan menyerikan kebiasaan itu sendiri, maka mencintaimu biarlah menjadi rahasia hati yang menakjubkan, bila dengan itu aku hidup, mengapa aku harus memilih mati. Aku akan terus hidup dengan engkau yang terkurung di dalam hati.

Kukira, bukan kebetulan Tuhan mempertemukan kita, agar aku bisa belajar mencintai proses bagaimana menjadi dewasa, bahwa seorang yang dewasa tentu akan bisa menghargai dan menghormati perbedaan, dan, kita sendiri adalah perbedaan itu, jadi, kita adalah pelengkap dari semua rasa yang kita inginkan; persahabatan, saling mengasihi dan sesuatu yang hanya bisa aku katakana kepadamu saja.

Tapi, aku menemukan keajaiban dari perbedaan kita, kau yang tiba-tiba menjadi pantom di hadapanku, menyaksikanmu dalam diam, bergerak pelan, berbicara ringan hingga akhirnya kita tergelak, terpesona oleh kemistisan waktu yang tercipta setelah jeda yang cukup panjang.

Aku hanya ingin menjadi sederhana agar bisa mencintaimu dengan kesederhanaan itu sendiri, karena hanya kesederhanaanlah yang bisa memberikan kebersahajaan. Karena aku, ingin hidup tanpa atau dengan jasadmu, seperti hati yang nyata dan jiwa yang abstrak.

11.46 pm

01.04.11

Previous Post
Next Post

Coffee addicted and mother of words

0 komentar:

Terimakasih sudah berkunjung. Salam blogger :-)